Tenggelam dalam musik klasik
Karena sering asyik dan banyak membaca akhirnya membuatnya terbiasa menyendiri dan selalu di rumah. Pamannya yang seorang fans Westlife, dan sering memutarnya di rumah, membuatnya juga terbiasa dengan musik barat lainnya. Pada usia 10 tahun, dia sudah hampir menghapal semua lagu dalam album Unbreakable -- The Greatest Hits Vol. 1 milik Westlife.
Sedangkan dari radio, lagu-lagu barat tengah malam hanya memutar lagu klasik. Itu pertama kali dia tau bahwa ada musik tanpa penyanyinya. Namaya musik instrumental. Dari Forever ini Love-nya Kenny G., Canon in D-nya Johann Pachelbel, Love Story-nya Richard Clayderman, sampai Fur Elise yang legendaris karya Beethoven. Dan daftar lagu itu menjadi sering ia dengar mengalahkan booming-nya Sonetanya Rhoma Irama dan Ahmad Albar.
Ingin terbang menjadi astronot
Dari usia sembilan sampai lima belas tahun, tidak ada yang lebih menyita perhatiannnya dari pada malam dan langit. Seorang anak tanpa keahlian itu seperti kecanduan mencari tahu rahasia alam. Referensi dari buku yang dia 'curi' dulu benar-benar membuat dia berbeda. Karena penasaran itu dia sering tidur di halaman sambil memandangi bintang-bintang, meskipun sering dimarahi ibunya karena khawatir sakit kedinginan.
"Bintang yang kita lihat itu bukanlah bintang yang sebenarnya sekarang, cahaya butuh waktu untuk menempuh jarak, sedangkan bumi tempat kita tinggal, bertriliunan kilometer jaraknya dengan bintang-bintang itu, bisa saja, bintang yang kita pandang itu adalah bintang satu bulan yang lalu, satu tahun yang lalu, seratus tahun yang lalu (bergantung seberapa jauhnya mereka) atau bintang yang sudah meledak menjadi supernova dan tiada lagi". Penjelasan ini salah satu yang membuat dia mencintai astronomi, dan membuat dia bercita-cita menjadi astronot. Lalu melihat langsung apa yang ada "disana" sebenarnya.
Suatu hari, dia ingin menjadi seperti Yuri Gagarin (kosmonot Uni Soviet, manusia pertama yang berhasil melakukan perjalanan ke luar angkasa pada 1961, menunggangi wahana antariksa Vostok 1). Perlu diketahui juga bahwa Pemerintah Rusia menghadiahkan patung kosmonot Yuri Gagarin kepada pemerintah Indonesia -Patung tersebut diletakkan di Taman Mataram, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan- sebagai simbol persahabatan.
Sampai hari ini ia belum bisa menjadi astronot, melainkan menjadi tenaga pendidik di Pondok Pesantren Al-ibrohimy, namanya, Moh. Samsul Arifin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H