Sudah sepuluh tahun sejak terciptanya Kyra. Gunnar kini brewokan, jenggot juga rambutnya pernah dipotong meski sekadarnya saja, seorang seniman berbakat jatuh cinta pada lukisannya sendiri, dirinya tak terurus. Makan seadanya, mandi seperlunya, hari-hari menjadi pengabdian tanpa henti untuk merawat Kyra. Mendandani, meminyakinya.
Kyra digotong ke tempat tidurnya, diselimuti, lalu Gunnar berdoa:
"Tuhanku, Kau telah menciptakanku, Kau juga telah menciptakannya melalui tanganku, aku tentu akan menjaganya sepanjang usiaku ini. Tapi sudilah kiranya, hambamu yang lemah dan tidak berdaya ini, Kau kasihi dengan meniupkan nyawa padanya"
Doa yang sepuluh tahun tidak berubah, diucapkannya lagi malam itu. Seperti biasa, ia mengulangnya seribu kali, lalu pergi tidur memeluk Kyra hingga pagi.
Matahari sudah terbit, tapi mata Gunnar belum terbuka. Seseorang menggoyang kakinya.
"Bangunlah... sudah siang"
Terdengar suara seorang wanita samar-samar. Gunnar terjaga, ia tak melihat Kyra di depannya.
Bersambung...