Bagi penulis, membaca sesuatu pujian yang teramat ini terasa tidak alami. Sanjungan-sanjungan kepada Jepang dalam novel ini terkesan begitu memaksa dan membuat penulis sendiri ingin mencari pesan yang mungkin saja diselipkan. Penulis merasa antara pesan dari penulis dengan propaganda itu masih terasa kabur dan bias. Terkait perubahan zaman, ‘penginsafan’ (kesadaran bersama), dan kerelaan hati untuk membela tanah air itu memang adalah pesan yang ingin disampaikan, dan barangkali sengaja dikaburkan agar bisa ‘aman’ dari pengawasan Jepang. Maka sebagai penutup, penulis menekan inti pesan dari novel ini bahwa sebagai bangsa yang berbudaya, apa pun itu, dari Barat ataupun Timur, kita memiliki budaya sendiri yang mesti kita lestarikan dan tidak terpengaruh dari budaya luar dan ‘menginsafkan’ diri agar tetap merdeka dari segala belenggu yang mengganggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H