Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jualan Lontong, Nenek Ini Sukses Sarjanakan Keempat Anaknya

20 Juli 2017   23:00 Diperbarui: 24 Juli 2017   00:15 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nenek Muriati, penjual lontong sayur pada Warung Kartika Takengon (Dokumen Pribadi)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS Al Baqarah 286).

Jualan lontong sayur bukan alasan tidak dapat menyekolahkan anak sampai tingkat sarjana (S-1). Sebab, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Begitu prinsip Muriati (56), nenek dari 4 anak dan 3 cucu yang sudah 27 tahun berjualan lontong sayur di Takengon, Aceh Tengah.

Siapapun tidak bisa menebak jalan hidup dan masa depan dirinya. Tidak kita, tidak juga nenek Muriati. Kenapa, masa depan adalah rahasia Ilahi, masa kini adalah kenyataan, dan masa lalu sudah menjadi sejarah.

Nenek Muriati, termasuk sosok yang sudah berhasil mencatat sejarah dalam hidupnya. Sejarah tentang anak-anak sukses yang tidak mesti lahir dari keluarga the have. Seorang  penjual lontong sayur pun punya peluang mencetak anak-anak sukses.

Muriati pun bukan dari keluarga the have, tetapi anak seorang prajurit TNI yang hidup pas-pasan. Dia menyelesaikan SMA tahun 1981 dengan cita-cita cukup tinggi, ingin kuliah di fakultas kedokteran pada sebuah universitas ternama.

Sayang, cita-citanya harus kandas. Jangankan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, untuk makan sehari-hari saja nyaris tak pasti. Belum lagi kedua orang tuanya harus memikirkan biaya pendidikan abang dan beberapa adiknya yang lain.

Muriati harus mengalah, urung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dia memilih membantu emaknya berjualan lontong sayur. Sebab, dari usaha kecil-kecilan itulah selama ini menjadi sumber penopang hidup dan membiayai pendidikan mereka.

Medio 1980-an, Muriati menikah dengan pria asal Kalimantan. Bahagia, meski penghasilan suami kurang memadai untuk membiayai sebuah biduk rumah tangga. Akhirnya, dia pun turun tangan membantu suami untuk tambahan pembiayaan keluarga. Dia membuka warung lontong sayur, sekitar awal tahun 1990.

Usaha warung lontong sayur itu biasa-biasa saja, layaknya sebuah warung kecil di perdesaan.  Pasang surut pelanggan sudah menjadi "makanan" sehari-hari. Namun, nenek Muriati tidak pernah mundur meskipun harus merawat sang suami yang menderita sakit selama 17 tahun lebih.

Usaha warung lontong sayur yang bernama Kartika terletak di Jalan Abdul Wahab Takengon itu, masih bertahan sampai hari ini. Nenek Muriati yang usianya mulai beranjak senja, tidak pernah berpikir untuk menutup usaha itu meskipun keempat anaknya sudah sukses.

Siapa saja keempat anaknya? Anak pertama bernama Herianto kuliah di teknik sipil, sekarang pegawai Kantor Camat Silih Nara Aceh Tengah. Anak kedua bernama Bagus, sarjana Teknik Komputer yang berwirausaha di Medan. Anak ketiga, Yudi seorang dokter yang baru lulus dari Universitas Syiah Kuala, dan anak keempat bernama Rizki Novitasari sarjana keperawatan.

"Usaha ini punya sejarah panjang. Aku bisa membiayai sekolah keempat anakku sampai jadi sarjana, ya dari hasil jualan lontong sayur dan cendol," ungkap nenek Muriati.

Kini, nenek Muriati bersama karyawatinya yang mengelola usaha tersebut. Sementara, keempat anaknya hidup terpencar, tinggal didekat tempat kerjanya masing-masing. Meskipun berjauhan, nenek Muriati merasa anak-anaknya berada didekatnya. Kenapa?

Sebab, media jejaring sosial (medsos) dan teknologi informasi berhasil memperpendek jarak dan waktu antara ibu dengan anak, antara nenek dengan cucu. Bahkan, dengan menggunakan panggilan video WA atau Messenger, dia serasa berada didepan anak cucu. Ketika itulah kesempatan si nenek memberi wejangan dan nasehat.

Pendeknya, kebahagiaan seorang ibu sudah diraih oleh nenek Muriati dengan keberhasilan menyekolahkan keempat anaknya. Hanya satu lagi impian yang belum terwujud, apa itu? Naik haji ke baitullah.

"Dengan izin Allah, saya ingin menunaikan ibadah haji ke tanah suci dari hasil usaha jualan lontong sayur ini," pungkas alumni pertama SMAN 2 Takengon itu.

Ini video penuturan lengkap nenek Muriati tentang kisah hidupnya:


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun