Mohon tunggu...
Humaniora

Islam, Indonesia, dan Generasi Milenial

1 Januari 2018   15:00 Diperbarui: 4 Februari 2018   12:05 31109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun kelemahan dalam penerapan Islam, salahnya penerapan konsep keislaman pada aspek kehidupan. Diantaranya ialah, maraknya partai-partai politik yang menggunakan kekuatan militer sebagai basis kekuatan partai dan menjaga kekuasaan, bukan berorientasi pada dukungan umat. Seperti golongan Arbaiyah yang menduduki Persia dan Irak serta menjadikan wilayah ini sebagai sentral kekuasaannya. Lalu dari sini mereka menggulingkan kekuasaan dan menjadikan Bani Hasyim sebagai penguasanya.

Di samping itu, kelemahan lainnya tampak dari pemberian otoritas yang besar dan luas kepada para Wali (Gubernur) di berbagai wilayah. Hal ini menjadikan Khalifah memberikan wewenang dan otoritas yang sangat luas kepada para Wali sehingga mereka mengatur wilayah mereka sendiri secara independen, terlepas dari pusat. Hubungan dengan pusat hanya sebatas formalitas, seperti doa kepada Khalifah di mimbar Jumat, pencetakan mata uang atas namanya, pengiriman kharaj kepadanya, dan sebagainya.

Dua inti permasalahan inilah yang mengantarkan Islam pada gerbang kehancuran. Dimulai dari kurangnya pemahaman konsep keislaman pada umat, terlebih pada kaum pemudanya, hebatnya gempuran barat dengan membawa peradaban dan budaya mereka ditengah-tengah kaum muslim, hingga memudarnya hukum-hukum Islam dari penerapan pada internal Islam itu sendiri dan kurangnya kewaspadaan gempuran hukum-hukum barat pada zaman keemasan Islam itu sendiri. Hingga detik-detik saat hancurnya Islam ditandai dengan bubarnya Khilafah Islamiyah terakhir di Turki tahun 1924 Masehi oleh Mustafa Kemal Attaturk.

AWAL MULANYA KEHANCURAN KEKHALIFAHAN DI TURKI

Mustafa Kemal Attaturk merupakan dalang dan pengkhianat di balik kejatuhan Kerajaan Utsmaniyah dan pembubaran Khilafah Islamiyah pada umumnya. Ia lahir 12 Maret 1881 di Salonica, tempat yang merupakan kota orang Yahudi yang mempunyai penduduk sejumlah 140.000 orang. Sejak kecil, ia sangat dibenci dan disisihkan oleh teman-temannya.

Ia tumbuh oleh didikan ayahnya yang sedari dulu sangat membenci agama dan orang-orang Arab, terlebih membenci Islam. Ia juga merupakan seorang militer Turki yang melakukan konspirasi dengan pihak Barat untuk menjatuhkan Khilafah Islamiyah dan menjadikan Turki sebuah Republik yang berdasarkan ideologi sekuler, yaitu Ideologi yang memisahkan urusan agama/supernatural dari urusan kenegaraan atau politik. Ideologi ini sangat berbahaya dalam sebuah sistem pemerintahan negara, terlebih Ideologi ini sangat bertentangan dengan sistem Khilafah dan berpotensi menghancurkan Khilafah Islamiyah itu sendiri dari sebuah negara.

Pada akhirnya, tanggal 3 Maret 1924 M setelah menjalani pendekatan-pendekatan kenegaraan dan pengaruh individual bermuka dua terhadap Kerajaan Utsmaniyah, serta memberi harapan yang besar kepada Barat untuk menghapuskan kerajaan ini, secara resmi Khilafah Islamiyah dibubarkan. Pembubaran ini secara tidak langsung akan menjatuhkan kekuatan terbesar umat Islam dan menjadi titik awal hancurnya umat di seluruh dunia. Pada tanggal ini, Kemal Attaturk juga menerapkan beberapa perubahan drastis, di antaranya:

  • Mengumumkan pemisahan agama dari urusan kenegaraan (sekularisme)
  • Menutup mahkamah-mahkamah Syariah
  • Menghapus jabatan Menteri Syariah dan Menteri Auqaf (Menteri Wakaf dan Dakwah)
  • Menghapuskan Khilafah selama-lamanya dan mengambil seluruh hartanya
  • Mengusir Khalifah Abdul Majid II serta semua keluarganya dari Turki.

Kejatuhan Khalifah Islamiyah untuk selama-lamanya, secara keseluruhan memberi dampak yang amat besar bagi umat Islam dari berbagai aspek hingga hari ini. Di antaranya identitas umat Islam, agama, sosial, undang-undang, pendidikan, ekonomi, bahasa, kesatuan, pemikiran umat Islam, serta sistem Pemerintahan.

Pada dasarnya, kekhalifahan Islamiyah ini bukan hanya milik Turki semata. Perjuangan Khilafah yang telah menjadi identitas umat sejak di mulainya Khalifah pertama dengan terpilihnya Abu Bakar Shiddiq (Sahabat Nabi) sebagai pengganti Rasulullah SAW. Beliaulah sebagai Khalifah pertama yang diikuti oleh Khalifah kedua Umar bin Khattab, selanjutnya bertahun hingga berabad silih berganti, hingga sampailah Khalifah terakhir Abdul Majid II sebelum dilakukan pembubaran oleh Kemal Attaturk di Turki. Dengan hilangnya kekhalifahan Islamiyah, hilanglah pula identitas umat yang sudah dibangun semenjak Kekhalifahan Abu Bakar Shiddiq.

KONDISI UMAT DI INDONESIA

Di Indonesia pun berita penghapusan Khalifah telah sampai dan mendapat respons dari ulama dan tokoh pergerakan umat Islam pada saat itu. Pada Mei 1924, dalam kongres Al-Islam II yang diselenggarakan oleh Syarikat Islam dan Muhammadiyah, persoalan tentang pengganti Khalifah pun menjadi topik pembicaraan kongres. Dalam kongres yang diketuai oleh Haji Agus Salim ini diputuskan bahwa untuk meningkatkan persatuan umat Islam maka kongres harus ikut aktif dalam usaha menyelesaikan persoalan Khalifah yang menyangkut kepentingan seluruh umat Islam di dunia. Semenjak kongres ini dilakukan, mulai banyak pergerakan-pergerakan Islam yang bermunculan seperti Syarikat Islam, Al-Irsyad, Muhammadiyah dan menyusul kemudian Nadhatu Ulama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun