Mohon tunggu...
Muhammad Toha
Muhammad Toha Mohon Tunggu... profesional -

Seorang kuli biasa. Lahir di Banyuwangi, menyelesaikan sekolah di Bima, Kuliah di Makassar, lalu jadi kuli di salah satu perusahaan pertambangan di Sorowako. Saat ini menetap dan hidup bahagia di Serpong--dan masih tetap menjadi kuli.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan-perempuan di Tepi Surga

22 April 2016   14:34 Diperbarui: 23 April 2016   03:59 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Orang-orang tua di kampungnya kerap mendongengi, bahwa pria adalah manusia termulia. Pria rela menyerahkan tulang rusuk kirinya agar perempuan tercipta. Maka apakah pantas jika perempuan durhaka pada pria? Sungguh tak pantas! Tetapi apa yang justru terjadi? Hawa yang dicipta dari tulang rusuk Adam, tapi justru yang membuat Adam sengsara di dunia. Karena Hawa, Adam terdepak dari surga. Dosa purba itu harus ditebus perempuan.

Orang tua di kampungnnya selalu bilang dosa Hawa hanya dapat ditebus bila perempuan tunduk, patuh, taat dan pasrah kepada pria; mahluk mulia yang dengan tulang rusuk kirinya telah menciptakan perempuan. Itulah karma Hawa kepada Adam yang telah melempar mereka keluar dari surga.

Maka pernikahan bagi orang di kampungnya adalah ritual untuk mengembalikan surga pada pria, sekaligus prosesi untuk melengkapi kembali tulang rusuk pria. Pria akan menemukan kembali surga dan menjelma menjadi manusia sempurna apabila ada perempuan yang bersedia menjadi istrinya.

Maka, jika setelah menikah seorang pria gagal menjadi manusia sempurna serta tak menemukan bahagia, maka kesalahan layak ditimpakan pada istrinya. Orang-orang di kampungnya bilang, perempuan itu layak disumpah serapahi karena tak tahu berbalas budi.

Dan ganjaran itulah yang kini menimpanya. Suaminya selalu ringan tangan dan jarang menafkahinya. Bahkan berulang kali, suaminya membawa perempuan lain ke rumah mereka, dan bercumbu rayu disampingnya.

Namun perempuan itu tak pernah sekalipun meratap. Baginya, semua itu adalah ganjaran bagi dirinya yang gagal menyajikan surga buat suaminya.

 

(tujuh)

Sungguh hidup penuh dengan ragam pilihan. Dan putri perempuan tua itu telah pula menentukan pilihan. Tetapi perempuan tua itu begitu risau dengan  pilihan hidup putrinya.

“Apa sesungguhnya yang hendak kamu cari putriku?” tanya perempuan tua tatkala putrinya mengutarakan niatnya untuk ikut kontes kecantikan.

“Bunda, apakah bunda tidak bangga jika putri bunda ini menjadi perempuan tercantik?” ucap putrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun