"Aku... aku mau beli buku tulis, Nek!" jawabku tiba-tiba. Entah dari mana kalimat itu datangnya. Tapi hatiku tidak enak karena aku telah berbohong kepada Nek Ani.
Mendengar ucapanku Nek Ani tersenyum, kemudian melangkah ke meja kerjanyan lalu membuka laci kecil yang dikunci. Aku lihat Nek Ani mengambil beberapa rupiah uang receh, menambah upah kerjaku di hari itu.
"Kau harus berjanji rajin belajar, ya," kata Nek Ani sembari menyerahkan uang itu.
Kusambut uang pemberian Nek Ani dengan senyum. Aku gembira sekali. Setidaknya uang itu untuk menambah uang yang dibutuhkan bapak nanti untuk melunasi hutangnya gara-gara pot bunga sialan milik ayah Anton. (bersambung)
Catatan: Novel ini belum pernah dipublikasikan. Pertama di Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H