Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pekerja Serabutan Jalan Kaki Sabang-Merauke

22 Oktober 2017   16:46 Diperbarui: 22 Oktober 2017   16:46 1837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aprianto jalan kaki dari Sabang menuju Merauke (Dokumen pribadi)

Anda ingin membakar kalori dengan tarif ekonomi? Banyak pilihan olah raga yang bisa dipraktikkan. Mau olah raga yang berbiaya mahal, ada. Mau olah raga yang free alias gratis, itu juga banyak. Dua dari sekian banyak olah raga tanpa biaya adalah lari atau jalan kaki.

Free tidak berarti tak disukai. Lari dan jalan kaki tergolong olah raga masyarakat yang banyak dipilih. Contoh paling nyata dapat dilihat pada saat Car Free Day (CFD) yang sudah berlangsung dibeberapa kota besar di Indonesia.

Dengan CFD, sejumlah ruas jalan ditutup sehingga tidak ada lalu lintas kenderaan disana. Nah, pada ruas jalan bebas kenderaan itu dimanfaatkan warga kota untuk olah raga. Umumnya olah raga lari, jalan kaki, bersepeda, termasuk senam pagi.

Olah raga lari dan jalan kaki, biasanya mendominasi aktivitas warga di arena CFD. Entah disadari atau tidak, ternyata lari atau jalan kaki merupakan olah raga yang mampu membakar kalori dalam jumlah yang cukup banyak.

Seberapa banyak kalori yang bisa dibakar? Saat lari dengan kecepatan 16 Km/jam dapat membakar kalori sebanyak 1000 kalori. Lalu, bagaimana dengan jalan kaki? Jalan dengan kecepatan rata-rata 4 mil atau 6,5 Km/jam dapat membakar 400 kalori.

Wajar, jika kemudian olah raga lomba lari marathon diminati banyak orang, selain murah juga meriah. Tidak tertutup kemungkinan, event besar tahun ini seperti Mandiri Jakarta Marathon 2017 akan "diserbu" para pelari. Soalnya, selain ingin meraih sebuah pencapaian, mereka juga rata-rata sudah paham tentang kualitas pembakaran kalori dari olah raga lari tersebut.

Bagaimana dengan olah raga jalan kaki? Jalan kaki sesungguhnya setengah dari olah raga lari, sehingga kalori yang dibakar pun hanya setengah dari olah raga lari. Jangan salah, penggemar olah raga jalan kaki hampir sama jumlahnya dengan penggemar olah raga lari. Bahkan, hari ini ada seorang pemuda yang bertekad untuk  berjalan kaki dari ujung barat ke ujung timur Indonesia.

Aprianto (35), begitu nama pemuda yang sedang menempuh perjalanan sejauh 8.514 Kilometer. Perjalanan ini tidak menggunakan kenderaan, tetapi dengan jalan kaki. Itulah tekad dan pencapaian yang ingin dibuktikan oleh seorang pekerja serabutan asal Provinsi Lampung itu.

Sejak tanggal 17 Oktober 2017 lalu, dia mulai melangkahkan kaki dari ujung barat Indonesia, Kilometer Nol Sabang di Provinsi Aceh menuju ke Merauke, Provinsi Papua, sebuah kawasan di ujung timur Indonesia.

Tujuan lelaki ini cukup sederhana, ingin "Jelajahi Negeri Dengan Jalan Kaki." Tentunya selain ingin membakar kalori secara maksimal, dia juga ingin melihat dari dekat keindahan dan kekayaan alam nusantara.

Selain itu, dengan berjalan kaki, Aprianto dapat bertegur sapa dengan warga sebangsa, baik secara lisan (bincang-bincang) maupun dengan bahasa isyarat (mengangkat tangan atau senyum). Begitulah bentuk silaturrahim antar anak Bangsa Indonesia dalam persepsi seorang Aprianto.

Saat bertemu di kawasan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar, Sabtu (21/10/2017), Aprianto sedang berjalan cepat (setengah berlari) menelusuri jalan nasional Banda Aceh-Medan. Dia kelihatan cukup bersemangat dan yakin dapat menyelesaikan misi jalan kaki sejauh 8.514 Km, meski matahari siang itu sangat terik.

Penasaran, saya mencoba menghentikan laju langkah Aprianto sambil mengucapkan salam. Dia berhenti, lalu membuka sarung tangan untuk  menyalami saya. Inilah pertemuan dua orang anak bangsa.

Menurut pemuda Lampung itu, setiap hari mulai jalan kaki pukul 08.00 pagi dan istirahat pukul 17.30 sore. Hal itu terus dilakukan setiap hari sampai nantinya tiba di Merauke.

"Ketika malam tiba, saya menginap di masjid, di kantor Koramil, atau kantor Polsek," ungkap Aprianto.

Uniknya, misi jalan kaki Aprianto tanpa dukungan sponsor, tetapi dia tak pernah khawatir. Dia sangat yakin bahwa Bangsa Indonesia adalah orang-orang peramah dan pemurah. Terbukti, selama 4 hari berjalan kaki, dia selalu mendapat bantuan makanan dan minuman dari warga.

"Ada saja bantuan masyarakat, terutama saat mampir minta tanda tangan pada instansi-instansi," pungkas pekerja serabutan itu.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun