Mohon tunggu...
Muhammad SufyanRabbani
Muhammad SufyanRabbani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo Gais! Saya Muhammad Sufyan Rabbani merupakan mahasiswa prodi pendidikan sosiologi di Universitas Negeri Jakarta. Saya memiliki minat yang tinggi dalam bidang literasi dan sedang tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan diri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Perilaku Fear Of Missing Out (FOMO) dalam Masyarakat Era Digital

22 Maret 2023   01:52 Diperbarui: 25 Maret 2023   22:14 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Fomo (Sumber: Freepik)

Kemunculan globalisasi diawali dengan pesatnya perkembangan teknologi dan komunikasi yang membuat sumber informasi lebih mudah diakses oleh publik. Kehadiran industri telekomunikasi mendorong informasi lebih mudah diakses. 

Informasi pada awalnya diakses melalui media cetak dan elektronik, tetapi dengan perkembangan teknologi dan komunikasi, hal ini dapat diakses dengan melalui media sosial. 

Pertukaran informasi dan komunikasi menjadi semakin intensif yang diiringi oleh interaksi tidak yang terbatas. Munculnya media sosial memiliki dampak positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif dari penggunaan media sosial adalah perilaku Fear Of Missing Out (FOMO). 

Artikel ini akan membahas mengenai dampak penggunaan media sosial terhadap perilaku Fear Of Missing Out (FOMO) dalam masyarakat era digital.

Globalisasi adalah suatu proses di mana peristiwa, keputusan, dan tindakan yang berbeda di belihan dunia dapat memiliki dampak yang signifikan pada orang dan masyarakat yang berbeda di belahan dunia lain. 

Globalisasi menjadi bagian dari sebuah proses sosial di mana hambatan yang bersifat geografis pada tatanan sosial dan budaya semakin berkurang dan masyarakat sadar bahwa mereka sudah tidak memiliki sekat untuk berinteraksi. Globalisasi ini kemudian mendorong terjadinya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Informasi dapat diartikan sebagai penerangan, keterangan, pemberitahuan kabar atau berita, sedangkan komunikasi merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, baik untuk pertumbuhan maupun untuk kelangsungan hidup. 

Pada masyarakat era digital saat ini, komunikasi informasi semakin berkembang dari komunikasi sederhana menjadi komunikasi elektronik. 

Hal ini karena disebabkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang yang memudahkan pertukaran informasi dalam segala hal. Teknologi informasi dan komunikasi adalah suatu gagasan, pesan atau berita yang diperoleh dari sarana teknis, perangkat keras dan perangkat lunak. 

Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, memungkinkan terjadinya komunikasi dan pencarian informasi secara efektif dan efisien. Masyarakat akan semakin mudah memperoleh informasi di dalam maupun di luar negeri, yang di mana hal ini dapat dicapai melalui teknologi informasi yang semakin maju di era globalisasi.

Perkembangan teknologi komunikasi inilah yang kemudian menciptakan alat-alat komunikasi yang lebih modern, seperti radio, ponsel, dan laptop. Dalam sebuah ponsel terdapat banyak aplikasi yang dapat memudahkan penggunanya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, contohnya seperti media sosial.

Sosial media merupakan media online di mana penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan membuat konten, termasuk blog, social network atau jejaring sosial, forum dan dunia virtual. 

Media sosial mengajak semua pihak yang mempunyai keinginan untuk berperan serta dengan memberikan saran terbuka, berkomentar dan berbagi informasi secara cepat dan tanpa batas. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan seseorang. Seseorang yang tidak terkenal dapat menjadi terkenal di media sosial atau sebaliknya. Bagi masyarakat, media sosial sudah menjadi candu yang membuat penggunanya seharian dapat membuka media sosial.

Kehadiran media sosial ini membawa dampak positif maupun negatif. Di satu sisi media sosial dapat mendekatkan yang jauh, tetapi di sisi lain hal ini dapat meningkatkan perilaku Fear Of Missing Out atau FOMO. 

Fenomena sindrom Fear Of Missing Out atau FOMO merupakan salah satu fenomena komunikasi intrapersonal di mana informasi yang beredar di media sosial menimbulkan perasaan cemas, khawatir, dan takut ketinggalan informasi. 

