Mohon tunggu...
Moh. Samsul Arifin
Moh. Samsul Arifin Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka membaca dan menulis apa saja

Saya suka menulis, dan membaca apa saja

Selanjutnya

Tutup

Love

Kenapa Ada yang Menunggu Meski Tahu Sia-sia, atau Menyakiti Pasangannya yang Setia?

24 Januari 2022   13:41 Diperbarui: 24 Januari 2022   14:04 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[Bacaan ini mungkin baik dibaca oleh remaja, umumnya untuk siapa saja. Lintas gender boleh, lintas generasi juga boleh.]

___

Usia SD (antara 6-12 tahun)

Hidup itu adalah bermain dan belajar. Kita juga yakin bahwa orangtua kita pasti akan memberikan apapun yang kita mau. Pada usia itu, tidak ada cerita cinta. 

Tapi kelas 5 SD keatas, kita mulai bisa membedakan lawan jenis yang rupawan, atau punya kelebihan lain, akan memiliki daya tarik untuk disukai atau didekati.

Mencintai siapapun yang rupawan

___

Usia SMP (antara 12-15)

Adalah masa pubertas pertama. Kita mulai merasakan definisi perasaan seperti; suka, sayang, berharap lebih dekat, iri, cemburu, bersedih bahkan perasaan seperti putus asa.

Di masa ini, kita lebih ekspresif, mulai suka meniru, mulai berani berbohong, mulai punya standar, punya idola, bahkan berani menyatakan sikap atau berani tampil berbeda dari teman lainnya.

Mencintai adalah anugerah dan tantangan sekaligus.

___

Usia SMA (antara 15-18)

Usia gila. Ya, tantangan terbesar orang tua dalam mendidik anak-anaknya ada di usia ini. Dalam usia ini, kita bukan hanya berani berbeda, namun juga mulai berani menentang sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinan kita. Banyak perilaku menyimpang, kenakalan bahkan kejahatan dalam menghadapi masalah percintaan.

Pada dasarnya, kita di masa-masa SMA, kita mampu membuat standarisasi moral dan sosial sendiri (bahwa A lebih baik dari pada B, C itu terlarang dan D itu tidak apa-apa jika ditinggalkan, dst.). Sekaligus suka mencoba hal-hal baru.

Meski tak bisa dipukul rata, umumnya usia ini memang tempat mengaktualisasikan diri, masa dimana kita ingin menunjukkan pada semua orang "Aku bisa, aku paham, aku akan menunjukkan bahwa pilihanku benar dan aku akan bertanggungjawab atas apapun pilihanku".

Remaja SMA laki-laki tentu lebih berani dalam hal apapun. Remaja SMA perempuan kebanyakan hanya berani menyatakan sikap. Kita berani mengakui kekurangan diri sendiri dan mengakui tiap manusia itu punya levelnya sendiri-sendiri.

Cinta adalah misteri, drama dan perjuangan.

Mahasiswa S1 (antara 18-23)

Di usia ini kita mesti bagi-bagi lagi. Maklum, lebih kompleks memang, keadaan ekonomi, pendidikan, motivasi dan status sosial saling memengaruhi pembentukan mental dan kepribadian.

Mahasiswa: mulai menyadari kekurangan dan kelebihan, mulai mengklasifikasikan masalah lebih detail (terperinci). Benar-benar berani menyatakan sesuatu yang serius bahkan mengambil tindakan berisiko. Pemuda yang baik dan belum baik, biasanya bisa dengan mudah dilihat pada generasi ini.

Mahasiswi: secara umum hampir sama dengan laki-laki. Namun perempuan di masa ini adalah perempuan paling sensitif, perasa, baperan, mudah tertipu sekaligus menjadi perempuan paling tegas dalam menentukan pilihan. Terutama dia yang mulai melepas ketergantungan ekonomi dari keluarganya.

Baik laki-laki ataupun perempuan di masa itu, menyadari bahwa masa depan mereka tidak akan jauh berbeda dari keadaan mereka saat itu. Mereka mulai realistis, sekaligus idealis, pemilih, tapi ada juga yang berperilaku berbeda, tergantung lagi pada situasi kondisi psikologisnya sendiri seperti apa.

___

Usia 30 tahun keatas. 

Jarang bagi seseorang di masa ini yang belum menemukan jati dirinya sendiri, kita yang sudah menikah pada usia itu akan sibuk mengurus rumah tangga. Jika pasangannya saling sesuai, hubungan itu akan lama dan sehat sedangkan jika pasangannya berbeda cara pandangnya, beda keyakinannya, beda prinsipnya, beda nilai yang dijunjung tinggi itu apa, biasanya tidak bertahan lama.

Di usia 30 tahunan

Cinta adalah manajemen ekonomi dan manajemen psikologi. Makin baik ekonomi seseorang, makin tinggi nilainya. Makin baik mengelola emosi, makin baik citranya di mata orang lain.

Usia dewasa, (30-40 keatas)

Usia mapan, banyaknya ilmu dan pengalaman akan terbentuk menjadi kepribadian yang utuh di usia ini. Jarang ada perubahan yang berarti bisa terjadi, baik ekonomi, status sosial, agama dll. Terutama bagaimana ia memakai arti cinta itu seperti apa.

Di masa ini terlalu banyak kemungkinan dalam dunia percintaan yang bisa diuraikan. Arti cinta, arti bahagia, arti kaya, arti mulia, arti harga diri, arti kehidupan dan arti arti yang lain sudah diyakini dalam hati masing-masing.

Makanya, ada yang masih mau bertahan meskipun dia tahu akan sia-sia, ada yang selingkuh saat pasangannya setia, ada yang tega menyakiti pasangannya bahkan tega menyakiti dirinya sendiri karena ia berangkat dari pemahaman yang ia ikat kuat dalam cara berpikirnya.

Tiap orang ada kisahnya.

Penjabaran di atas tentu bukan standar kunci dalam menilai serta memaknai seseorang dalam pemahamannya tentang arti cinta. Apalagi aku hanya membaginya dalam ranah usia saja, belum dibagi dengan hal-hal penting lainnya.

Ingat, ini bukan cara mendapatkan cinta. Ini adalah rangkuman perubahan penerjemahan arti cinta berdasarkan usia secara umum menurut saya saja.

Kita tak boleh sakit hati jika harus terpaksa (dalam masalah cinta, misalnya dalam kasus dijodohkan), atau bangga jika sudah berkuasa (misalnya; mendapatkan seseorang yang sesuai selera dan standar sendiri), kenapa?

Karena kita sudah diingatkan oleh hadits:

"Wahai Muhammad, Hiduplah sesukamu (tapi ingatlah) sesungguhnya engkau akan mati. Berbuatlah sesukamu (tapi ingatlah) sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya. Cintailah siapa yang kamu suka (tapi ingatlah) sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya.

Ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin terletak pada shalat malamnya dan kehormatannya terletak pada ketidak-butuhannya kepada manusia.' "

(HR. Ath-Thabrani).

Hati-hati dalam bercinta, hehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun