Hari itu, mereka sedang bermain umpet-umpetan, lari dari satu ruangan ke ruangan yang lain. Terkadang, saling kejar-kejaran di halaman komplek Oro Kopi Gayo.
Suara mereka riuh-rendah, nyaris bising. Lebih-lebih ketika suara anak-anak itu bercampur dengan suara karyawati yang sedang bercerita.
Disisi yang lain, terlihat anak-anak sedang duduk menunggui ibunya bekerja. Bahkan, beberapa anak tidur pulas di meja sortasi. Tidak ada yang merasa terganggu dengan kehadiran anak-anak disana.
Beranjak ke bagian sortasi B, kita akan menemukan satu ruangan yang berisi ayunan bayi, cukup sederhana karena dibuat dari sehelai kain sarung. Dan, seorang ibu terlihat sedang meninabobokan bayinya.
Disana, kita akan menemukan juga balai-balai ukuran 4 x 4 meter. Balai-balai itu diperuntukkan sebagai tempat istirahat. Bagi karyawati yang punya bayi, balai-balai itu dapat digunakan untuk menyusui bayi mereka.
Sungguh, suatu pemandangan yang cukup mengesankan dari sebuah perusahaan besar beromset milyaran rupiah per hari. Tiada kata yang pantas diucapkan untuk si pemilik perusahaan, kecuali kata "angkat topi."
Berapa penghasilan mereka? Dari pekerjaan sebagai tenaga sortasi di perusahaan Oro Kopi Gayo itu, setiap karyawati bisa mengantongi uang tidak kurang dari Rp 60.000 per hari.
Dengan upah sebesar itu, cukup memadai untuk mempertahankan asap dapur tetap ngepul. Aspek paling meringankan, mereka tidak perlu mengeluarkan biaya penitipan anak. Sebab, boss perusahaan itu mengizinkan bekerja sambil merawat bayi dan anak-anak.
Bagaimana gambaran detil suasana kerja disana? Ini rekaman videonya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H