"Mulai bulan Januari 2020, semua pembayaran harus melalui cash management system!" tegas saya kepada seluruh karyawan.
Bulan pertama, beberapa karyawan memohon agar dapat dibayar tunai. Alasannya terkesan lucu, ada ATM-nya yang dipegang isteri, ada yang ingin membayar upah buruh di ladangnya. Sempat iba mendengar alasan-alasan itu, tetapi saya bersikukuh agar semua pembayaran melalui cash management system.
"Kalau uang yang dicairkan bendahara dari bank dirampok orang, siapa yang harus mengganti?" tanya saya kepada mereka. Semua terdiam tidak menjawab.
Apa yang terjadi setelah cash management system berjalan selama delapan bulan? Hal pertama yang paling saya nikmati, belum ada komplain bahwa hak karyawan atau pihak ketiga tertahan ditangan bendahara. Kenapa bisa? Dengan menggunakan cash management system, mencairkan dana harus dilakukan oleh tiga orang.
Pertama, disebut maker. Orang ini bertugas menginput data dan jumlah uang yang akan disalurkan. Kedua, disebut checker. Orang ini adalah bendahara yang bertugas memverifikasi kebenaran data yang diinput dan disesuaikan dengan nomor rekening dan tanda terima yang sudah ditandatangani. Ketiga, disebut releaser. Orang ini adalah saya sendiri yang berwenang  menyetujui atau tidak menyetujui atas pencairan uang yang diajukan.
Begitu disetujui oleh releaser, uang tersebut langsung masuk ke rekening para penerima secara utuh. Bukan hanya jumlah rupiahnya yang masuk kedalam rekening karyawan, seandainya ada tertera sekian sen diujung angka nominal tersebut, itu pun masuk ke rekeningnya.
Pencairan tak berbatas waktu
Keuntungan yang dapat dirasakan selama menggunakan cash management system, salah satunya, pembayaran kepada karyawan atau pihak ketiga dapat dilakukan kapan saja. Tidak tergantung jam kerja, bisa tengah malam atau pada hari libur, sepanjang administrasinya sudah terpenuhi. Kenapa bisa? Karena alat yang digunakan adalah smartphone, gawai yang selalu bersama kita.
Hal itulah yang mendorong semua pihak merasa puas, terutama para karyawan. Â Tidak ada lagi komplain atau fitnah kepada siapapun. Bukan hanya itu, beberapa karyawan yang saya wawancarai, umumnya uang yang sudah masuk ke rekening tidak seluruhnya ditarik. Seperempatnya akan tinggal sebagai saldo. Artinya, uang itu menjadi tabungan mereka.
"Kalau ada uang kontan dalam kantong, maunya pingin belanja ini itu," ungkap karyawan yang saya wawancarai.