Mohon tunggu...
Muhammad Sukron Habibi
Muhammad Sukron Habibi Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA

Suka belajar dan mengajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak yang Terinspirasi oleh Keputusan Bapaknya

24 Maret 2024   12:47 Diperbarui: 24 Maret 2024   15:34 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menantu ibu itu selalu resah dengan keberadaan ibu mertuanya yang terkadang menjatuhkan apa yang ia pegang. Dimana saja berada, ia seringkali membuat isi rumah berantakan.

Ia memang sudah tua, tangannya seringkali bergetar saat melakukan aktivitas, inilah sebabnya menantu ibu itu selalu berupaya menyingkirkannya. Menantu itu tega padahal ia sudah mendapatkan putranya dan segala kemewahan mulai dari rumah, mobil dan juga perhiasan. 

Keluarga itu beranggotakan empat orang, ada ibu mertua bernama Suyati, putranya bernama Pak Yusdi, menantu bernama Sinta dan  Ridho sebagai anak dari kedua pasangan tersebut.

Pagi itu mereka sedang menikmati sarapan bersama, dengan asyik Bu Sinta menawarkan sup sayur pada suaminya, "tambah sup sayurnya Pa?" "boleh Maa" sahut suaminya. Ditengah mereka melahap tiba-tiba terdengarlah suara gelas pecah disamping Ibu Suyati, seketika suasana menjadi tegang dan raut wajah Bu Sinta pun mulai memerah dan mulutnya mulai berbentuk lancip. Pak Yus yang melihat hal itu merasa sedih dengan kondisi ibunya yang semakin lama semakin tidak membaik dikarnakan faktor usia 

Kejadian ini adalah satu dari sekian kali ibunya menjatuhkan gelas tanpa disengaja dan terkadang juga perabotan lainnya seperti piring. 

Selesainya sarapan Bu Sinta berkata pada Suaminya "Pa.. bagaimana seandainya ibu dibuatkan rumah sederhana di pekarangan belakang? karena kalau tidak, ibu kamu akan seperti ini terus, perabotan kita lama-lama habis, toh nanti dia bisa kita belikan perabotan dari plastik Pa biar gak gampang pecah".

Suami berkata "jangan lah Maa, kasihan kalo ibu sendirian disana, nanti apa kata tetangga kalau ibu tidak satu rumah dengan kita, bener kata kamu tadi mending dibelikan peralatan plastik aja, nanti aku minta tolong kamu mampir di toko pecah belah ya Maa waktu ke pasar".

"Hemm iya sudah kalau gitu" jawab sang istri.

Hari pun berlalu, seringkali Pak Yusdi melihat ibunya menjatuhkan Piring dan gelas, meski tidak sampai pecah Pak Yusdi mulai kasihan dengan istrinya selalu membersihkan air minum atau makanan yang jatuh ke lantai. Hingga pada akhirnya Pak Yusdi pun mengikuti inisiatif istrinya untuk membuatkan rumah kecil dari bambu di pekarangan belakang rumah

Setelah Pak Yusdi memindahkan ibunya di tempat baru, suasana makan bersama pun selalu hening tanpa adanya suara perabotan yang jatuh di lantai dan kini istrinya semakin ringan dalam pekerjaan rumah. Dan sesekali Pak Yusdi menengok kebelakang untuk memastikan kondisi Ibunya.

Singkatnya cerita suatu ketika Pak Yus yang baru saja pulang dari bekerja melihat Ridho putranya baru berusia 5 tahun sedang asyik belajar menggambar, Ridho saat itu sedang menggambar denah rumahnya. Tampaknya Pak Yus sangat bangga melihat putranya mulai pintar menggambar, kemudian si Papa bertanya "Wah sedang menggambar apa anak Papa?"

"Ini Pah, Ridho sedang gambar rumah kita" jawab anak.

"Oh pinter sekali anak Papa, kalau ini gambar apa nak?" jawab Papa

"ini gambar pohon depan rumah kita Pa" jawab anak.

kemudian Papa bertanya kembali "Kalau yang ini nak?"

"Ini garasi rumah kita Pa, tempatnya mobil Papa" jawab sang anak.

Kemudian pandangan si Papa tertuju pada tempat yang tidak asing lagi dengan gambar putranya, dengan penasaran si Papah bertanya "kalau yang ini gambar apa nak?"

"ohh kalau yang ini tempatnya Ibu sama Papa besok kalau sudah tua" jawab sang anak.

Dengan terkejut Si Papa menjawab "lohhh kok tempatnya Ibu dan Papa nak? ini kan Gubug belakang rumah tempatnya uti Nak?"

Anak menjawab "iya kan besok kalau udah tua Ibu sama Papa kan juga disana Pa".

Sang Papa pun berkata "astaghfirullah haladziiim, seraya berkata di dalam hatinya berarti anak saya selama ini selalu merespon sikap saya, Ya Allah ampunilah saya yang telah dzolim pada ibu saya sendiri"

Setelah kejadian itu, Pak Yus menghampiri Ibunya yang sedang memperhatikan kedatangan sang anak seraya berkata

"Buk saya mau minta maaf buk, karna sudah meminta ibu untuk tinggal disini, pokoknya saya minta maaf buk, mulai sekarang ibu saya ajak pulang ke rumah lagi buk kita bersama-sama lagi ya buk".

"Ora opo-opo nak, aku seneng yen kowe iso urip seneng karo bojomu, aku ora usah mbok kon mbalik maneh, aku ben neng kene wae ngko lek aku balik maneh sakno karo bojo mu piringe pecah terus" Artinya tidak apa-apa nak saya senang melihat kamu bahagia bersama istrimu, saya tidak usah diminta kembali lagi, nanti kalau saya kembali ke rumah mu saya kasihan sama istrimu nanti piring sering pecah lagi" jawab sang ibu.

Sang anak menjawab "Tidak apa-apa buk, nanti saya belikan piring satu lusin khusus untuk ibu pecahkan semua, pokok ibu harus kembali ke rumah, saya minta maaf buu".

Dan pada akhirnya sang ibu pun bersedia kembali dan mereka hidup bersama satu rumah dengan saling memaklumi keadaan. Dari kejadian itu ang ayah merasa bersyukur karna telah diberi peringatan oleh Allah melalui putranya.

Muhammad Sukron Habibi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun