Mohon tunggu...
Muhammad Soleh Hapudin
Muhammad Soleh Hapudin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis Buku-Buku Pendidikan Nasional, taplink.cc/solehhapudin_educationcenter

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjaga Kemabruran Haji dalam Konteks Moderasi Beragama

6 Juli 2024   08:00 Diperbarui: 6 Juli 2024   09:58 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber dari Cover Buku Penulis

Menunaikan ibadah haji adalah impian bagi sebagian besar umat Muslim di seluruh dunia. Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan bagi setiap Muslim yang mampu, baik secara finansial maupun fisik. Ibadah haji menjadi puncak spiritual bagi seorang Muslim, sebuah perjalanan suci yang mempertemukan diri dengan Sang Pencipta di Tanah Suci Makkah.

Ketika seorang Muslim telah menyelesaikan rangkaian ibadah haji, maka ia akan kembali ke tanah air dengan membawa berbagai pengalaman spiritual yang mendalam. Namun, tantangan terbesar bagi seorang haji adalah menjaga dan mempertahankan kemabruran (keberkahan) haji yang telah diraih selama berada di Tanah Suci. Kemabruran haji merupakan anugerah yang harus dijaga dan dipelihara dengan sungguh-sungguh agar tidak hilang begitu saja.

Kemabruran haji (Mabrur) dalam bahasa Arab berarti "diterima" atau "diberkahi". Dalam konteks ibadah haji, kemabruran haji merujuk pada diterimanya ibadah haji seseorang di sisi Allah SWT.Rasulullah SAW bersabda, "Haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga" (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Maksud dari hadits ini adalah bahwa haji yang diterima dan diridhai oleh Allah SWT akan mendapatkan balasan berupa surga di akhirat kelak. Haji yang mabrur adalah haji yang dilakukan dengan niat yang ikhlas, menjalankan seluruh rangkaian ibadah haji sesuai dengan tuntunan syariat, dan mampu menjaga diri dari perbuatan dosa serta kemaksiatan selama dan setelah menunaikan ibadah haji.

Toleransi dan Menghargai Perbedaan
Pengalaman spiritual selama ibadah haji yang dijalani dengan penuh kekhusyukan akan menanamkan rasa rendah hati dan menghargai perbedaan. Seorang muslim yang mabrur akan bersikap toleran, terbuka, dan menjunjung tinggi keberagaman, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, maupun berbangsa dan bernegara.

Dalam konteks moderasi beragama, toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan merupakan nilai fundamental yang harus dipegang teguh. Di tengah maraknya sikap intoleransi dan ekstremisme agama, peran seorang muslim yang mabrur menjadi sangat penting dalam menjaga kerukunan dan persatuan umat.

Ibadah haji yang dilaksanakan dengan penuh khidmat akan membawa seorang muslim pada sebuah pengalaman spiritual yang mendalam. Ia akan merasakan kehadiran Allah SWT yang Maha Besar, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Pengalaman ini akan menumbuhkan rasa kerendahan hati, menyadari kebesaran dan kemahakuasaan Sang Pencipta, serta menyadari betapa kecilnya diri manusia di hadapan-Nya.

Dengan rasa rendah hati ini, seorang muslim yang mabrur akan semakin terbuka untuk menerima dan menghargai perbedaan. Ia akan memahami bahwa setiap manusia memiliki jalan masing-masing menuju Sang Pencipta. Oleh karena itu, ia tidak akan memaksakan keyakinan atau ideologinya kepada orang lain, apalagi melakukan tindakan kekerasan atau diskriminasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, seorang muslim yang mabrur akan bersikap toleran terhadap perbedaan agama, suku, ras, dan budaya. Ia akan menghormati hak-hak orang lain untuk menjalankan keyakinan mereka, selama tidak melanggar hukum atau merugikan orang lain. Ia juga akan terlibat dalam dialog dan kerja sama yang konstruktif dengan berbagai elemen masyarakat, demi mewujudkan kerukunan dan kedamaian.

Kemabruran ibadah haji merupakan fondasi yang sangat penting bagi kehidupan beragama seorang muslim, termasuk dalam konteks moderasi beragama. Moderasi beragama merupakan komitmen untuk memosisikan diri pada jalan tengah, menghindari sikap ekstrem, dan menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan, toleransi, dan keadilan dalam beragama. Seorang muslim yang telah menunaikan ibadah haji dengan mabrur, sudah selayaknya menjadi teladan dalam mempraktikkan moderasi beragama. Hal ini dapat tercermin dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari keseimbangan ritual dan sosial, toleransi dan menghargai perbedaan, memelihara persatuan dan persaudaraan, hingga komitmen dalam menegakkan keadilan.

Keseimbangan Ritual dan Sosial
Ibadah haji yang mabrur akan mendorong seorang muslim untuk senantiasa menjaga keseimbangan antara ibadah ritual dan pengamalan sosial. Ia akan tekun dalam menjalankan salat, puasa, dan ibadah lainnya, namun juga tidak lupa untuk peduli terhadap sesama, menyebarkan kedamaian, dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Dalam konteks moderasi beragama, keseimbangan antara ritual dan sosial merupakan hal yang sangat penting. Seorang muslim yang hanya fokus pada ritual ibadah namun mengabaikan dimensi sosial, dapat terjerumus pada sikap eksklusif dan egois. Di sisi lain, seorang muslim yang terlalu menekankan aspek sosial namun mengabaikan ritual ibadah, juga tidak mencerminkan keseimbangan yang dianjurkan dalam ajaran Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun