Mohon tunggu...
Muhammad Wavi Mulya
Muhammad Wavi Mulya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Telkom University Prodi S1 Teknik Elektro

.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Subsidi Energi Fosil Dihapuskan, Apakah Solusi Percepatan Pengembangan EBT?

5 Maret 2022   19:02 Diperbarui: 5 Maret 2022   19:07 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) (Sumber: pixabay.com)

Pemerintah bersama DPR RI sepakat untuk selalu melakukan perbaikan di sektor golongan penerima subsidi listrik. Pada tahun 2017 penerima subsidi listrik hanya diterima oleh pelanggan PLN golongan rumah tangga dengan besar daya 450 VA dan 900 VA. 

2021

Semua pelanggan 450 VA masih menerima subsidi listrik dan hingga saat ini pemerintah selalu berupaya melakukan reformasi subsidi listrik agar lebih tepat sasaran.

Dari data perubahan kebijakan subsidi listrik diatas dapat dilihat bahwa pemerintah selalu berupaya melakukan perbaikan subsidi listrik yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat agar lebih tepat sasaran. Anggaran yang dikeluarkan untuk penggunaan listrik di Indonesia selalu ditekan agar lebih tepat sasaran.

Namun permasalahan belum selesai sampai disini. Dibalik misi pemerintah yang ingin mendukung transisi energi dan pengupayaan Net Zero Emission pada 2060 tidak selaras dengan subsidi energi fosil yang masih cukup besar. Pada awal pandemi menurut catatan climate transparency 2021. Indonesia telah menghabiskan sebsar USD 8,6 miliar untuk subsidi bahan bakar fosil pada tahun 2019, 21,9 % untuk minyak bumi dan 38,48% untuk listrik.

Pemberian subsidi energi fosil ini tentunya dapat menghambat misi pemerintah dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca. Pemberian subsidi yang tidak tepat sasaran dapat membuat energi baru terbarukan semakin sulit bersaing.

Di tambah konflik yang terjadi antara Rusia-Ukraina saat ini menjadikan harga energi fosil terus melambung. Hal ini disebabkan pasokan gas alam dan minyak dari Rusia yang terputus ke beberapa negara menjadikan pemanfaatan kembali energi fosil termasuk batu bara semakin meningkat di beberapa negara. Hal ini tentunya menjadikan pengeluaran pemerintah untuk subsidi energi fosil semakin meningkat.

Jika subsidi bahan bakar fosil dihapuskan tentunya hal ini akan menciptakan lapangan saing yang lebih fair bagi energi terbarukan. Dan dapat menjadikan transisi energi yang diusung oleh pemerintah lebih cepat berkembang. Namun dalam prosesnya tentu saja pemerintah tidak dapat langsung menghapuskan subsidi energi fosil.

Pemerintah tetap harus mampu menciptakan kestabilan ekonomi di Indonesia dari penghapusan subsidi energi fosil. Penghapusan subsidi energi fosil harus dilakukan secara bertahap dengan memastikan bahwa subsidi ini tepat sasaran kepada masyarakat yang membutuhkan saja. Subsidi energi fosil pun dapat dialihkan untuk membatu percepatan transisi energi sehingga dapat mecapai target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025.

Sumber :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun