Sauna alias mandi uap, sering dijumpai pada sejumlah kawasan elit di kota-kota besar nusantara. Mandi uap divtempat semacam itu, barangkali sudah sering dicoba. Namun, pernahkah merasakan sensasi mandi uap dalam sebuah gubuk di kawasan terpencil?
Suatu saat berkunjung ke Banda Aceh, pembaca boleh meluangkan waktu mengunjungi tempat itu. Tidak terlalu jauh, hanya 45 Km dari Banda Aceh atau 3 Km dari Pelabuhan Malahayati Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar.
Selain melalui jalan Krueng Raya, menuju ke ke lokasi mandi uap ini dapat pula ditempuh via jalan didepan markas Lanud Sultan Iskandar Muda Blang Bintang Aceh Besar. Jalur ini relatif lebih dekat dibandingkan via Krueng Raya.
Melalui jalan ini, mata kita akan disajikan dengan lahan tandus yang di atasnya tumbuh ribuan batang pohon Syzygium cumini (jemblang) liar. Ketika sedang berbuah, kita bisa memetik dan menikmati buah jemblang yang tumbuh liar di berem dan parit jalan.
Setengah jam perjalanan mendaki bukit tandus itu, kita akan sampai ke suatu tempat yang  bernama Ie Seu-Um (air panas). Tempat ini terletak disebuah lembah, di kaki bukit kering dengan onggokan batu hitam diantara ilalang yang mulai memerah.
Menjelang tiba ke lokasi sauna itu, kita akan melewati permukiman penduduk yang bernama Desa Ie Seu-Um. Di situ, kenderaan kita akan distop oleh beberapa anak muda. Mereka  menyodorkan karcis masuk ke lokasi. Setiap 1 orang harus membayar retribusi obyek wisata sebesar Rp 3000.
Memasuki gapura lokasi sauna di alam terbuka itu, hidung kita sudah mulai membaui aroma belerang. Mata kita akan bertumpu kepada sejumlah gubuk terbuka ukuran 2 x 2 meter ditengah kepulan asap belerang.
Gubuk terbuka itu berdiri mengelilingi sumber air panas yang berasal dari bawah bukit tandus penuh ilalang kering. Gubuk itu diperuntukkan bagi pengunjung yang tidak tahan mandi sauna dalam gubuk tertutup.
Gubuk tertutup didirikan di atas saluran air panas yang mengalir ke arah kolam pemandian. Gubuk berukuran 1 x 2 meter ini dibuat dari kayu, beratap daun rumbia, berdinding lembaran plastik warna biru.
Lantai gubuk ini dipasang bilah-bilah bambu berukuran 3 cm. Di antara lantai bilah bambu itu, dibiarkan terbuka sekitar 3 cm. Dari celah terbuka itu, uap air panas masuk kedalam gubuk, dan proses mandi uap dimulai.
Berada dalam gubuk sauna itu seperti berada dalam panci kukusan. Sebentar saja berkurung di situ, keringat sudah bercucuran dari seluruh tubuh. Lebih-lebih suhu udara di kawasan itu mencapai 30 C, maka pemanasan bukan hanya berasal dari bawah, juga dari atap dan dinding.
Selesai sauna atau mandi uap, dilanjutkan berendam dalam kolam air panas jernih. Letaknya bersebelahan dinding dengan gubuk sauna. Sebenarnya, selagi musim hujan adalah waktu paling pas berendam dalam kolam air panas ini sembari menikmati telor rebus.
Memang, para pedagang minuman ringan disana menyediakan berpapan-papan telor ayam mentah. Telor itu bukan untuk konsumsi rumah tangga warga desa setempat, tetapi dijual kepada para pengunjung sebagai makanan ringan.
Cukup membayar Rp 2000 per butir, para pedagang itu akan merebus telor tersebut ke sumber mata air panas di kaki bukit tandus itu. Lima belas menit kemudian, telor itu sudah bisa diambil dan siap menjadi santapan, baik sambil sauna atau berendam dalam kolam air panas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H