Mohon tunggu...
MUHAMMAD TAUFAN
MUHAMMAD TAUFAN Mohon Tunggu... Lainnya - 23107030002

Mahasiswa ILMU KOMUNIKASI KELAS A Menulis untuk memenuhi tugas kuliah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tambora Menyapa Dunia

18 Februari 2024   10:57 Diperbarui: 18 Februari 2024   11:09 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gunung Tambora atau bisa disebut Tomboro merupakan sebuah gunung berapi kerucut yang masih aktif yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Gunung ini terletak di antara dua kabupaten yaitu Kabupaten Dompu yang mencakup lereng bagian barat, selatan dan Kabupaten Bima yang mencakup lereng pada bagian timur dan utara. 

Gunung Tambora adalah salah satu bertipikal seperti Gunung Slamet di Jawa Tengah. Gunung ini terbentuk akibat dari zona subduksi aktif di bawahnya. Pada zaman dulu, ketinggian Gunung Tambora mencapai sekitar 4.300 m kuadrat yang membuat gunung ini menjadi salah satu gunung yang memiliki puncak tertinggi di Indonesia pada masa lalu.

Aktivitas vulkanis gunung ini memuncak dengan letusan yang terjadi pada April 1815 yang mencapai skala tujuh VEI. Letusan tersebut menjadi letusan vulkanis terbesar sejak letusan Taupo pada tahun 181. Suara letusannya tercatat terdengar hingga pulau Sumatra lebih dari 2.000 km ke barat. Hujan abu vulkanis terjadi di Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Maluku. 

Letusan tersebut memakan korban jiwa sedikitnya 71.000 orang dengan 11.000-12.000 di antaranya merupakan korban langsung yang terkena letusan. Beberapa  peniliti memperkirakan jumlah korban jiwa mencapai 92.000 jiwa. Tetapi angka ini diragukan kerena dinilai terlalu besar. Letusan tersebut juga menyebabkan perubahan iklim dunia saat itu. 

Tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai tahun tanpa musim panas dengan adanya perubahan cuaca drastis di Amerika Utara dan Eropa akibat debu yang dihasilkan dari letusan. Akibat peristiwa tersebut menyebabkankegagalan panen dan ternak pada mati secara massal yang pada gilirannya menyebabkan wabah kelaparan terburuk pada abad ke-19.

Pada sebuah ekskavasi pada tahun 2004 di wilayah Gunung Tambora, sekelompok arkeolog menemukan siasa kebudayaan zaman dulu yang terkubur 3 meter di bawah endapan piroklastik dari letusan yang terjadi pada tahun 1815. Penemuan ini sering disebut sebagai Pompeii dari Timur akibat kemiripannya dengan kota Pompeii di Italia yang terkubur material letusan vulkanis.

Tambora menyapa Dunia pada Tahun 2015 merupakan peringatan 200 tahun meletusnya Gunung Tambora tahun 1815 yang terjadi pada dua abad yang lampau, tertulis dalam sejarah manusia sebagai salah satu letusan terdahsyat yang pernah terjadi di muka bumi. Gunung Tambora terletak di sebuah gugusan Kepulauan Sunda kecil yang bernama Sumbawa. Menurur seorang Ahli Gunung Api dari Universitas Rohde Island, Haraldur Sigurdson inilah erupsi yang paling teliti dalam sejarah.

Berdasarkan hasil riset Letusan Gunung Tambora sepuluh kali lebih dahsyat dibandingkan letusan Gunung Krakatau dan Seratus kali lebih besar dari letusan Gunung Vesuvius dan St. Helens. Sekitar 100 ribu jiwa menjadi korban akibat akibat letusan ini, tiga kerajaan pemakaman dalam timbunan letusan letusan tersebut yaitu Kerajaan Tambora, Kerajaan Pekat dan Kerajaan Sanggar. 

Sidgurdson mengatakan bahwa material erupsi naik hingga 43 km ke atmosfer, membayangkan ketinggian ini sekitar 10 kali lebih tinggi dari ketinggian pesawat terbang komersial, mengeluarkan batuan panas cair dalam bentuk abu dan batu apung dengan volume 100 km kubik. Jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan volume letusan vulkanik lainnya yang tercatat dalam sejarah manusia.

Sejarah letusan yang sangat dahsyat dari Gunung Tambora dimulai pada tahun 1812, kaldera Tambora bergemuruh dan mengeluarkan awan hitam. Pada tanggal 5 April 1815, sedang terjadi letusan dengan kekuatan yang diikuti dengan bunyi letusan yang sangat menggelegar. 

Pada pagi hari 6 April 1815 debu vulkanik jatuh di Jawa Timur yang di iringi suara samar seperti dentuman detonator dan berlangsung hingga 10 April 1815. Dan pada tanggal 10 dan 11 April 1815 di Pulau Sumatra (jarak dari Gunung Tambora sekitar 2600 km) suara yang terdengar seperti letusan senjata api, demikian kira-kira kronologis kedahsyatan letusan Gunung Tambora yang terekan dari cerita yang ada.

Letusan ini menghasilkan awan panas sekitar 400 juta ton diantanya bumi tidak mengalami musim panas dalam tahun itu. Kejadian ini biasa dikenal dengan istilah "Y ear Without Summer". Ketika gas bereaksi dengan kandungan udara di atmosfer, reaksi menghasilkan kelam di ufuk. Sinar senja langit muncul warna oranye atau merah dekat lanskap langit merah muda dan warna jingga. 

Di kota London, antara 28 Juni hingga 2 Juli 1815 serta 3 september hingga 7 Oktober 1815, orang-orang melihat sinar matahari yang berwarna-warni saat tenggelam di ufuk. Sinar matahari pada saat senja terlihat oranye, hal tersebut terpapar di atmosfer, langit terlihat merah muda mendekati warna jingga.

Gunung Tambora sebagai warisan dunia dengan sejarah kedahsyatan dari letusan yang di hasilkannnya kini telah menjadi epik. Dua abad sudah peristiwa ini berlalu. 

Tambora telah mencatatkan sejarah yang dahsyat dan juga mengubah tatanan masyarakat serta alam pada saat itu. Dari cerita epik tersebut kini sangat menarik perhatian para ilmuwan dari berbagai konsentrasi ilmu untuk mengkaji ulang melalui tahap penelitian dan penelusuran literatur, untuk menggabungkan potongan-potongan cerita dari berbagai sumber. Serangkaian penelitian para Arkeologis dan Vulkanologis mengawali pembuktian secara ilmiah epik tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun