"Jika memiliki jiwa berarti bisa merasakan cinta dan kesetiaan dan rasa syukur, maka hewan lebih baik daripada kebanyakan manusia." James Herriot
Tahukah kalian bahwa hewan yang sudah hidup berabad-abad dan hampir sekali punah. Ternyata salah satu hewan tersebut terdapat di negara Indonesia loh, yang bertepatan di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Hewan yang dimaksud adalah komodo.Â
Menurut pakar arkeologi, komodo sudah ada dan dikenal sejak zaman prasejarah, yaitu sekitar 30 juta tahun yang, lalu. Komodo juga merupakan hewan purbakala yang dianggap sebagai kadal purba raksasa terbesar yang memiliki panjang 3 meter dan berat 68 kg.
Sebuah organisasi yang bertujuan untuk memengaruhi, mendorong, dan melestarikan sumber daya alam, yaitu IUCN (International Union for Conservation of Nature) menetapkan bahwa komodo sebagai spesies yang sangat terancam kepunahannya. Faktor yang memengaruhi terdapat dari krisis iklim dan faktor manusia sebagai ancaman serius bagi berlangsungnya kehidupan komodo.
Komodo memiliki iklim yang berbeda dibandingkan hewan-hewan lainnya, komodo tidak memiliki kelenjar keringat guna membantu mengoptimalkan tubuhnya melalui penguapan air (evaporasi). Sehingga satwa komodo hanya bisa memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu yang sesuai dengan metabolismenya. Hal, tersebut menjelaskan sekaligus menunjukkan bahwa lingkungan komodo menjadi faktor penting terkait keberlangsungan satwa tersebut.
Dengan latar belakang ini, studi yang ditulis Alice R Jones dari University of Adelaide dan tim di Ecology and Evolution (2020), habitat komodo akan berkurang 8-87 persen pada 2050 akibat perubahan iklim. Berikutnya, akan terjadi penurunan hunian habitat 25-97 persen dan menurunkan kelimpahan populasi sebesar 27-99 persen di seluruh rentang spesies.
Perubahan iklim yang menjadi naik, memengaruhi persoalan kenaikan air laut yang menjadi sebuah permasalah juga terhadap hewan komodo. Dampak pemanasan global, membuat permukaan air laut terus meningkat.Â
Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration [NOAA], Amerika Serikat, pemanasan global menyebabkan permukaan air laut mengalami peningkatan dalam dua cara. Pertama, gletser dan lapisan es di seluruh dunia mencair sehingga volume air laut terus bertambah. Kedua, air laut mengembang karena suhu lautan menghangat.
Jika kenaikan permukaan air laut terus-menerus berlangsung, beberapa pulau bisa saja tenggelam akibat pemanasan global tersebut. Di antara pulau-pulau yang akhirnya tenggelam akibat menaiknya permukaan air laut, seperti Pulau Komodo yang memiliki banyak sekali satwa komodo di sana. Namun, kerusakan lingkungan komodo tidak hanya berasal dari faktor alam saja. Â Â Â
Faktor manusia juga menjadi ancaman serius yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut, terlebih pembangunan proyek wisata di kawasan tersebut menciptakan ironi di tengah konservasi yang sudah terjadi selama bertahun-tahun lamanya.Â
UNESCO menetapkan TNK sebagai Cagar Biosfer (Biosphere Reserve) sejak tahun 1977 dan Warisan Alam Dunia (Natural World Heritage Site) pada sejak 1991. TNK juga dinobatkan sebagai salah satu New 7 Wonders of Nature (Tujuh Keajaiban Dunia Baru) sejak 2012. Namun, proyek yang berjalan selama beberapa tahun terakhir ini, menciptakan distorsi terkait kasus tersebut.
Pada sebuah foto yang diunggah oleh salah satu aktivis yang pada saat itu berada di sana, terlihat sebuah komodo saling bersemuka dengan sebuah truk pengangkut material proyek di Lembah Loh Buaya, Pulau Rinca. Padahal di lokasi tersebut sudah tertera jelas tulisan "Please Keep Silent" yang berartikan sebuah desibel suara yang keluar sangat diperhitungkan.
"Taman Nasional Komodo harus dilihat sebagai satu kesatuan ekosistem, bagaimana mungkin di Rinca dirancang bangunan yang semewah-mewahnya, sementara di Pulau Komodo dibuat seolah-olah harus alamiah, padahal kedua pulau itu sama-sama habitat komodo?" kata Gregorius.
Karena begitu meresahkan satwa di sekitar, UNESCO menggagahi pemerintah Indonesia untuk memberhentikan proyek tersebut dan merencanakan analisis dampak lingkungan (AMDAL) serta menyerahkannya kepada Pusat Warisan Dunia paling lambat 1 Februari 2022 untuk diperiksa oleh Komite Warisan Dunia pada sesi ke-45. Namun, kritikan dari berbagai pihak masyarakat dan teguran dari UNESCO tidak membuat pembangunan diberhentikan.
"Kegiatan pengangkutan material pembangunan yang menggunakan alat berat harus dilakukan karena tidak dimungkinkan menggunakan tenaga manusia. Penggunaan alat-alat berat seperti truk, ekskavator dan lain-lain, telah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian," kata Kepala Biro Humas KLHK Nunu Anugrah.
Beberapa upaya sudah berjalan demi meminimalkan ketidaknyamanan satwa komodo, salah satunya, yaitu membatasi tingkat kunjungan pariwisata TNK. Pemerintah memberlakukan pembatasan kunjungan khususnya di kawasan konservasi (Pulau Komodo dan Pulau Padar).
"Pengaturan pengunjung dengan sistem pembatasan kuota pengunjung ini dimaksudkan untuk meminimalkan dampak negatif kegiatan wisata alam terhadap kelestarian populasi biawak Komodo dan satwa liar lainnya, mempertahankan kelestarian ekosistem di Pulau Komodo dan Pulau Padar khususnya, serta untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pengunjung serta petugas selama beraktivitas di Taman Nasional Komodo," kata Wakil Menteri LHK Alue Dohong.
Kebijakan tersebut diikuti juga dengan menaikkan biaya tarif masuk khusus untuk ke kawasan konservasi, yakni Pulau Komodo dan Pulau Padar, menjadi Rp3,75 juta berlaku mulai 1 Januari 2023. Sedangkan untuk masuk ke Pulau Rinca, tarifnya tetap sama seperti yang sudah berlaku sebelumnya. Akan tetapi, hal terpenting dari semua kebijakan yang telah dibuat adalah upaya perlindungan terhadap komodo dan habitat tempat tinggalnya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, serta tetap mempertimbangkan seluruh aspek yang meliputinya.
"Kita juga ingin agar upaya konservasi dan upaya pemulihan ekonomi ini bisa dilakukan secara beriringan," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
Apabila kita telaah lebih dalam satwa komodo memiliki sebuah kelebihan khusus terkait kehidupan alam sekitar. Komodo memakan berbagai jenis mangsa, termasuk babi hutan, rusa, dan kadal lainnya. Dengan komodo memangsa hewan-hewan tersebut yang jika populasinya terlalu banyak dapat merusak ekosistem lingkungan.Â
Membantu mendaur ulang nutrien, komodo membantu mendaur ulang nutrien dengan cara memakan sisa-sisa hewan yang mati. Ini membantu mempercepatnya proses dekomposisi dan mengembalikan nutrien ke tanah, yang bermanfaat untuk tumbuhan. Keberadaan komodo di Taman Nasional juga memiliki kontribusi terkait perekonomian daerah setempat melalui objek pariwisata.
Pengaruh yang ditimbulkan terkait punahnya suatu satwa komodo, berdampak buruk dengan lingkungan dan makhluk hidup di sekitarnya. Terutama masyarakat yang berada di lingkup TNK karena komodo sebagai bagian dalam pada lingkungan tersebut, serta memengaruhi juga keanekaragaman hayati secara keseluruhan. Hal tersebut bisa menjadi pemicu yang buruk pada dampak industri pariwisata yang populer atas tempas asal komodo itu berada.
Potensi penelitian medis juga bisa terkena dampak dari punahnya komodo. Komodo memiliki sebuah enzim dalam cairan tubuh mereka yang berpotensi sebagai potensi aplikasi medis, terutama dalam bidang antibakteri dan antikoagulan. Antikoagulan itu sendiri merupakan kelompok obat yang menghentikan pembekuan darah dengan mudah. Mereka dapat memecah gumpalan yang ada atau mencegah terbentuknya gumpalan.Â
Obat-obatan ini dapat membantu menghentikan kondisi yang mengancam jiwa seperti strok, serangan jantung, dan emboli paru, yang semuanya dapat terjadi karena pembekuan darah.Â
Salah satu industri yang melakukan penelitian terkait pemanfaatan komodo di bidang medis, yaitu, Komodo Health. "Bukti nyata sangat penting untuk menghasilkan informasi tentang risiko, manfaat, dan biaya dari berbagai pilihan pengobatan yang tersedia di bidang terapeutik," kata Aswin Chandrakantan, MD, Chief Medical Officer di Komodo Health.Â
"Kemajuan Komodo yang berkelanjutan pada Peta Layanan Kesehatan dan aplikasi RWE kami di seluruh Ilmu Hayati membantu pelanggan kami mengurangi beban biaya pada sistem layanan kesehatan dengan memberikan perawatan yang tepat kepada pasien yang tepat secara lebih efisien."
"Salah satu keistimewaan komodo adalah kemampuan beradaptasi dengan mangsa berbeda. Saat rusa makin jarang, mereka bisa makan monyet, bahkan kelelawar," kata Evy.
