Diujungnya ada cemucut, pertemuan sejumlah rautan bambu. Ikan depik yang sudah melewati cemucut itu dipastikan tidak bisa keluar. Ikan tersebut akan terkurung didalam tung, kotak kayu ukuran 1x1x4 meter yang lantainya diserak batu dan kerikil. Disitu akan berkumpul puluhan kilogram ikan depik kualitas nomor satu, Â dan berharga mahal. Dengan menggunakan sawok, nelayan memanen ikan depik segar dan masih hidup dari dalam tung.
Hal paling penting diketahui, bahwa karakter ikan depik menyukai tempat teduh dan bersih. Supaya ikan endemik Danau Laut Tawar ini kembali masuk kedalam didisenpada musim berikutnya, maka diantara tanggul batu dibuat naungan dengan plastik hitam ditambah daun serule(sejenis pohon kincung) diatasnya.
Sebelumnya, nelayan harus membersihkan bebatuan didasar air, terutama pada bagian depan tanggul maupun dalam tung. Alat pembersihnya menggunakan dayung, caranya seperti mendayung perahu, sehingga sedimen lumpur dibebatuan terangkat dan hanyut terbawa arus air.
Cara ini membuktikan bahwa ikan pemakan plankton ini sangat menyukai tempat yang bersih dan bebas polusi. Penasaran terhadap sensasi didisen? Silahkan berkunjung ke Takengon, anda akan disuguhkan secangkir kopi Gayo plus cemilan depik goreng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H