Tag line “Bekerja dirumah aja, belajar di rumah aja, ibadah di rumah aja” kerap di kampanyekan di seluruh media yang ada.
Dibidang Pendidikan misalnya. Para siswa atau pelajar di rumahkan, di alihkan tempat serta kegiatan belajar mengajar di rumah masing-masing secara daring. Daring atau dalam jaringan atau secara media dengan internet sebagai solusinya untuk mengantisipasi menular dan tertularnya dari wabah berbahaya ini. Bagaimana dengan siswa? Bahagia? Stres iya! Bagaimana tidak stress? fasilitas seperti Android yang kurang merata serta koneksi internet yang memang tidak semua wilayah terjamah menjadi alasan atau keluhannya. Yang dulunya media atau teknologi di gemborkan tepat/efesiensi membantu para siswa dalam belajar, kini terbukti bahwa para siswa mengeluh akan hal itu, mereka lebih nyaman dan nyenyak belajar secara bertatap muka.
Namun, dari hal demikian mengisahkan fenomena indah, peran keluarga di kondisi saat ini sangat besar pengaruhnya. Sebagai mana hal ini sejalan dengan teori belajar secara informal. Fenomena ini di harap memberikan transfer morality yang deras didalam proses belajarnya. Dari bimbingan orang tua dalam mengawasi anak belajar, para orang tua akan lebih dekat dan serta memahami perkembangan si anak. Dan seterusnya dari apa-apa yang tidak di ketahui akan tendensius ditemukan dan serta di pahami secara perlahan bahwa begitu besar peran orang tua dalam pendidikan.
Bukan hanya fenomena indah dalam bidang Pendidikan tampaknya. Namun, alam juga tersentuh dampak yang positif menurut saya.
Kini alam sudah mulai menampakan kesegarannya, mulai rindang berwarna hijau pekat sehat tampak di pepohonan yang dulunya terbalut polusi udara dari asap kendaraan. Kini jalanan mulai sepi tampaknya, suara kebisingan berkurang di kota-kota besar. Kini alam menunjukan pada taraf sehat yang lumayan dibilang berjalan sebagaimana mustinya.
Namun bencana bagi manusia, bagaiman tidak? ancaman terhadap Kesehatan pada bidang ekonomi mulai terasa.
Bagian ekonomi? Masyarakat kini tak lagi banyak bekerja di luar karena disertai aturan pemerintah yang mengikat, serta proses tertularnya yang cukup cepat serta berbahaya kini menjadi momok menakutkan bagi masyararakat. Sepanjang proses perjalanan hidup. Haluan berfikir kini bergeser, dulu masyarakat sangat membutuhkan pekerjaan najun Kini masyarakat tak lagi memerlukan pekerjaan, masyarakat butuh fasilitas dan atau logistik pangan yang kokrit serta instan diberikan. Sehingga pemerintah dalam hal ini sangat berperan.
Hingar bingar aktifitas sebelum wabah ini terjadi begitu besar disertai dengan segala varian pendorongnya entah nafsu atau lainnya. Namun, kini sangat begitu terbalik. Suasana seperti ini manusia kerap harus mengkontemplasikan dari apa-apa yang telah di perbuat atau di lakukan, sehingga kebijaksaan dari pada kontemplasi tersebut dapat dijadikan pembelajaran hidup bermakna serta implementasi untuk hidup yang lebih apik dan bijak serta tumbuh cinta antara manusia dengan alam tersemai dengan baik dan biak. sebagaimana ekologis merupakan sumber kehidupan yang konkrit bagi manusia. Semoga kondisi dari wabah pandemik covid-19 ini menjadi suatu pembelajarna dan kesadaran yang baik bagi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H