LATAR BELAKANG
Pada saat ini, banyak sekolah yang memiliki berbagai ilusi konsep-konsep seperti sekolah pemimpin masa depan, sekolah unggulan, sekolah mahal atau ada juga yang mengaku mampu memberikan fasilitas pendidikan unggul. Sekolah-sekolah tersebut merasa bisa memberikan fasilitas dan pendidikan versi terbaik mereka yang tentunya dengan biaya yang tidak sedikit. Hal ini tentu hanya bisa dicapai oleh masyarakat dengan penghasilan ekonomi yang di atas rata-rata saja. Sehingga fenomena pendidikan lembaga sekolah seperti ini menjadi perbincangan di kalangan masyarakat, karena tidak sedikit yang beranggapan bahwa pendidikan berkualitas memang harus berani membayar mahal, pendidikan di sekolah swasta yang murah tidak menjamin kualitas pendidikan, dan lain sebagainya. Padahal mahal dan murahnya pendidikan bukan acuan untuk menilai bagus tidaknya pedidikan yang diterapkan dan belum tentu juga bisa menjamin masa depan yang cerah bagi peserta didik sehingga menjadi cetakan generasi bangsa yang pintar dan kreatif. Tentu bukan begitu.
RUMUSAN MASALAH
- Apa yang dimaksud dengan Pendidikan?
- Apa yang dimaksud dengan Sekolah Mahal?
- Apa yang dimaksud dengan Sekolah Unggulan?
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang ataupun kelompok dalam upaya mendewasakan manusia melalui sebuah pengajaran maupun pelatihan. Ki Hajar Dewantara (1889 - 1959) mengemukakan bahwa pendidikan adalah usaha kebudayaan yang bermaksud memberikan bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak didik agar dalam garis-garis kodrat pribadinya serta pengaruh-pengaruh lingkungan, mendapat kemajuan hidup lahir batin.
Pendidikan sendiri bisa dijalani melalui 2 hal yakni pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang bisa didapat dengan mengikuti kegiatan atau program pendidikan yang terstruktur serta terencana oleh badan pemerintahan misalnya melalui sekolah ataupun universitas. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang bisa didapat melalui aktivitas kehidupan sehari-hari yang tak terikat oleh lembaga bentukan pemerintahan, misalnya belajar melalui pengalaman, belajar sendiri melalui buku bacaan serta belajar melalui pengalaman orang lain.
2. Sekolah Mahal
Kalau kita perhatikan dalam beberapa tahun yang terakhir ini telah muncul sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas yang sangat memadai. Fasilitas yang disediakan oleh sekolah-sekolah tersebut bisa terbilang sangat memadai untuk rata-rata sekolah di Indonesia, misalnya dengan bangunannya yang megah, ruang belajarnya yang sejuk dan ber-AC, buku-buku perpustakaan yang lengkap, sarana olahraga yang memadai, guru yang profesional, suasana belajar yang akademis, dan sebagainya.
Dengan adanya sekolah-sekolah yang masih jauh dari kata baik dalam segi fasilitas seperti atap yang bocor, dinding kelas yang retak dll, kemudian ada kelompok masyarakat yang mau dan mampu membangun sekolah-sekolah baru dengan fasilitas yang memadai. Kiranya amat wajar dan bisa kita mengerti bahwa sekolah-sekolah tersebut memerlukan biaya tinggi untuk operasionalnya. Tingginya biaya operasional ini tidak membawa permasalahan bagi sebagian kalangan masyarakat, permasalahan itu baru muncul ketika sampai pada soal siapa yang harus membayar biaya operasional yang tinggi itu.
Dari sekolah-sekolah tersebut masing-masing punya kebijakan yang berbeda-beda dalam memecahkan masalah tingginya biaya operasional. Muncullah kemudian istilah "sekolah mahal", yaitu sekolah-sekolah yang siswa atau orang tuanya harus membayar mahal untuk menutup biaya operasional yang tinggi itu. Mahalnya biaya yang harus dipikul oleh siswa atau orang tuanya tersebut menyebabkan tidak semua orang tua mampu menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah itu. Sekolah-sekolah mahal tersebut akhirnya hanya dapat dimasuki oleh kelompok masyarakat berekonomi tinggi, sehingga ada yang menyebut sekolah mahal sebagai sekolah eksklusif. Memang eksklusif bila dilihat dari asal siswanya, meskipun terkadang tidak eksklusif bila dilihat dari sistem pendidikannya. Hadirnya sekolah-sekolah mahal tersebut ternyata mengundang berbagai respon masyarakat, dari respon yang positif sampai respon yang negatif.
3. Sekolah Unggulan
Sekolah unggulan merupakan sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (out put) pendidikannya. Untuk mencapai keunggulan tersebut, maka masukan (input), proses pendididkan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut.
Sekolah dikatakan sebagai sekolah unggulan jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Prestasi akademik dan non akademik di atas rata-rata sekolah yang ada di daerahnya.
- Sarana dan prasarana dan layanan yang lebih lengkap.
- Sistem pembelajaran lebih baik dan waktu belajar lebih panjang.
- Melakukan seleksi yang cukup ketat terhadap pendaftar.
- Mendapat animo yang besar dari masyarakat, yang dibuktikan banyaknya jumlah pendaftar dibanding dengan kapasitas kelas.
- Biaya sekolah lebih tinggi dari sekolah sekitarnya.
Banyak pendapat mengenai sekolah unggulan, namun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan unggul adalah lebih tinggi, pandai, kuat dan sebagainya dari pada yang lain; terbaik; terutama. Sedangkan keunggulan artinya keadaan unggul; kecakapan; kebaikan dan sebagainya yang labih dari pada yang lain.
Sekolah unggul dalam dalam perspektif Departemen Pendidikan Nasional adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya. Artinya mencetak peserta didik menjadi generasi unggul dan terpelajar.
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa:
- Sekolah mahal dan sekolah unggulan sama-sama memiliki biaya operasional yang lebih mahal dari sekolah-sekolah biasa lainnya.
- Sekolah mahal lebih condong kepada pelayanan fasilitas yang bagus dan mewah. Sedangkan sekolah unggulan lebih condong kepada pembentukan peserta didik menjadi peserta didik yang unggul.
DAFTAR PUSTAKA
Trimantara, Petrus. 2007. Sekolah Unggulan: Antara Kenyataan dan Impian. Jurnal Pendidikan Penabur, Vol. 6, No. 8
Raflis, Kosasi. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta
Salim, Peter dan Yenny Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press
Muhammad. 2009. Konsep Pengembangan Madrasah Unggul. Kreatif, Vol. 4, No. 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H