Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gratis Espresso Kopi Gayo di Aceh Investment Promotion

18 Mei 2014   02:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:25 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_324092" align="aligncenter" width="576" caption="Wadubes RI untuk Belgia, Ignacio Kristanyo Hardojo memetik kopi di kebun petani, Desa Atang Jungket, Aceh Tengah."]
[/caption]

Kopi Gayo, salah satu kopi arabika asal Indonesia yang paling diminati konsumen kopi dunia. Aroma dan cita rasanya yang unik, menyebabkan banyak orang mengimpikan untuk mencicipi kopi yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo ini.

Sayangnya, belum semua coffee holic dalam negeri bisa menikmati keunikan aroma dan cita rasa kopi Gayo. Hal ini disebabkan, antara lain karena sulitnya memperoleh kopi Gayo di pasaran, termasuk harganya yang tergolong mahal. Lihat saja di sejumlah cafe internasional, harga secangkir espresso kopi Gayo mencapai Rp. 35 ribu.

Untuk memenuhi rasa penasaran para coffee holic terhadap aroma dan cita rasa kopi Gayo, Pemkab Aceh Tengah membuka pojok minum kopi gratis pada acara Aceh Investment Promotion, 20 Mei 2014, di Hotel Hermes Banda Aceh.

[caption id="attachment_324095" align="aligncenter" width="560" caption="Wadubes Ignacio sedang mencoba test cup kopi Gayo di KBQ Baburrayan, Aceh Tengah."]

14003297061648400879
14003297061648400879
[/caption]

Di pojok minum kopi gratis ini, coffee holic dapat mencicipi espresso kopi Gayo. Ada yang disangrai ala Italian Roasted, American Roasted, maupun Medium Roasted. Pojok ini juga menyediakan kopi dari varietas Gayo-2 dan peaberry (kopi lanang). Bukan hanya itu, pojok kopi ini juga menjajakan bubuk kopi (coffee powder) siap seduh yang diproduksi oleh para pengusaha kopi asal Aceh Tengah.

Pada hari itu, coffee holic benar-benar ingin dimanjakan oleh Bupati Aceh Tengah, Ir H. Nasaruddin MM. Rasa penasaran coffee holic terhadap kopi Gayo akan “diobati” dengan secangkir espresso melalui sajian aneka variasi roasting dari jenis kopi yang beragam.

Oleh karena itu, para coffee holic dipersilahkan untuk "nimbrung" ke ruang pertemuan Hotel Hermes pada tanggal 20 Mei 2014. Disana, coffee holic dapat menikmati kopi Gayo sepuas-puasnya, sejak acara Aceh Investment Promotion dibuka pukul 08.30 WIB sampai acara ditutup pukul 16.00 WIB.

Menyangkut dengan keunikan aroma dan cita rasa kopi Gayo, Rizwan, seorang eksportir kopi dan Ketua KBQ Baburrayan, minggu lalu di Pegasing Aceh Tengah mengaitkan dengan tingginya permintaan buyer luar negeri terhadap kopi Gayo. Menurutnya, buyer dan para pengelola cafe internasional menjadikan kopi Gayo sebagai pemancing aroma.

“Harga kopi Gayo itu mahal sehingga kopi Gayo diblending dengan kopi yang lain. Mereka jadikan kopi Gayo semacam penyedap rasa,” ungkap Rizwan.

Meskipun harga kopi Gayo (green bean) ditingkat petani hari ini relatif mahal, Rp.60 ribu per kilogram, ternyata permintaan terhadap kopi Gayo makin meningkat. "Permintaan terbesar kopi Gayo berasal dari pembeli di luar negeri, terutama dari Amerika Serikat, Eropa, Australia, dan beberapa negara Asia," tambah Rizwan.

Peningkatan permintaan kopi Gayo ditandai oleh angka ekspor kopi Gayo tahun 2013 berdasarkan Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK) yang dikeluarkan Pemkab Aceh Tengah mencapai 4.604 ton (US$ 276,5 juta) atau rata-rata 383,6 ton per bulan. Dibandingkan ekspor kopi Gayo tiga bulan pertama tahun 2014, terjadi lonjakan permintaan. Data SPEK kopi Gayo dari Aceh Tengah memperlihatkan bahwa rata-rata ekspor kopi tahun 2014 mencapai 520,5 ton per bulan.

Wajar jika kemudian Wakil Dubes RI untuk Belgia, Ignacio Kristanyo Hardojo, jauh-jauh dari Brussels menyempatkan diri untuk meninjau kebun kopi rakyat, prosesing dan pengolahan kopi di Takengon. Dari Banda Aceh, Wakil Dubes Ignacio harus menempuh jalan darat sepanjang 350 Km menuju ke kawasan pedalaman Aceh itu. Perjalanan itu semata-mata untuk berkenalan langsung dengan kopi Gayo, kilahnya.

[caption id="attachment_324096" align="aligncenter" width="560" caption="Wadubes Ignacio dan Bupati Nasaruddin mengamati benih kopi yang mulai tumbuh didalam polybag."]

1400329810314606772
1400329810314606772
[/caption]

Senin (12/5/2014) lalu, Wakil Dubes Ignacio berkunjung ke unit pembenihan kopi milik warga Kung, Aceh Tengah. Di lokasi itu, wajah Ignacio terlihat terkagum-kagum diantara hamparan kecambah kopi. Dia mengaku tidak menduga jika wilayah yang dikunjunginya itu benar-benar sebagai pusat pengembangan kopi arabika.

Wakil Dubes Ignacio juga berkesempatan mengunjungi KBQ Baburrayan di Pegasing Aceh Tengah. Tempat itu adalah salah satu pengolahan kopi untuk keperluan ekpor kopi Gayo ke luar negeri. Kopi Gayo yang diekspor harus lolos test cup.

Wakil Dubes Ignacio diberi kesempatan melakukan test cup untuk membedakan cita rasa kopi Gayo. Dia mengakui, aroma kopi Gayo sangat tajam dan menonjol. Setelah itu, Ignacio melanjutkan perjalanan ke sejumlah kebun kopi petani yang terletak di Kecamatan Bies.

“Nama Kopi Gayo sudah cukup terkenal di Eropa. Kita harus sepakat menyebut kopi ini dengan nama kopi Gayo saja. Apalagi kopi Gayo sudah memiliki indikasi geografis, tentu akan memiliki nilai lebih untuk pasar Eropa. Saya akan berjuang memperkenalkan kopi Gayo di Eropa,” sebut Wakil Dubes Ignacio kepada Bupati Aceh Tengah, Ir. Nasaruddin, MM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun