Mohon tunggu...
MUHAMMAD SAHLANI
MUHAMMAD SAHLANI Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Seorang akademisi dan peneliti. Tertarik kepada politik dan isu pemerintahan yang kontemporer.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Petahana Vs Penantang di Pilkada 2024

17 September 2024   11:30 Diperbarui: 17 September 2024   11:35 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumus generik di pilkada ada 3 (tiga) syarat calon untuk dipilih: Pertama, calon harus diikenal yakni seorang calon harus sosialisasi lebih awal dan turun ke masyarakat. Calon tidak bisa berpangku tangan atau duduk manis di rumah. Kedua, calon harus disukai dalam arti bahwa calon harus mampu meyakinkan masyarakat dengan program-program kerja yang baru dan antitesa dari petahana . Ketiga. Calon dipilih dalam arti bahwa pengenalan dan kesukaan calon sudah terasosiasi di masyarakat.

Dalam pilkada, alasan calon disukai dan dipilih biasanya karena faktor primordial, kepribadian, kemampuan dan faktor X. Faktor x ini biasanya bekerja tidak dalam rasional di pilkada yang jurdil, misalkan perbuatan money politic dan black atau negatif campaign.

Petahana yang sudah lama berkuasa bahkan lebih sulit dikalahkan daripada petahana yang baru saja terpilih. Setidaknya ada 3 (tiga) insentif politik elektoral yang perlu dilakukan bagi penantang.

Pertama. Start lebih awal. Pentingnya bagi penantang memulai lebih awal tidak dapat dilebih-lebihkan. Banyak kandidat pemula berpikir ada semacam pembukaan resmi musim kampanye. Seperti latihan musim semi bisbol. Itu adalah kesalahan. Petahana mulai mencalonkan diri untuk pemilihan berikutnya pada hari mereka terpilih. Mereka memiliki cara untuk menghasilkan publisitas gratis hanya dengan menjalankan tugas normal kantor mereka. Penantang ingin keluar di depan itu sebelum petahana dapat mengembangkan momentum. Petahana akan menginginkan pemilihan tentang isu-isu mereka. Itu akan menjadi isu-isu yang akan membuat petahana merasa paling nyaman untuk mengatasinya.

Kedua. Menetapkan agenda politik. Penantang harus mencoba untuk menentukan agenda. Penantang harus mencoba untuk memaksa petahana untuk berbicara tentang isu-isu yang menjadi kelemahan petahana. Penantang harus mampu membedakan dan menunjukkan mengapa mereka harus dipilih. 

Mengalahkan petahana dapat dilakukan dengan kerja keras dan memiliki rencana. Para pemilih harus ditunjukkan bahwa ada perbedaan yang jelas antara para kandidat pada isu-isu yang ditetapkan oleh penantang. Penantang harus memberi tahu para pemilih mengapa mereka mencalonkan diri dan mengapa mereka adalah kandidat yang lebih baik.

Ketiga. Menentukan Wilayah Prioritas. Wilayah yang sangat luas harus menjadi perhatian panantang. Waktu penantang untuk sosialisasi biasanya sangatlah terbatas, beda dibandingkan petahana. Ditambah waktu kampanye yang sekarang hanya sekitar 2 (dua) bulan. Mengingat tidak semua wilayah bisa dikunjungi oleh penantang. Penantang harus menentukan wilayah prioritas sebagai basis elektoral. Pentingnya menentukan wilayah basis agar penantang lebih fokus dengan target pemilih. 

Dalam pilkada atau pemilu berlaku reward and punishment. Jika petahana dianggap berhasil maka akan mendapatkan reward. Begitupula sebaliknya jika dianggap gagal maka akan mendapatkan punishment. Reward yang diberikan masyarakat terhadap evaluasi kinerja patahana yang dianggap berhasil adalah tingginya tingkat kepuasan masyarakat di survei, presentasinya jika petahana dianggap berhasil angka psikologisnya yakni diatas 70% dan jika dianggap belum berhasil biasanya dibawah angka 70%. Jika angka tingkat kepuasan terhadap petahana dibawah 70% faktor kemenangan petahana menjadi kecil dan kemenangan bagi penantang terbuka lebar.

Politik itu dinamis. Dalam politik juga semua kemungkinan bisa terjadi. Turbulensi politik pilkada diberbagai daerah akan terus meningkat menjelang pemilihan 27 November 2024 mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun