Lari menjadi populer
   Akhir-akhir ini, olahraga lari semakin populer di kalangan masyarakat dari berbagai lapisan usia, mulai dari yang muda hingga yang tua, serta dari berbagai latar belakang ekonomi, baik golongan ekonomi bawah maupun atas.Â
Banyak orang yang tertarik mengikuti tren ini, tak hanya karena alasan kesehatan, tetapi juga karena fenomena FOMO (fear of missing out), di mana mereka merasa perlu ikut serta dalam tren yang sedang viral di media sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube, dan platform lainnya. Fenomena ini menunjukkan bahwa olahraga lari telah berkembang menjadi lebih dari sekadar aktivitas fisik, melainkan juga bagian dari gaya hidup dan cara untuk berinteraksi serta berbagi pengalaman dengan orang lain.
Pelari konten
   Fenomena unik lain dalam dunia lari adalah kemunculan "pelari konten." Para pelari ini menjalani aktivitas lari bukan hanya untuk kesehatan, tetapi untuk menghasilkan konten yang dapat mereka unggah di media sosial. Pelari konten ini terbagi menjadi dua tipe, yaitu pelari konten yang bersifat edukatif dan pelari konten yang melakukannya hanya karena FOMO atau sekadar ikut-ikutan tren.Â
Pelari konten yang mengedukasi biasanya berbagi tips tentang teknik lari, cara menjaga stamina, rekomendasi peralatan lari, dan manfaat kesehatan dari olahraga lari, sehingga konten mereka bisa memberikan pengetahuan yang positif bagi pengikutnya. Di sisi lain, ada juga pelari konten yang hanya berlari untuk tampil mengikuti tren di media sosial, tanpa tujuan yang jelas selain untuk "terlihat" mengikuti gaya hidup yang sedang populer.
Motivasi
  Pelari FOMO lebih terdorong untuk melakukan olahraga lari karena pengaruh faktor eksternal, seperti melihat unggahan teman atau tokoh terkenal di media sosial, atau karena adanya tren di lingkungan sekitar.Â
Mereka cenderung bergerak untuk berlari bukan atas motivasi pribadi atau kesadaran akan pentingnya kesehatan, melainkan karena ingin mengikuti tren yang sedang ramai. Akibatnya, pelari FOMO umumnya kurang konsisten dalam berolahraga lari, mereka hanya melakukannya ketika olahraga lari sedang populer dan menarik perhatian, namun cenderung berhenti atau mengurangi intensitasnya begitu tren tersebut mereda.
Pengaruh terhadap psikologi
   Pelari yang sudah konsisten biasanya akan menjadikan olahraga lari menjadi hiburan atau juga menjadi penghilang permasalahan.Namun berbeda dengan FOMO , yang menyebabkan tekanan psikologis,seperti merasa tidak cukup ketika tidak berpartisipasi dalam tren lari dan outfit yang digunakan tidak sesuai dengan kalcer pelari, sehingga berpotensi timbulnya rasa kecemasan atau stres jika tidak tercapai.
Pengaruh terhadap Kesehatan fisik
   Seringkali, pelari yang terpengaruh oleh rasa FOMO (Fear of Missing Out) tidak hanya melakukan lari rutin sebagai latihan, tetapi langsung terjun ke kompetisi lari jarak jauh, seperti half marathon atau bahkan full marathon. Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko cedera akibat kurangnya persiapan fisik yang memadai. Tubuh yang belum terbiasa dengan intensitas latihan yang tinggi akan kesulitan beradaptasi ketika dihadapkan dengan olahraga berintensitas berat. Kondisi ini bisa menyebabkan tubuh mengalami shock, yang kemudian memicu cedera dan menghambat performa secara keseluruhan.
Dampak positif
   Fenomena FOMO ini sebenarnya tidak selalu memberikan dampak negatif. Di sisi lain, pengaruhnya bisa menjadi positif, tergantung pada bagaimana setiap individu menanggapi dan menjalankannya. Bagi sebagian orang, terinspirasi oleh tren bisa menjadi motivasi awal yang baik untuk memulai kebiasaan sehat seperti olahraga lari.
 Jika mereka mampu melihat manfaatnya secara lebih mendalam dan memilih untuk terus melakukannya dengan konsisten, maka FOMO ini bisa berperan sebagai pemicu menuju perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Namun, keputusan untuk mempertahankan olahraga lari secara rutin atau hanya mengikuti tren sesaat tetap bergantung pada komitmen pribadi masing-masing individu.
Bagaimana cara agar konsisten berlari?
   Ada beberapa tips agar konsisten dalam melakukan olahraga lari antara lain:
 Menentukan target atau goals
membuat goals atau tujuan selama melakukan olahraga lari. Cobalah buat goals kamu selama beberapa bulan ke depan. Contohnya kita saat ini hanya bisa berlari sejauh 1 km selanjutnya kita coba targetkan pada bulan depan menjadi 2km dan bertambah terus setiap bulannya. Cobalah olahraga lain seperti GYM agar meningkatkan kekuatan ototmu.Â
 Mulai dari latihan yang ringan
Seperti yang dijelaskan pada poin satu mulailah berlatih dari intensitas rendah terlebih dahulu dan menambah intensitas ketika sudah merasa lebih baik dari sebelumnya.
 Meningkatkan relasi antar pelari
Banyak orang yang tidak konsisten lari karena merasa kesepian dan kurang dorongan.Relasi antar pelari ini dapat meningkatkan semangat dan termotivasi Kembali untuk melakukan olahraga lari.Tidak hanya mendapat motivasi saja kalian juga bisa mendapatkan tips & trik seputar dunia lari.
 Mengatur jadwal
Mulailah mengatur jadwal Latihan seperti hari senin kita jadwalkan dengan easy run,selasa long run,rabu interval dan selanjutnya.
Kesimpulan
   Olahraga lari karena FOMO dari segi kesehatan mental atau psikologis dan kesehatan fisik banyak menimbulkan hal yang negatif namun dapat juga berdampak positif ketika timbul kesadaran dalam diri seseorang untuk melakukan olahraga lari secara konsisten dan bertahap.Ketika telah melakukan olahraga lari secara konsisten tubuh akan beradaptasi dan bisa mendapat ketenangan tersendiri ketika berlari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H