Di Jakarta, misalnya, pemerintah bekerja sama dengan berbagai lembaga untuk membangun sistem drainase yang lebih baik dan memperkuat sungai-sungai yang rawan meluap.
BMKG telah mengembangkan sistem peringatan dini untuk memantau kondisi cuaca dan memberi peringatan kepada masyarakat saat potensi bencana terdeteksi.Â
Masyarakat kini dapat menerima informasi peringatan melalui aplikasi atau media sosial, sehingga mereka dapat mengambil langkah-langkah pencegahan lebih awal.
Pemerintah telah menerbitkan beberapa kebijakan terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, seperti regulasi zonasi lahan.Â
Beberapa daerah yang sering terdampak banjir kini memiliki kebijakan larangan mendirikan bangunan di dekat aliran sungai dan area rawan bencana.
Peran Masyarakat dalam Kesiapsiagaan Menghadapi Cuaca Ekstrem
Kesiapan Individu dan Rumah Tangga
Setiap individu dan rumah tangga memiliki peran penting dalam menghadapi cuaca ekstrem. Mempersiapkan stok bahan pangan, alat darurat, dan memastikan akses ke sumber informasi adalah langkah sederhana yang bisa diambil.Â
Penting juga untuk menjaga dokumen penting di tempat aman atau dalam wadah tahan air jika sewaktu-waktu harus dievakuasi.
Kepedulian terhadap Lingkungan
Masyarakat perlu berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan, seperti membersihkan saluran air untuk mencegah banjir dan melakukan penanaman pohon.Â
Melalui aksi-aksi sederhana, seperti memilah sampah dan mengurangi penggunaan plastik, masyarakat juga membantu menjaga lingkungan dari pencemaran yang memperburuk kondisi cuaca ekstrem.
Peran Komunitas dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Komunitas dan LSM juga memiliki peran signifikan dalam edukasi kesiapsiagaan. Mereka dapat mengadakan pelatihan atau simulasi bencana di sekolah-sekolah, yang membantu masyarakat memahami tindakan darurat saat menghadapi cuaca ekstrem.Â
Kolaborasi ini semakin memperkuat ketahanan komunitas dalam menghadapi ancaman bencana.