Bukti menunjukkan bahwa negara-negara berpendapatan menengah dan rendah mungkin menghadapi tantangan dalam jangka pendek jika ingin beralih ke energi ramah lingkungan. Permintaan tinggi terhadap energi ramah lingkungan dan rendahnya kapasitas energi terbarukan dapat menyebabkan tekanan inflasi. Untuk mendorong transisi, negara-negara tersebut perlu mengalokasikan sumber daya untuk teknologi ramah lingkungan dan membangun kapasitas yang diperlukan, yang dapat meningkatkan biaya dalam jangka pendek. Selain itu, beralih dari energi tak terbarukan ke energi terbarukan tanpa kapasitas yang memadai dapat menyebabkan kenaikan harga energi dalam jangka pendek.
Dalam waktu dekat, beberapa solusi mungkin akan bersifat inflasi, seperti kendaraan listrik yang lebih mahal dibandingkan kendaraan bermesin pembakaran internal. Namun, kendaraan listrik relatif mengalami penurunan paling besar, dan hal ini juga berlaku pada teknologi lain, seperti fotovoltaik tenaga surya. Namun, kekuatan-kekuatan yang tampak bersifat inflasi saat ini dapat menjadi disinflasi di masa depan. Akan tiba saatnya harga komoditas turun, dan sebagai importir komoditas besar, Asia akan menjadi penerima manfaat terbesar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H