"Kenapa pilihan ini? Karena kita memerlukan peralatan yang canggih dan fasilitas internet juga harus bagus, tapi tidak semua sekolah memiliki fasilitas tersebut."
Ia juga berharap rencana tersebut dapat merespons kebijakan digitalisasi yang diusung Presiden Prabowo, meningkatkan kualitas pendidikan, dan mempersiapkan generasi muda agar lebih kompetitif di dunia global.
 "Yang terpenting, kedua keterampilan ini, tentu saja, adalah kecerdasan buatan (AI) dan pengkodean (Coding)," katanya.
"Akan diperkenalkan sebagai mata pelajaran pilihan mulai tahun ajaran 2025/2026," kata Muthi saat dihubungi melalui WhatsApp pada Kamis, 14 November 2024.
Opini saya.
Saya sebagai penulis, tentunya memiliki opini tersendiri terkait usulan pembelajaran Coding pada Tingkat SD. Menurut saya, Pembelajaran coding itu tidak tepat pada anak SD. Karena anak-anak sekolah masih banyak yang kesusahan seperti dalam hal membaca, dan menulis. Sehingga ini tidak cocok dan tidak relevan untuk diterapakan, ada juga yaitu anak SMA belum bisa berhitung pembagian dasar seperti video yang viral ini
https://www.tiktok.com/@masukkampus_official/video/7437812037805149495Â
Lalu juga adanya keterbatasan sumber daya, seperti terkait fasilitas dan pengajar yang masih belum mumpuni dalam mengajarkan coding, pembelajaran coding ini juga berat untuk siswa dan para pengajar di sekolah. lebih baiknya coding ini dapat menjadi ekstakurikuler bagi siswa yang berminat. Karena coding ini harus mempertimbangkan kemauan dan bakat pada siswa. Memasukkan coding sebagai mata pelajaran inti berpotensi membebani siswa yang belum siap.
Lalu menurut saya, siswa SD lebih tepatnya untuk fokus pada karakter dan mental terlebih dahulu, jadi lebih mengarah untuk mengajarkan ke arah sikap dan sopan santun lalu Latihan keterampilan hidup seperti gosok gigi, makan, minum, dan lain-lain. Seperti kurikulum pendidikan di negara Jepang. Baru setelah itu fokus pada ilmu pengetahuan, seperti membaca, cara menghitung.
Lalu juga adanya kesenjangan sosial, Sekolah yang memiliki akses terhadap peralatan, fasilitas dan teknologi lebih mungkin mudah untuk memperkenalkan atau mengimplementasikan kelas pemrograman dibandingkan sekolah yang kurang mampu. Hal ini dapat memperlebar kesenjangan pendidikan di Indonesia.