Akankah tidak bisa dibayangkan apabila satwa komodo ini punah? Setajuk manfaat yang dimilikinya sangat berpengaruh terkait ekosistem lingkungan Taman Nasional Pulau Komodo ini, kita selaku masyarakat hanya bisa untuk melihat serta mengawasi atas apa yang terjadi di sana.
Kini, dengan dimasukkannya komodo dalam daftar fauna terancam punah oleh IUCN, Evy menyarankan adanya pendataan dan perlindungan terhadap komodo yang berada di luar wilayah konservasi Taman Nasional Komodo. "Perlindungannya harus diperluas, tidak hanya di dalam kawasan," ujarnya.
Kejahatan terhadap satwa dilindungi komodo terjadi dengan kedatangan migran manusia modern (Homo sapiens) ke kawasan tersebut. Tidak Adanya rasa prihatin terkait pengucilan hewan komodo yang dilakukan oleh sesama makhluk hidup. Akankah pada detik ini kita dengan bersama-sama bisa menyelaraskan kesejahteraan fauna purba yang sudah hidup berabad-abad lamanya dan yang sudah tersisa hanya di negeri tercinta ini?
Daftar Pustaka
Ayu Ma'as. 2022. "Fakta Menarik Komodo, Kadal Purba Raksasa yang Hanya Ditemukan di Indonesia". Grid                   Kids.https://kids.grid.id/read/473389717/fakta-menarik-komodo-kadal-purba-raksasa-yang-hanya-ditemukan-di-indonesia?page=all. Diakses pada 11 Desember 2023.
Abdul Muamar. 2022. "Melindungi Komodo yang Kini Terancam Punah". Green Network. https://greennetwork.id/ikhtisar/melindungi-komodo-yang-kini-terancam-punah/ . Diakses pada 11 Desember 2023.
KSDAE. 2022. "Observasi Perilaku Termoregulasi Pada Biawak Komodo". KSDAE. https://ksdae.menlhk.go.id/info/11094/observasi-perilaku-termoregulasi-pada-biawak-komodo.html#:~:text=Iklim%20di%20kawasan%20Taman%20Nasional,sesuai%20dengan%20habitat%20dari%20komodo . Diakses pada 12 Desember 2023.
Hendro Dahlan Situmorang. 2022. "Pakar Ungkap Faktor Pemicu Perubahan Iklim di Taman Nasional Komodo". Beritasatu. https://www.beritasatu.com/news/961181/pakar-ungkap-faktor-pemicu-perubahan-iklim-di-taman-nasional-komodo . Diakses pada 12 Desember 2023.
Ahmad Arif. 2021. "Perubahan Iklim, Geneik, dan Masa Depan Komodo". Kompas. https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuan-teknologi/2021/09/15/perubahan-iklim-genetik-dan-masa-depan-komodo . Diakses pada 12 Desember 2023.
Djoko Subinarto. 2021. "Perubahan Iklim dan Ancaman Kepunahan Komodo". Mongabay. https://www.mongabay.co.id/2021/09/10/perubahan-iklim-dan-ancaman-kepunahan-komodo/ . Diakses pada 12 Desember 2023.
Muhammad Mulya. 2023. "Peran Penting Komodo dalam Ekosistem Pulau Komodo". Kompasiana. https://www.kompasiana.com/muhammadmulya9413/6551fe37110fce6a80047ee2/peran-penting-komodo-dalam-ekosistem-pulau-komodo . Diakses pada 12 Desember 2023.
Maulandy Rizki Bayu Kencana. 2022. "Tarif Masuk Pulau Komodo Rp 3,75 Juta Berlaku 1 Januari 2023". Liputan 6. https://www.liputan6.com/bisnis/read/5036316/tarif-masuk-pulau-komodo-rp-375-juta-berlaku-1-januari-2023#:~:text=Liputan6.com%2C%20Jakarta%20Pemerintah%20Provinsi,berlaku%20mulai%201%20Januari%202023 . Diakses pada 18 Desember 2023.
Dani Prabowo. 2020. "Setelah Viral Foto Komodo Hadang Truk, Jalur Pembangunan "Jurassic Park" Bakal Diamankan". Kompas. https://nasional.kompas.com/read/2020/10/29/07371431/setelah-viral-foto-komodo-hadang-truk-jalur-pembangunan-jurassic-park-bakal . Diakses pada 18 Desember 2023.
Alfonsius Jehandut. 2023. "Darah Komodo Bisa Sembuhkan Luka Lebih Cepat?". Jurnal Flores. https://www.jurnalflores.co.id/edukasi/77610942186/darah-komodo-bisa-sembuhkan-luka-lebih-cepat . Diakses pada 19 Desember 2023.
Komodo Health. 2022. "Komodo Health Platform Accelerates Real World Evidence For Life Sciences". Komodo Health. https://www.jurnalflores.co.id/edukasi/77610942186/darah-komodo-bisa-sembuhkan-luka-lebih-cepat . Diakses pada 19 Desember 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H