Globalisasi merupakan fenomena perkembangan kontemporer yang memiliki pengaruh terhadap munculnya berbagai kemungkinan perubahan dunia. Pengaruh globalisasi dapat menghilangkan berbagai hambatan yang membuat dunia semakin terbuka dan saling membutuhkan antara satu sama lain. Dapat dikatakan bahwa globalisasi membawa perspektif baru tentang konsep "Dunia Tanpa Batas" yang saat ini telah menjadi realita dan berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan budaya yang akhirnya membawa perubahan baru.
Waters (1995) mendefinisikan globalisasi dari sudut pandang yang berbeda. Dia mengatakan bahwa globalisasi merupakan sebuah proses sosial, dimana batas geografis tidak penting terhadap kondisi sosial budaya, yang akhirnya menjelma ke dalam kesadaran seseorang. Definisi ini hampir sama dengan apa yang dimaksudkan oleh Giddens (1990). Dimana, globalisasi adalah adanya saling ketergantungan antara satu bangsa dengan bangsa lain, antara satu manusia dengan manusia lain melalui perdagangan, perjalanaan, pariwisata, budaya, informasi, dan interaksi yang luas sehingga batas-batas negara menjadi semakin sempit. Pengertian globalisasi seperti ini juga telah disampaikan oleh beberapa ahli yang mengatakan bahwa globalisasi adalah proses individu, kelompok, masyarakat dan negara yang saling berinteraksi, terkait, tergantung, dan saling mempengaruhi antara satu sama lain, yang melintasi batas negara. Tomlinson mendefinisikan globalisasi sebagai suatu penyusutan jarak yang ditempuh dan pengurangan waktu yang diambil dalam menjalankan berbagai aktifitas sehari-hari, baik secara fisik (seperti perjalanan melalui udara) atau secara perwakilan (seperti penghataran informasi dan gambar menggunakan media elektronik), untuk menyebrangi mereka. Menurut Lyman (2000) bahwa globalisasi biasanya diartikan sebagai "rapid growth of interdependency and connection in the world of trade and finance". Tetapi, ia sendiri berpendapat bahwa globalisasi tidak hanya terbatas hanya pada fenomena perdagangan dan aliran keuangan yang berkembang dengan kian meluas saja, ini karena adanya kecendrungan lain yang didorong oleh kemampuan teknologi yang memfasilitasi perubahan keuangan, seperti globalisasi komunikasi "there are other trends driven by the same explosion of technological capability that have facilitated the financial change. Globalization of communication is one such trend". Globalisasi dapat dilihat sebagai kompresi ruang dan waktu dalam hubungan sosial dan munculnya kesadaran global tentang kemampatan tersebut. Dalam bahasa sehari-hari, proses ini bisa dikatakan sebagai "dunia menjadi semakin kecil". Globalisasi dapat juga didefinisikan sebagai proses pertumbuhan dan perkembangan kegiatan ekonomi lintas batas nasional dan regional. Ini diperlihatkan melalui pergerakan barang, informasi, jasa, modal dan tenaga kerja melalui perdagangan dan investasi.
Scholte (2005) melihat beberapa defenisi yang dimaksudkan dengan globalisasi, antaranya adalah sebagai berikut:
(1) Internasionalisasi. Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya aktivitas hubungan internasional. Walaupun masing-masing negara masih mempertahankan identitasnya, namun menjadi semakin tergantung antara satu sama lain.
(2) Liberalisasi. Globalisasi juga diartikan sebagai semakin berkurangnya batas-batas sebuah negara. Misalnya, masalah harga ekspor/impor, lalu lintas devisa dan migrasi.
(3) Universalisasi. Semakin luasnya penyebaran material dan immaterial ke seluruh dunia, hal ini juga diartikan sebagai globalisasi. Pengalaman di satu tempat dapat menjadi pengalaman di seluruh dunia.
4) Westernisasi. Westernisasi merupakan satu bentuk dari universalisasi, dimana makin luasnya penyebaran budaya dan cara berfikir sehingga berpengaruh secara global.
(5) Hubungan transplanetari dan suprateritorialiti. Definisi yang kelima ini sedikit berbeda dengan keempat definisi sebelumnya. Keempat definisi sebelumnya mengidentifikasi bahwa masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya, namun pada definisi yang kelima ini menyatakan bahwa dunia global mempunyai ontologinya sendiri, bukan sekedar gabungan dari berbagai negara.
Namun sejauh ini, penggunaan istilah globalisasi belum memberikan definisi yang jelas. Meskipun beberapa fitur dan dimensi telah banyak dinyatakan seperti di atas. Konsep globalisasi perlu dikupas secara lebih mendalam sehingga kita dapat menilai pengaruh globalisasi terhadap peradaban dan perubahan perilaku. Memang, sampai saat ini, kita belum memiliki definisi dan konsep globalisasi yang jelas. Kita anggap bahwa kesepakatan para ahli tentang isu defenisi globalisasi belum/tidak akan tercapai. Hal yang sama juga belum adanya kesepakatan ilmiah dalam perumusan konsep budaya dan peradaban itu sendiri.
Corak globalisasi yang terjadi sekarang adalah jelas pada penekanan finasial global dan perkembangan teknologi yang semakin pesat. seiring dengan pemulihan pascakrisis, bertumbuhnya ekonomi digital dan intelejensi buatan (artificial intellligence), serta naiknya Cina sebagai kekuatan global. Globalisasi yang terjadi sekarang juga memberikan terjadinya lembaga-lembaga internasional seperti IMF, UN (PBB), WTO dan lain sebagainya yang mempunyai tupoksi seperti pemerintahan negara sehingga memberikan proyeksi pada kemungkinan pemerintahan global. Sedangkan pada periode sebelumnya jelas peningkatan bagaimana perpindahan manusia dapat diakomodir dengan baik atau masa puncak seni dan pemikiran pada zaman renaissance, polanya jelas berbeda dengan sekarang yang lebih mengintegrasikan ekonomi global dan variabel yang kompleks.
Mengapa orang kerap mendefinisikan globalisasi sebagai amerikanisasi dan westernisasi. Padahal jelas amerikanisasi dan westernisasi merupakan fenomena yang terjadi pada domain globalisasi, seperti k-pop yang merupakan fenomena koreanisasi. Mendefinisikan globalisasi sebagai amerikanisasi dan westernisasi menurut saya justru telah mereduksi definisi globalisasi yang justru lebih dari sekadar amerikanisasi dan westernisasi. Globalisasi sebagai fenomena menghilangnya batas-batas demarkasi antar-negara berimplikasi pada terjadinya westernisasi dan amerikanisasi yang kerap dilihat di teknologi seperti media sosial sebagai suatu kemajuan, sehingga digandrungi. Orang yang menyamakan globalisasi dengan westernisasi dan amerikanisasi biasanya hadir karena mereka menganggap teknologi yang hadir serta apa yang ditampakkan di teknologi tersebut jelas berbau eropa dan amerika, padahal itu hanya sebagian kecil, teknologi bukan variabel satu-satunya untuk mendefinisikan globalisasi, ada sosial, budaya, politik, dan sebagainya yang bisa dijadikan acuan untuk mendefinisikan globalisasi.
Globalisasi sebagai imperialisme baru? saya rasa bisa dikatakan iya, karena jika mengacu pada ranah ekonomi. Pada hal itu, globalisasi meningkatkan ketergantungan satu sama lain baik masyarakat, pemerintah, lingkungan, dan ekonomi. Bahkan globalisasi membuat meningkatnya ekonomi yang saling ketergantungan, baik dari negara satu dengan negara lainnya. Hal ini jelas beririsan dengan sistem kapitalisme. Dewasa ini, banyak negara yang kerap dijadikan sapi perah, dengan kata lain negara tersebut dijadikan tempat produksi dengan catatan upah yang sangat minim sehingga para kapitalisa bisa menekan anggaran mereka sehingga dapat mengambil keuntungan sebesar-besarnya. Apalagi sudah banyak negara yang mengalami sistem monopoli atas dominasi kapitalisme di era globalisasi ini. Banyak negara yang tidak bisa mengelola kekayaan alamnya, akhirnya harus merelakannya kepada pihak kapital untuk dikelola dengan persentase hasil yang cukup timpang.
Negara yang berada di bagian globalisasi saya pastikan akan merasakan kebermanfaatan ekonomi, karena jelas adanya interaksi yang semakin terbuka, membuat setiap negara akan bisa bertransaksi dengan negara lain sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, misal tidak semua negara bisa memenuhi kebutuhan dalam negerinya, oleh karena itu ada mekanisme impor sehingga dapat membantu kebutuhan negara tersebut atau justru negara tersebut bisa memanfaatkan ekspor untuk menambah devisa negara. Namun terkait kemiskinan dan ketidaksetaraan ini menurut saya relatif, karena sejauhmana negara bisa melakukan kebijkan yang tepat untuk mengurangi dua permasalahan tersebut, saya katakana mengurangi karena utopis apabila disebutkan dengan kata menghilangkan.
Lalu, apakah bisa dikatakan globalisasi membuat negara yang kaya menjadi semakin kaya dan negara yang miskin menjadi semakin miskin? Jelas bisa, sebagai contoh China, merupakan negara yang berhasil memanfaatkan globalisasi dengan baik sehingga melejit sebagai negara dengan perekonomian yang pesat, bahkan menyalip Amerika Serikat. Atau jika kita melihat negara-negara di Afrika yang cenderung stagnan atau bahkan mengalami kemunduran karena perang saudara, instabilitas politik, maraknya penjualan senjata secara illegal, dan sebagainya, fenomena tersebut terjadi sebagai bagian dari globalisasi. Namun pada akhirnya globalisasi ini saya ilustrasikan sebagai dua mata koin, ada sisi baiknya dan ada sisi buruknya, tinggal bagaimana negara tersebut menyikapi globalisasi, bagaimana negara tersebut memberikan barrier to entry dari laju globalisasi yang dapat menghantam siapa saja tanpa terkecuali.
REFERENSI
Waters, M. 1995. Globalization. 2nd Edition. Taylor and Francis Group. London.
Giddens, A. 1990. The Consequences of Modernity. Cambridge: Polity Press
Lyman, P.N. 2000. Globalization and the Demands of Governance. Georgetown Journal of International Affairs (Winter/Spring). Premier Issue.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H