Di Makassar, produk Gula Semut ini bisa mencapai harga sampai Rp. 45.000,00 sampai Rp. 50.000,00 dan ini lebih tinggi dari gula biasa. Bahkan di tempat-tempat belanja yang besar seperti Supermarket, permintaan akan produk ini sangat tinggi, terutama yang berbentuk olahan bubuk. Sehingga, pelatihan pengembangan untuk produk ini berdasarkan SDA yang ada di Desa Tompo Bulu akan sangat menguntungkan masyarakat disana.
Adapun pelatihan yang dilakukan oleh program DBS ini adalah sosialisasi pengolahan Gula Semut, demonstrasi pengolahan Gula Semut, praktik pengolahan Gula Semut oleh unsur-unsur masyarakat di desa tersebut, dan terakhir ada pembelajaran packaging atau pembungkusan Gula Semut agar sesuai dengan permintaan pasar.
Penjelasan-penjelasan tersebut diambil dari berita di Website resmi Yayasan Hadji Kalla yang berjudul “Desa Bangkit Sejahtera – Optimalkan Potensi Sumberdaya Desa Dengan Produk Gula Aren Khas Tompo Bulu”.
Melalui kacamata program Nawa Cita, program DBS oleh Kalla Group melalui Yayasan Hadji Kalla ini jelas akan sangat menguntungkan perekonomian di Desa Tompo Bulu karena sesuai dengan apa yang diharapkan oleh agenda ketiga dari Nawa Cita yakni, “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”.
Sebab, disini ada pembangunan di bidang ekonomi desa tersebut, bahkan disini manusia-manusia di desa tersebut selaku SDM juga dikembangkan kemampuan dan keterampilannya dalam mengolah potensi SDA yang ada yakni, pohon Aren.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H