Mohon tunggu...
Muhammad Sidik
Muhammad Sidik Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa pendidikan ilmu pengetahuan sosial

hobi saya berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Hereditas dan Lingkungan dalam Proses Perkembangan Manusia

7 November 2024   12:09 Diperbarui: 7 November 2024   12:21 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hereditas dan lingkungan berperan penting dalam perkembangan fisik, kognitif, dan emosional individu. Hereditas mencakup karakteristik yang diwariskan dari orang tua kepada anak melalui gen, yang dapat mempengaruhi sifat dan potensi individu. Di sisi lain, lingkungan mencakup kondisi dan interaksi sosial yang juga mempengaruhi perkembangan. 

Menurut Sholihah & Niam (2019), kedua faktor ini bersama-sama mempengaruhi pembentukan kepribadian manusia. Proses pembelajaran juga dianggap sebagai kunci dalam pembentukan kepribadian, dengan mempertimbangkan pengaruh dari hereditaris dan lingkungan dalam perkembangan peserta didik.


Adapun pembagian dalam pengaruh hereditas yaitu:
Perkembangan Fisik
Perkembangan Kognitif
Perkembangan Emosional


Perkembangan individu adalah hasil interaksi kompleks antara hereditas dan lingkungan. Keduanya saling mempengaruhi; potensi bawaan dapat dimaksimalkan atau terhambat oleh kondisi lingkungan. Oleh karena itu, pemahaman tentang kedua faktor ini sangat penting dalam psikologi perkembangan untuk mendukung pertumbuhan optimal individu.


Menyesuaikan diri dengan lingkungan akan menimbulkan perubahan dalam individu, memungkinkan mereka berfungsi baik dalam masyarakat, di mana pembelajaran mengarahkan proses ini untuk mencapai perubahan yang diharapkan. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik bergantung pada bakat yang dimiliki sejak lahir dan pengaruh lingkungan, dengan idealnya merupakan perpaduan keduanya. 

Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting untuk mencapai tujuan belajar, yang melibatkan berbagai komponen seperti guru, siswa, dan sarana prasarana, serta pemahaman teori belajar oleh siswa dan guru.

 Dalam konteks ini, pendidikan menjadi unsur penting untuk menciptakan perubahan, di mana proses pembentukan diri dipengaruhi oleh interaksi sosial dan peran guru sebagai pembimbing. Berbagai aliran pendidikan memberikan pandangan berbeda tentang motivasi belajar, dengan empirisme menekankan pentingnya pengalaman sebagai penentu karakter individu, di mana John Locke berargumen bahwa manusia lahir seperti kertas kosong dan dipengaruhi oleh lingkungan dalam proses pendidikannya. 

Dengan demikian, pendidikan berperan sebagai pengembangan perilaku manusia berdasarkan pengalaman interaksi dengan lingkungan sosial, dan keberhasilan pendidikan ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diterima individu, yang berimplikasi pada karakter dan identitas masing-masing.
 
George Berkeley, Thomas Hobes dan David Hume. Empirisisme muncul pada saat itu sebagai reaksi atas kelemahan paham rasionalisme – sebuah aliran filsafat yang berkembang lebih dahulu daripada empirisisme, yang beranggapan bahwa pengetahuan manusia yang sejati hanyalah berasal dari rasio atau akal semata, sementara pengalaman inderawi hanya dianggap sebagai pengenalan dan justru sering diabaikan.


Tujuan Teori Nativisme
Adapun Tujuan Teori Nativisme Yaitu:
1. Menemukan bakat terpendam yang dimiliki
2. Mengasah kompetensi diri sehingga menjadi ahli.
3. Memotivasi tiap individu untuk menentukan sebuah pilihan


Nativisme berpendapat bahwa perkembangan dan pertumbuhan anak ditentukan oleh potensi sejak lahir dan lingkungan tidak mampu untuk merubahnya.  Menurut teori nativisme ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia yaitu :


Orang tua sangat berperan penting dalam faktor genetik dengan menyatunya gen dari ayah dan ibu akan mewariskan keturunan yang akan memiliki bakat seperti orang tuanya. Banyak contoh yang kita jumpai seperti orang tunya seorang penanyi dan anaknya juga memiliki bakat seperti orang tuanya sebagai seorang penanyi.


Dalam faktor ini anak dituntut untuk menemukan bakat yang dimilikinya, dengan menemukannya anak dapat mengembangkan bakatnya tersebut serta lebih menggali kemampuannya. Jika anak tidak dituntut untuk menemukannya bakatnya, maka anak tersebut akan sulit untmengembangkan bakatnya dan tidak mengetahui apa sebenarnya bakat yang dimilikinya.


Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia dalam Teori Navitisme
a) Faktor Genetik
b) Faktor Kemampuan Anak
Faktor Pertumbuhan Anak


Konvergensi secara bahasa berasal dari bahasa Inggris dari kata converge yang artinya memusatkan pada satu titik, atau tindakan bertemu di satu tempat. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia konvergensi berasal dari kata konvergen, yang berarti bersifat menuju pada satu titik. Sedangkan di dalam kamus psikologi konvergensi.


Faktor yang mempengaruhi tinggi rendah nya mutu, Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri anak, mencakup pembawaan dan potensi psikologis yang memengaruhi perkembangan diri. 

Salah satu faktor intern adalah hereditas, yang merujuk pada gen yang diwariskan. Gen yang baik berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, mempengaruhi ciri fisik seperti bentuk tubuh, tinggi, dan warna kulit, serta kemampuan metabolisme. 

Pembawaan menunjukkan kecenderungan individu untuk tumbuh dan berkembang berdasarkan sifat-sifat tertentu yang ada sejak lahir, dengan pertumbuhan berfokus pada aspek fisik dan perkembangan pada aspek mental dan emosional.
 
Hormon adalah zat yang mengendalikan berbagai proses dalam tubuh meskipun kadarnya sedikit, dan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. C. Bakat adalah kapasitas individu untuk menguasai pengetahuan khusus atau keterampilan tertentu melalui latihan, seperti kemampuan berbicara bahasa Inggris atau keterampilan musik. D. Emosi dan perasaan memiliki pengaruh besar terhadap sikap manusia, di mana pemahaman mendalam tentang emosi dapat membantu dalam mengendalikan kematangan emosional.
 
Faktor Eksternal mencakup elemen dari luar diri anak yang mempengaruhi perkembangan, termasuk lingkungan (terutama pendidikan) dan pengalaman interaksi. Beberapa faktor eksternal meliputi: A. Makanan, B. Asupan Gizi, C. Pola Asuh, D. Perhatian atau Kasih Sayang, E. Perekonomian Keluarga, F. Lingkungan Sekitar, G. Teman Sebaya, dan H. Pendidikan di Sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun