Mohon tunggu...
Muhammad Subhan
Muhammad Subhan Mohon Tunggu... -

Muhammad Subhan, seorang jurnalis, penulis dan novelis. Editor beberapa buku. Tinggal di pinggiran Kota Padangpanjang. Bekerja di Rumah Puisi Taufiq Ismail. Nomor kontak: 0813 7444 2075. Akun facebook: rahimaintermedia@yahoo.com, email aan_mm@yahoo.com. Blog: www.rinaikabutsinggalang.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Regu Badak (36)

30 Desember 2011   07:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:34 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata bapak menerawang. Tampak bola mata itu berkaca-kaca. Terdengar lagi batuk kering bapak yang berat. Tanganku memijat-mijat kaki bapak yang terasa tulang saja menonjol dilapisi kulit.

“Pak, besok Agam tidak sekolah, mau libur dulu.”

Bapak memalingkan wajahnya ke arahku.

“Kenapa?”

“Agam mau bantu Bapak bekerja. Biar Agam yang jahit sepatu. Sudah beberapa hari Bapak tidak kerja. Tentu langganan Bapak mencari-cari. Mohon Bapak iznkan Agam,” pintaku dengan penuh harap.

Lama bapak termenung mendengar ucapanku itu. Berat bapak menahan hatinya.

“Jangan kau korbankan waktu sekolah, Nak. Biarlah, besok Bapak usahakan bekerja,” jawab Bapak. Kemudian Bapak batuk lagi.

“Jangan, Pak. Bapak jangan bekerja dulu. Bapak harus sembuh. Agam sudah bisa menjahit sepatu seperti Bapak. Satu dua hari ini Agam coba bekerja menggantikan Bapak. Kalau dapat uang nanti, Agam berikan kepada ibu. Biar ada beras yang dimasak,” jawabku polos.

Bapak menarik tanganku. Memeluk tubuhku dengan sangat erat. Bapak sangat terharu sekali.

“Bapak mohon kau jangan kerja. Besok Bapak sudah sembuh. Tetaplah sekolah.”

Aku tak menjawab lagi. Aku larut dalam pelukan bapak. Aku rasakan kasih sayangnya. Aku tak mau cepat kehilangan Bapak. Aku ingin membahagian bapak dan ibu kelak, ketika aku sudah besar. Tuhan, sembuhkan sakit bapak. Aku mohon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun