“Sedikit pak, upahnya Rp 500 per kilogram,” terang Nurazan. Dari penjelasan ini, sesungguhnya ibu Nurazan mampu memperoleh penghasilan sebesar Rp 100 ribu per hari. Namun, perempuan itu memberi catatan, jika kualitas kopi yang disortir tergolong cukup baik maka dia mampu menyortir biji kopi mencapai 200 kg sehari. Apabila banyak biji rusak seperti yang sedang disortirnya hari itu, paling banyak hanya 150 kg sehari.
Terlepas dari jumlah kopi yang mampu disortir serta upah yang berhasil diperoleh, saya kagum dengan semangat kerja perempuan itu. Meskipun anggota tubuhnya tidak lengkap, tidak membuatnya rendah diri.
Dia terus bekerja layaknya perempuan normal lainya, tidak mengharap belas kasihan orang lain, misalnya dengan mengemis diperempatan jalan. Hal inilah yang membuat saya salut terhadap perempuan perkasa ini.
Sosok seperti inilah yang mampu menghadapi kekhawatiran kita terhadap bonus demografi. Tiada lain yang dapat saya berikan, hanya dua jempol untuk ibu Nurazan Inen Yuli.
Link Facebook: https://www.facebook.com/syukrimuhammadsyukri/posts/1261492240547679?notif_t=like¬if_id=1471448715411547
Link Twitter: https://twitter.com/SyukriTakengon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H