Orang-orang tua di kampungnya kerap mendongengi, bahwa pria adalah manusia termulia. Pria rela menyerahkan tulang rusuk kirinya agar perempuan tercipta. Maka apakah pantas jika perempuan durhaka pada pria? Sungguh tak pantas! Tetapi apa yang justru terjadi? Hawa yang dicipta dari tulang rusuk Adam, tapi justru yang membuat Adam sengsara di dunia. Karena Hawa, Adam terdepak dari surga. Dosa purba itu harus ditebus perempuan.
Orang tua di kampungnnya selalu bilang dosa Hawa hanya dapat ditebus bila perempuan tunduk, patuh, taat dan pasrah kepada pria; mahluk mulia yang dengan tulang rusuk kirinya telah menciptakan perempuan. Itulah karma Hawa kepada Adam yang telah melempar mereka keluar dari surga.
Maka pernikahan bagi orang di kampungnya adalah ritual untuk mengembalikan surga pada pria, sekaligus prosesi untuk melengkapi kembali tulang rusuk pria. Pria akan menemukan kembali surga dan menjelma menjadi manusia sempurna apabila ada perempuan yang bersedia menjadi istrinya.
Maka, jika setelah menikah seorang pria gagal menjadi manusia sempurna serta tak menemukan bahagia, maka kesalahan layak ditimpakan pada istrinya. Orang-orang di kampungnya bilang, perempuan itu layak disumpah serapahi karena tak tahu berbalas budi.
Dan ganjaran itulah yang kini menimpanya. Suaminya selalu ringan tangan dan jarang menafkahinya. Bahkan berulang kali, suaminya membawa perempuan lain ke rumah mereka, dan bercumbu rayu disampingnya.
Namun perempuan itu tak pernah sekalipun meratap. Baginya, semua itu adalah ganjaran bagi dirinya yang gagal menyajikan surga buat suaminya.
(tujuh)
Sungguh hidup penuh dengan ragam pilihan. Dan putri perempuan tua itu telah pula menentukan pilihan. Tetapi perempuan tua itu begitu risau dengan pilihan hidup putrinya.
“Apa sesungguhnya yang hendak kamu cari putriku?” tanya perempuan tua tatkala putrinya mengutarakan niatnya untuk ikut kontes kecantikan.
“Bunda, apakah bunda tidak bangga jika putri bunda ini menjadi perempuan tercantik?” ucap putrinya.