Orang yang mengalami sindrom FOMO di media sosial tampak kurang puas dengan kebutuhan, suasana hati, dan kepuasan hidup yang rendah dalam situasi nyata. Tentunya fenomena ini terjadi dikarenakan pesatnya perkembangan teknologi yang mudah diakses sehingga masyarakat selalu ingin update terhadap segala hal yang sedang terjadi. 

Namun, hal ini sangat berbahaya ketika seseorang mengalami FOMO akut di mana orang tersebut mengalami masalah dengan identitas diri, kesepian, citra diri yang negatif, ketidakcukupan, perasaan dikucilkan dan iri hati.

Perasaan FOMO yang tidak terkendali dapat menyebabkan hal-hal negatif, seperti kelelahan, stres, depresi bahkan sulit tidur. Perasaan ini berkontribusi pada ketidakpuasan seseorang dengan hidupnya dan merasa bahwa apa yang telah atau pernah mereka lakukan, seakan tidak pernah puas. 

Selain itu, hal ini dapat memicu masalah keuangan, seperti seseorang yang rela membayar mahal terhadap suatu barang agar tetap update dan tidak ketinggalan zaman. FOMO berdampak pada masalah kesehatan mental dan seharusnya pengguna internet bisa menghadapi hal tersebut dengan lebih cerdas.

Paparan sindrom FOMO dapat berbahaya dan menyebabkan sejumlah masalah. Pertama, ketika pengguna ingin berkomunikasi di dunia maya, hal itu dapat mempengaruhi keterampilan sosial ketika berinteraksi di masyarakat. Kedua, dapat menimbulkan rasa malu ketika harus berinteraksi di dunia nyata. 

Ketiga, ada tekanan emosional yang harus dihormati. Keempat, menghentikan penggunaan media sosial menyebabkan ketakutan dan kemarahan. Kelima, tumbuhnya ketidakpuasan terhadap hidup. Keenam, penurunan fokus dan minat belajar dan pada akhirnya meningkatkan kesadaran akan intimidasi media sosial saat terus menggunakan media sosial.

Terdapat dua aspek yang sangat berdampak pada munculnya sindrom FOMO. Kedua aspek tersebut adalah self (diri) dan kekerabatan. 

Self merupakan kebutuhan psikologis yang berkaitan dengan kompetensi dan otonomi. Kompetensi mengarah pada kepercayaan diri individu bahwa merupakan pribadi yang efektif dan efisien. 

Otonomi mengarah pada kecakapan individu untuk menciptakan keputusan. Orang biasanya beralih ke internet untuk mendapatkan berbagai informasi dan berkomunikasi dengan orang lain 

Hal ini dikarenakan kebutuhan psikologis untuk diri mereka sendiri tidak terpenuhi. Kekerabatan mengacu pada kebutuhan seseorang untuk merasa terhubung setiap saat, termasuk bersama orang lain. Ketika kebutuhan akan koneksi tidak terpenuhi, orang tersebut menjadi cemas dan berusaha untuk belajar dari pengalaman, aktivitas orang lain dan internet.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, perilaku FOMO yang terjadi pada masyakat di era digital saat ini sudah masuk pada tahap memprihatinkan. 

Saat ini, internet dengan segala kemudahannya telah memberikan dampak yang besar di segala bidang termasuk pendidikan, bisnis, sosial budaya, kesehatan dan lain-lain. 

Baik yang berasal dari golongan tua maupun muda, anak-anak, dewasa dan lanjut usia. Mereka semua berlomba-lomba untuk mengeksplorasi apa yang ditawarkan internet, dan perlahan-lahan mulai kehilangan arah.

FOMO dapat terjadi dari penggunaan media sosial yang berlebihan, sehingga individu selalu mengikuti dan terhubung dengan media sosial setiap saat. Perilaku tersebut menjadi pendorong bagi individu untuk terus terlibat dalam media sosial yang berujung pada kecanduan media sosial.

Referensi:

Narti, S., & Yanto, Y. (2022). Kajian Dampak Perilaku Fomo (Fear Of Missing Out) Bagi Masyarakat Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Sosial dan Sains, 2(1), 126-134.

Putri, W. S. R., Nurwati, N., & Budiarti, M. (2016). Pengaruh media sosial terhadap perilaku remaja. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 3(1), 1-154.

Sanjaya, R. (2022). PENGARUH FEAR OF MISSING OUT DAN THE BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP PERILAKU PHUBBING PADA GENERASI-Z. Jurnal Manajemen Bisnis Dan Organisasi, 1(2), 205-231.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun