Mohon tunggu...
Moh. Samsul Arifin
Moh. Samsul Arifin Mohon Tunggu... Dosen - Saya suka membaca dan menulis apa saja

Saya suka menulis, dan membaca apa saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Anak Petani Tua Lebih Mencintai Besi Tua di Jakarta

1 Januari 2021   12:28 Diperbarui: 1 Januari 2021   12:33 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: kpssteel

Jadi syair-syair peracau burung gagak, dan burung lain pembawa sial.

Oleh pemuda-pemuda bahkan duda-duda.

Kau, pada akhirnya telah menghidupi imajinasi orang-orang, meski sebentar. Sebelum hilang, dan kita sebagai lelaki harus memulai lagi hitungan, tentang siapa yang kini tersisa, dari semua yang sudah mengulang hilang.

Galis, 2-11-2012

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun