Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Terombang-ambing di Derasnya Ayung River

16 Oktober 2014   07:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:49 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bli Arya memilih kompasianer yang bertubuh tambun untuk naik ke parahu karet yang dipandunya. Menurutnya, untuk yang bertubuh tambun hanya diisi empat orang dalam satu perahu. Terpilihlah saya, Gapey Sandy, Novaly Rushans, dan Rizki Aliet. Hal paling terkesan dari petunjuk Bli Arya, “kalau saya katakan bum-bum, naikkan dayung dan pegang tali.”

Perahu mulai bergerak meninggalkan sandarannya melewati tebing sungai yang dipenuhi tegakan pohon dan semak belukar. Di depan terlihat onggokan batu dan jeram kecil, Bli Arya mengatakan: “bum-bum.” Kami menaikkan dayung dan berpegangan pada tali putih yang melingkar dipermukaan perahu karet itu.

Setelah itu, setiap terlihat onggokan batu dan jeram kecil, malah Gapey Sandy yang lebih dahulu meneriakkan “bum-bum,” dan saya mengingatkan tali...tali...tali. Sebaliknya, Bli Arya hanya memberi aba-aba, dayung maju atau mundur.

Kami pun terombang-ambing dihempas arus Ayung River sepanjang 9 Km dengan waktu tempuh selama dua jam lebih. Ada rasa senang, takut, dan yang pasti energi mulai terkuras. Tenaga mendayung mulai melemah. Timbul keinginan untuk mampir di warung-warung kecil yang terdapat dipinggir sungai, namun uang dan dompet sudah disimpan di loker Bali Adventure Tours.

Sekitar pukul 13.00 WITA, perahu karet yang dipandu Bli Arya merapat di perhentian terakhir. Kami turun. Seperti telah selesai dari sebuah perjalanan jauh. Tubuh terasa mulai melemah. Betis kram, dan kaki hampir tidak terangkat untuk melangkah.

Tragisnya, untuk kembali ke kantor Bali Adventure Tour, ternyata harus melalui ratusan anak tangga lagi. Bisa dibayangkan, meniti tangga dalam kondisi betis kram dan tubuh melemah. Barangkali kami harus merangkak. Faktanya, saya dan beberapa teman terpaksa istirahat dihampir setiap anak tangga. Menjadi orang terakhir yang sampai ke kantor Bali Adventure Tours.

“Ingin rasanya minta tolong porter menggendong saya,” tulis Gapey Sandy menggambarkan kondisinya saat itu. Hanya semangat ingin melihat “susno duaji” (seperti kata pemandu wisata) yang membuat kami berhasil merangkak dan sampai ke kantor Bali Adventure Tours. Bravo untuk Gapey Sandy, dan itulah sensasi rafting di Ayung River. Selamat mencoba!

[caption id="attachment_348011" align="aligncenter" width="512" caption="Menuruni tangga yang super curam ke tempat sandaran perahu membuat tulang lutut terasa longgar."]

1413392903757099811
1413392903757099811
[/caption]

[caption id="attachment_348015" align="aligncenter" width="512" caption="Para pendayung bersiap-siap mengarungi Ayung River"]

14133932711073015841
14133932711073015841
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun