Mohon tunggu...
Muhammad Shidqi R
Muhammad Shidqi R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - ISI SURAKARTA

Berpengalaman sebagai konten kreator selama 5 tahun, memiliki keahlian dalam penyusunan konsep kreatif, khususnya dalam editing video dan menulis skrip.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Implementasi Pengembangan Pemasaran Digital untuk Seni Ukir Solder Karya Kang Yayang terhadap Memperluas Jangkauan Peminat

31 Desember 2024   21:09 Diperbarui: 1 Januari 2025   07:22 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kang yayang dengan karyanya (sumber: pribadi) 

Abstract

Kang Yayang, a craftsman from Arjasari, is revolutionizing traditional Sundanese art with his unique solder carvings. He transforms this unexpected material into stunning works of art, ranging from detailed kujang (keris) sheaths to alluring necklaces and large sculptures. His work is not only beautiful, but also a powerful statement about preserving cultural heritage while embracing modern innovation. 

This research shows how his art bridges tradition and modernity, highlighting its impact on the national market and its potential to inspire future generations.

Abstrak

Kang Yayang, adalah tukang perajin dari Arjasari, Melestarikan seni tradisional Sunda dengan ukiran soldernya. Ia Mengukir dengan tangannya sendiri dan menjadi sebuah benda yang banyak diminati oleh orang orang dan menjadikannya pajangan di rumahnya, mulai dari sarung kujang (keris), kalung dan patung naga. Karyanya menjadi pernyataan yang kuat tentang pelestarian warisan seni budaya bangsa.

Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana seninya menjembatani tradisi dan modern, menyoroti dampaknya pada pasar nasional serta pasar yang dijual secara online dan potensinya untuk menginspirasi generasi mendatang.

Kata kunci: Seni Ukir, Sunda, Pelestarian Budaya, Kesenian

Pendahuluan

Tukang perajin seni ukir, ini bernama Kang Yayang, telah menciptakan karya seni yang mempunyai nilai budaya yang tinggi. Kang yayang hanya menggunakan sebuah solder, alat yang sederhana, untuk di jadikan alat ekspresi artistik, mengubah ujung solder sebagai cuan dan karya seni khas nya.

Foto Mengukir dengan Solder (sumber: MaduTv)
Foto Mengukir dengan Solder (sumber: MaduTv)

Foto Banyaknya Hasil Karya Seni ukir (sumber: MaduTV) 
Foto Banyaknya Hasil Karya Seni ukir (sumber: MaduTV) 

Inilah workshop Kang Yayang, sebagai tukang pengrajin seniman ulung dari Arjasari, Kabupaten Bandung. Keahliannya tidak diniatkan untuk mengangkat nama pribadi, tapi untuk mengangkat nama kampung dan daerahnya.

Ia menggunakan solder, bahan yang biasanya diperlukan untuk menyambungkan komponen elektronik pada papan sirkuit cetak (PCB) dan menstabilkan posisi komponen-komponen kecil, Justru digunakan untuk menciptakan ukiran yang sangat detail. Karyanya, mulai dari sarung kujang, hingga patung naga, merupakan bukti keahlian dari setiap ukirannya.

Metode 

Penelitian ini terbentuk berdasarkan wawancara langsung dengan Kang Yayang, memberikan pemahaman langsung tentang proses kreatif dan filosofi artistiknya. Pengamatan di bengkelnya dan proses pembuatan seninya turut serta memperdalam pemahaman tentang tekniknya.

Data pendukung diperoleh melalui latar belakang literatur yang juga merujuk pada seni ukir, pelestarian budaya dan inovasi dalam seni tradisional. Pemahaman terhadap seni Kang Yayang meningkat setelah penulis menemukan sumber dari jurnal-jurnal tertentu tentang pemahaman aktif yang berkaitan dengan contoh karya yang dibuat oleh Kang Yayang.

Pembahasan

Kang Yayang telah menciptakan banyak karya seni dengan teknik ukir solder dan menggabungkan identitas dan keahlian lokal. Salah satu karya khasnya adalah ukiran sarung senjata dan senjata tajam seperti kujang, keris, golok, dan sebagainya.

Ia juga menciptakan aksesoris dari kalung, tempat korek api, hingga patung hewan berukuran besar. Semuanya memiliki ciri khas tersendiri, terutama karena mereka dibuat menggunakan solder, teknik yang jarang digunakan dalam seni tradisional. 

"Bukan untuk mengangkat nama pribadi, tapi mengangkat nama daerah kampung, desa, termasuk kecamatan," ujar Kang Yayang.

Foto Seni ukir berbentuk patung hewan harimau (sumber: MaduTV)
Foto Seni ukir berbentuk patung hewan harimau (sumber: MaduTV)

Visi filsafati karyanya juga tercermin dari bingkai seni Kang Yayang. Ia ingin membagikan budayanya dengan orang-orang di luar sana, dan memanfaatkan seni tersebut sebagai metode yang ampuh untuk berbagi identitas lokal -- bukan sebaliknya.

Kejahliannya telah membuatnya mendapatkan pengakuan nasional. Karya Kang Yayang dicari di berbagai pulau di Indonesia: Kalimantan, Bali, Sumatra, hingga kolektor dari berbagai kelas menengah untuk berinvestasi di sana.

Seninya dapat digunakan secara beragam, sebagai hiasan rumah dan sebagai status simbol atau investasi langka. Harganya sangat bervariasi, tergantung pada ukuran dan kompleksitas.

Kang Yayang, sebagai seorang seniman tradisional, ia memiliki kesempatan untuk memperluas peminatnya melalui platform digital. Menjual seni ukiran di media sosial dan e-commerce dapat menjadi strategi promosi yang baik untuk menjangkau lebih banyak peminat dan juga para kolektor. Dengan menggunakan dampak visual dari media seperti foto dan video, ia dapat menunjukkan kepada publik bagaimana ia memproduksi seni ukir yang menambah nilai cerita pada karyanya.

Demikian pula, menjual karya seni ukir di platform online melalui e-commerce tidak hanya memberikan akses ke target pasar lokal, tetapi juga mencakup prospek untuk pasar global. Saya dapat membantu Kang Yayang untuk meningkatkan jumlah penggemar karya seninya dengan menyediakan semua informasi yang relevan tentang makna dan signifikansi budaya dari setiap objek. Langkah ini tidak hanya meningkatkan jumlah peminat, tetapi juga menekankan statusnya sebagai seniman yang masih melestarikan budaya dan menjadi khas kampungnya arjasari. Oleh karena itu, inovasi dalam pemasaran digital adalah faktor terpenting dalam mempromosikan seni ukir dalam persaingan bentuk seni modern yang semakin ketat.

Meskipun seninya memiliki daya tarik tersendiri, Kang Yayang mengakui tantangan dalam melestarikan bentuk seni ini di tengah perubahan zaman. Ia berharap seni ukir solder tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang, menjadi simbol abadi identitas budaya Sunda.

Kesimpulan

Ukiran solder khas hasil Kang Yayang adalah contoh nyata bagaimana seni tradisional dan modernitas dapat berpadu untuk melestarikan warisan budaya. Dengan merangkul pemasaran online seperti E-Commerce, ia tidak hanya merevitalisasi bentuk seni tradisional di daerahnya saja tetapi juga memperluas jangkauan peminat dan apresiasinya.

Kisahnya dapat dibuktikan bahwa seni mempersatukan generasi dan menasihati seniman yang akan datang bahwa potensi budaya, benda tradisional dapat diterapkan di zaman sekarang.

Harapan ke depan, seni ini dapat terus menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mencintai dan melestarikan budaya lokal.

Referensi

Hasil wawancara dengan Kang Yayang (2024). Bandung, Jawa Barat.

Jurnal Pemalang. (n.d.). Sejarah seni ukir tradisional di Indonesia. Jurnal Pemalang.

Zakiyyah, Z., & Hadiwibowo, I. (2023). Upaya meningkatkan kreativitas anak dengan memanfaatkan limbah daun kering sebagai media berkreasi seni kolase dalam pembelajaran seni rupa siswa IX B di SMP 2 Kudus. Eduarts: Jurnal Pendidikan Seni, 10(3), 21-30.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun