Mohon tunggu...
Muhammad Solihin
Muhammad Solihin Mohon Tunggu... Guru - Seorang pemimpi dan Pengembara kehidupan

Hidup adalah cerita dan akan berakhir dengan cerita pula. muhammad solihin lentera dunia adalah sebutir debu kehidupan yang fakir ilmu dan pengetahuan. menapakin sebuah perjalanan hidup dengan menggoreskan cerita kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tragedi Negara Sakura, Menyimpan Kenangan Duka

15 Mei 2020   17:36 Diperbarui: 15 Mei 2020   21:38 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari itu, terik mentari sangat menyengat membakar kulitku. Di kejauhan nampak fatamorgana menari-nari di permukaan jalan beraspal. Suhu udara diperkirakan 39Co. Siang itu aku berada di kota Heroshima, Negara Matahari.

Keberangkatanku ke Jepan dalam rangka membawa misi kunjungan belajar short course. Aku dan rekan rombongan bertolak kesana di bulan Agustus. Kami menghabiskan waktu 30 hari di sana. Impianku ketika menapakan kaki di negeri para samuraia itu, aku ingin melihat keindahan bunga Sakura.  Tapi setibanya disana ternyata suhu bumi panas sekali hingga mencapai puncak teramat panas.

Bunga Sakura tidak akan bersemi dengan cuaca teramat panas seperti ini, gumamku dalam hati, sambil mengipasi wajahku yang dibanjiri keringat. Aku bertanya pada gadis berparas cantik, berkulit putih dan bermata sipit di sebelah kananku. Dari awal perjalananku, ia selalu setia mendampingi perjalananku dan rombongan di negeri matahari itu. Haruka nama gadis itu. Ia ditugaskan oleh kementerian pendidikan Jepan untuk menemani kami. Tugas Haruka sebagai guide selama keberadaan kami di sini.

“Mengapa bunga sakura tidak terlihat di kota ini, Haruka?" tanyaku kepadanya untuk memuaskan rasa penasaranku.

 Sedari tadi aku mengelilingi kota Heroshima, tapi tidak melihat sekuntum bunga Sakura bersemi.

Haruka menjelaskan alasan mengapa bunga Sakura tidak terlihat. aku baru terpuaskan atas jawaban gadis sipit itu, rasa penasaran yang sedari tadi bergelayut dalam otakku sudah tidak membuatku bertanya-tanya lagi. Pantas saja bunga sakura tidak bersemi. Seakan ia malu menampakan kecantikanya. Rupanya, Aku berkunjung ke Negara matahari pada saat belum musim semi. Negara pencinta manga itu sedang mengalami musim panas di bulan ini.

Aku sering mendengar, banyak para pujangga cinta menggambarkan bunga Sakura dengan syair dan kata-kata, melukiskan kecantikan bunga itu. Bunga yang merupakan simbol keelokan paras dan budi wanita jepang.

Wanita jepang di anugerahi kulit putih, pipi merah merona dan paras cantik, seakan melengkapi kesempurnaanya.

Hampir diseluruh wilayah negara jepang tumbuh pohon sakura yang merupakan icon negara itu. Bunga sakura dikenal juga dengan sebutan cherry blossom.

Di kota Heroshima, Kulangkahkan kaki menelusuri sebuah bangunan yang nampak hancur berantakan. Aku terkesima dengan bangunan itu. Kuhentikan langkahku untuk mengamati bangunan tua itu. Terbesit niatan untuk masuk kedalamnya. Namun kuurungkan karena aku tidak bisa lebih dekat menghampirinya. Apalagi berusaha mencoba masuk kedalam bangunan itu.

Ada Pagar besi pembatas membentang mengelilingi bangunan itu, mengisyaratkan pengunjung dilarang terlalu mendekati bangunan apalagi berniat untuk masuk kedalamnya. Papan pengumuman terpampang jelas menginformasikan “Dilarang masuk kedalam bangunan”.

Ada terpasang alarm otomatis dikawasan itu. Alaram akan berbunyi jika ada pengunjung yang nekat menyeberangi pembatas pagar bangunan. Sudah dapat di pastikan, petugas keamanan akan menindak dan memberi sanksi bagi para pelanggar.

Aku bertanya dalam hati. Bangunan apa sih itu? Mengapa terlihat istimewa sekali penjagaanya?

Begitu banyak orang lalu lalang di kawasan itu. Mereka mengamati bangunan itu dengan antusias tinggi. Ada yang berphoto bersama, berselfi sendiri, untuk mendokumentasikan kenangan. Ada juga hanya sekedar memandangi bangunan itu sembari melamun, seakan terbawa dalam kenangan sejarah masa silam.

                                            

Diujung timur dari bangunan itu, Aku melihat seorang lelaki tua sedang dikerumuni banyak turis asing. Terlihat beberapa buku berserakan pada lapak yang digelarnya. Sekilas aku lirik buku-buku itu. Aku baca judulnya, ternyata semua buku menceritakan tentang peperangan dunia kedua.

Lelaki tua itu menjadi fokus perhatian wisatawan.  Ia berbicara menggunakan dwi bahasa, bahasa jepang dan bahasa inggris. Retorika bicara lelaki tua itu sangat memukau dan materi yang disampaikan sangat menarik pengunjung yang hadir disana.

Orang-orang disana seakan tersihir dengan kalimat-kalimat lelaki itu. Walau kemampuan listening bahasa inggrisku sangat buruk dan saat kuliah hanya dapat nilai-C. tapi aku bisa menangkap isi cerita lelaki tua itu. Ia menjelaskan sejarah bangunan  yang dihadapanku itu  dan kini luluh lantah diakibatkan peperangan. Ia pun memaparkan penderitaan masyarakat Heroshima akibat peperangan itu.

Akhirnya, keinginan tahuku pun terjawab setelah mendengar pemaparan orang tua tadi. Banguna tersebut adalah Hiroshima prefectural industrial promotion hall yang dibuka pada tahun 1915. Bangunan itu hancur, akibat bom atom yang dijatuhkan oleh tentara amerika pada 06 Agustus 1945 di kota Heroshima.

Hingga saat ini,  bangunan itu dibiarkan tanpa harus dibangun kembali, bangunan tua itu difungsikan sebagai monument perdamaian.

 

Betapa dahsyatnya radiasi bom nuklir yang dijatuhkan di kota itu. jutaan orang meregang nyawa di sana. Peristiwa itu merupakan tragedi kemanusiaan sangat memilukan yang pernah ada dimuka bumi ini.

Sungai yang ada didepan bangunan itu pun tak luput menjadi saksi bisu sejarah ganasnya tragedi perang dunia kedua. Ribuah mayat  tergolek mati di sana, akibat dahsyatnya radiasi nuklir yang diakibatkan oleh bom atom. Banyak orang berbondong - bondong mencari air di sungai itu untuk menghilangkan radiasi panas akibat oleh bom nuklir tersebut.

Kulit mereka terkelupas, pakaian mereka seakan meleleh, melepuh dan menyatu dengan kulit. Teriakan memekik dari korban tragedi itu terdengar serasa mengiris jiwa.

Ribuan nyawa tak tertolong. Mereka mati terkapar memenuhi sungai itu. mereka tak mampu menahan radiasi nuklir yang teramat panas. Sesaat air sungai itu berubah warna menjadi merah seperti  banjir darah.

“Sungai dipenuhi nyawa-nyawa yang tak berdosa. Bau busuk mayat menyengat beberapa hari setelah peristiwa itu. Ribuan mayat ditumpuk lalu dibakar,” ungkap lelaki itu menceritakan kepada pengunjung disana.

Mengerikan dan sangat memilukan peristiwa bom atom Hiroshima. Satu kata yang pantas menjadi pelajaran dari tragedi kemanusiaan itu

“STOP” jangan ada lagi peperangan di dunia ini.

Ternyata Keindahan bunga sakura di negeri matahari  menyimpang airmata kenangan duka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun