Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tanpa Jarak, 3 Minimarket Waralaba Mengepung Pasar Rakyat

11 Mei 2022   06:55 Diperbarui: 11 Mei 2022   07:00 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai pembeli, tentu saja saya akan menengok ke si kapal besar. Perahu kecil menjauh dari jangkauan, kapal besar menghampiri serta menawarkan banyak sekali pilihan.

Anda sendiri sepertinya tahu bagaimana nasib si nelayan kecil dengan perahunya yang terhempas gelombang.

***

Setahu saya, peraturan menjaga jarak ini sudah ada dalam peraturan daerah setempat. Setelah mencari di Google, saya menemukan peraturan Bupati yang mengatur pendirian toko swalayan waralaba. Di sana diatur jarak bahkan ukuran bangunannya. *)

Namun, terlepas dari ada atau tidak adanya peraturan persaingan model seperti ini hanya memperjelas siapa yang berkuasa dan siapa yang dikuasai. Secara kasat mata, kawasan perdagangan di desa menjadi ramai oleh calon pembeli. Tapi, situasi itu semakin menegaskan jika "kekuatan modal" adalah corak ekonomi di negeri ini.

Modal bukan sesuatu yang buruk. Tetapi, ketika itu dipegang oleh orang yang "serakah" dan "tidak berperasaan" maka akan menjadi masalah besar. 

Modal akan menjadi komponen layaknya senjata. Membunuh mereka yang lemah.

Hanya saja, kami para warga desa tidak mau mengeluh. Kami bukan tipe orang yang "kumeok memeh dipacok", begitulah kata peribahasa Sunda. Tidak mau menyerah sebelum bertanding. 

Jika kami harus dipaksa berhadapan dengan para taipan yang memiliki "tangan" hingga ke pedesaan, ya silakan. Apabila desa hanya dijadikan tempat untuk memperluas kekuasaan maka kami menyambutnya dengan tangan terbuka. Sudah sejak lama warga desa hanya dijadikan objek pembangunan, kami sudah terbiasa.

Hal yang bisa dilakukan saat ini adalah mencari celah kesempatan agar mendapatkan keuntungan. Demi menutupi segala kebutuhan dan segala macam tuntutan kehidupan. Bukan nominal yang besar, hanya cukup untuk makan dan uang jajan.

Percaya atau tidak, kami _warga desa_ masih memandang  dalam nominal kecil itu masih ada keberkahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun