Pada masa abad ke 20, hasrat masyarakat bumi Andalas, Ranah Minang, Sumatera Barat untuk mendirikan perguruan tinggi sudah tumbuh. Namun keinginan dari para tokoh dan cendikiawan yang dimiliki Ranah Minang ini, bertentangan dengan pemerintah kolonial Belanda yang tidak ingin ada satupun perguruan tinggi berdiri disaat itu.
Baru kemudian pasca kemerdekaan Republik Indonesia, berdiri beberapa perguruan tinggi yang kemudian tepatnya pada tanggal 13 September 1956 Mohammad Hatta yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia bersama Menteri Pendidikan dan Pengajaran RI Sarino Mangunpranoto, menandatangani sebuah piagam berdirinya sebuah perguruan tinggi yang dinamai Universitas Andalas.
Dalam piagam tersebut dinyatakan "untuk memenuhi hasrat masyarakat di Sumatera (Andalas) guna mempertinggi kecerdasan Bangsa Indonesia dalam arti kata yang seluas-luasnya dalam berbagai Ilmu Pengetahuan, maka pada hari Kamis tanggal 13 September 1956 (8 Syafar 1376), kami resmikan pembukaan Universitas yang pertama dengan nama : Universitas Andalas di Bukit Tinggi. Tertanda Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Sarino Mangunpranoto dan Wakil Presiden RI Drs Mohammad Hatta.
65 tahun lamanya, berawal dari sebuah Piagam yang ditandatangani oleh Wakil Presiden RI Drs Mohammad Hatta, Universitas Andalas kian berkembang hingga melahirkan ribuan para intelektual dan pemikir untuk kejayaan bangsa.
Hingga saat ini, Presiden Joko Widodo secara resmi telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 95 Tahun 2021 dimana status Unand secara resmi menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) dan merupakan kampus ke 13 yang berstatus PTN-BH.
Dalam Dies Natalis ke -- 65, lustrum XIII, Unand meluncurkan PTN BH dengan tema "Unand PTNBH Sebagai Penggerak Kolaborasi Indonesia Maju.
Muhammad Samin -- Sumatera BaratÂ
"Universitas Andalas adalah perguruan tinggi pertama yang didirikan di pulau Sumatera, yang merepresentasikan harapan kemajuan bangsa seperti yang selalu diperjuangkan oleh proklamator kemerdekaan Muhammad Hatta. Unand harus jadi penggerak kolaborasi menuju Indonesia maju," Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dalam sambutan Dies Natalis Unand ke 65 dan Lustrum XIII, Senin, 13 September, 2021.Â
******
Tidak dipungkiri, berdirinya Indonesia, tidak terlepas dari para pemikir yang berasal dari Bumi Andalas, Ranah Minang, Sumatera Barat. Sebut saja, Tan Malaka, Agus Salim, Mohammad Hatta, M Natsir, Buya Hamka, Sultan Sjahrir, dan banyak lagi tokoh sumbar lainnya.
Adanya sumbangsih dari para tokoh ranah minang untuk Indonesia, perlu  diabadikan hingga para pemikir dari Ranah Minang, terus tumbuh dan berkembang. Sehingga pada tanggal 13 September 1956, tepatnya di Bukit Tinggi lahirlah kampus pertama di Pulau Sumatera yakni Universitas Andalas (Unand) yang diresmikan secara langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Mohammad Hatta.
Dari catatan sejarah, seperti yang dimuat di situs resmi Unand merilis, gagasan mendirikan perguruan tinggi di Sumatera Barat kembali mengemuka seiring dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Indonesia oleh Ir.Soekarno dan Drs.Mohammad Hatta.
Para pemuka masyarakat Sumatera Barat merasakan bahwa kebutuhan generasi muda yang terdidik, sangat mendesak. Merekalah yang diharapkan dapat mengisi kemerdekaan dan membawa kemajuan dan kejayaan bangsa di masa datang. Akan tetapi, berhubung pada waktu itu dalam suasana Perang Kemerdekaan, menentang kedatangan bangsa Belanda yang hendak menjajah Indonesia kembali, maka hasrat itu terpendam lagi.
Keinginan itu akhirnya dapat diwujudkan pada tahun 1948 dengan mendirikan 6 (enam) akademi yang terdiri dari Akademi Pamong Praja, Akademi Pendidikan Jasmani, dan Akte A Bahasa Inggris, Akademi Kadet, dan Sekolah Inspektur Polisi. Keenam akademi tersebut berada di Bukittinggi. Keberhasilan mendirikan enam akademi ini semakin memacu para pemuka masyarakat Sumatera Barat untuk mendirikan sebuah universitas.
Pada tahun 1949 pemerintah Indonesia merencanakan untuk mendirikan Fakultas Hukum di Padang, Fakultas Kedokteran di Medan dan Fakultas Ekonomi di Palembang. Namun, karena berbagai keterbatasan yang dihadapi pada waktu itu, pemerintah Indonesia menunda untuk menyetujuinya.
Akibat penundaan ini, "Yayasan Sriwijaya" berinisiatif untuk mendirikan Balai Perguruan Tinggi Hukum Pancasila (BPTHP) di Padang pada tanggal 17 Agustus 1951. Mengikuti langkah Yayasan Sriwijaya itu, kemudian pemerintah mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) di Batu Sangkar pada tanggal 23 Oktober 1954, Perguruan Tinggi Negeri Pertanian di Payakumbuh pada tanggal 30 November 1954, dan Fakultas Kedokteran serta Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Pengetahuan Alam di Bukittinggi pada tanggal 7 September 1955.Â
Keempat perguruan tinggi itu diresmikan oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta. Seiring dengan itu, Yayasan Sriwijaya juga menyerahkan BPTHP kepada Pemerintah Propinsi Sumatra Tengah. Semenjak itu BPTHP berganti nama dengan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat.
Kelima fakultas itu menjadi cikal bakal dalam mendirikan Universitas Andalas. Oleh karena merupakan universitas yang pertama didirikan di Pulau Sumatera, maka Bung Hatta mengusulkan nama: "Universitas Andalas", dengan merujuk kepada nama Pulau Sumatera yang waktu itu juga terkenal dengan Pulau Andalas.
Sungguhpun nama itu terkesan regional, namun keberadaannya itu tetap dalam kerangka Kebangsaaan Indonesia. Hal itu jelas terbaca dalam piagam pendiriannya: "...guna mempertinggi ketjerdasan Bangsa Indonesia dalam arti jang seluas-luasnja dalam berbagai-bagai Ilmu Pengetahuan". Di samping itu, dalam lambangnya tertera pula kata: "Universitas Andalas Untuk Kedjayaan Bangsa". Pada tanggal 13 September 1956 Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta meresmikan pembukaan Universitas Andalas di Bukittinggi.
Pada tahun 1958, untuk pertama kalinya Unand mulai memetik hasil dengan lulusnya Mr. Rudito Rachmad sebagai Sarjana Hukum pertama. Satu tahun berikutnya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat mewisuda pula empat mahasiswanya, yaitu Mr. Herman Sihombing, Mr. Zawier Zienser, Mr. Eddy Ang Ze Siang, dan Mr. Djalaluddin Ilyas.
Kini, kampus tersebut tak hanya jadi kebanggaan dari Ranah Minang saja, akan tetapi juga menjadi kebanggan dari Indonesia hingga Mancanegara. Saat ini, Unand telah berusia 65 tahun.
Diusia ke 65 tahun, menjadi saksi sejarah dan kado istemewa bagi Universitas Andalas, sebab Presiden Joko Widodo secara resmi telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 95 Tahun 2021 dimana status Unand secara resmi menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) dan merupakan kampus ke 13 yang berstatus PTN-BH.
"Alhamdulillah, pada dies natalis kali ini, Unand memperoleh kado terindah dari Presiden Jokowi. Kado ini adalah PTN-BH, dan diluncurkan pada tanggal 13 September 2021. Kita mengangkat tema dies natalis ke 65, lustrum XIII, Unand PTNBH Sebagai Penggerak Kolaborasi Indonesia Maju" ungkap Rektor Unand, Prof Yuliandri, dalam konfrensi persnya bersama media, sehari sebelum perayaan dies natalis Unand.
Kepercayaan dari pemerintah Indonesia terhadap universitas Andalas, hingga mencapai PTNBH tentu tidak akan disia-siakan oleh civitas akademika Universitas Andalas, terlebih perjuangan dalam menggoalkan Unand menjadi PTNBH melalui perjalanan panjang dari tiga rektor setelah mendapatkan mandat dari Menristek pada tahun 2015 lalu.
" Enam tahun perjuangan dan kerja keras dari estafet tiga rektor Unand, kita mulai dengan persiapan perubahan status Unand dari BLU menjadi PTN-BH dan Alhamdulillah dari tahun 2019 kita sudah melengkapi itu, pembahasan dokumen PTN-BH juga sudah dilakukan, Kemendikburistek juga sudah memberikan persetujuan, proses harmonisasi oleh Kemenhumkan juga sudah selesai, kemudian dilanjutkan pembahasan RPP. Dari hasil RPP tersebut diserahkan ke presiden, dan pada 31 Agustus 2021, Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 95 tahun 2021 tentang PTN-BH. Hasilnya hari ini kita sudah berubah status menjadi PTNBH dan perjuangan ini akan kita buktikan di tahun tahun berikutnya,"jelas Prof Yuliandri
Perguruan Tinggi Kelas Dunia
Berubahnya status Universitas Andalas (Unand) menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH), tentu menjadi tantangan bagi Unand kedepan untuk menjadikan Unand masuk 700 perguruan tinggi top di dunia dam tentu menjadi 5 Â terbaik di Indonesia
"Sekarang dengan berubah status menjadi PTN-BH, tentu kita memperoleh otonomi dalam akademik dan non akademik sendiri. Unand akan mandiri dalam pengambilan keputusan, dari itu kita akan siapkan unand menjadi 700 universitas terbaik dunia, akreditasi internasional 15 persen dan atmosfer riset dan inovasi yang baik"ungkap Rektor Unand Prof Yuliandri, dalam konfrensi persnya bersama para media.
Kerja berat ini, tentu sudah dimulai oleh para Punggawa unand kedepan. Meski dari hasil rilis QS WUR 2022, Unand masih urutan 1.201+ dan peringkat 13 se Indonesia dan tetap menjadi yang pertama di Sumatera.
Dalam data hasil rilis QS WUR 2022, ada 16 perguruan tinggi terbaik di Indonesia, yakni
Universitas Gadjah Mada (UGM) Peringkat dunia 254, Universitas Indonesia (UI) Peringkat dunia 290,Institut Teknologi Bandung (ITB) Peringkat dunia 303, Universitas Airlangga (Unair) Peringkat dunia 465, Institut Pertanian Bogor (IPB) Peringkat dunia 511-520,Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Peringkat dunia 751-800, Universitas Padjadjaran (Unpad) Peringkat dunia 801-1.000,Bina Nusantara University (Binus) Peringkat dunia 1.001-1.200, Universitas Diponegoro (Undip) Peringkat dunia1.001-1.200,Telkom University Peringkat dunia 1.001-1.200, Universitas Brawijaya (UB) Peringkat dunia 1.001-1.200, Universitas Hasanuddin (Unhas) Peringkat dunia 1.001-1.200, Universitas Andalas (Unand) Peringkat dunia 1.201+ atau tepatnya peringkat 13.
Kemudian dari versi Webometrics yang dirilis pada Agustus 2021, Universitas Andalas naik ke peringkat delapan daftar perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Dan untuk peringkat dunia, Universitas Andalas menempati posisi 967.
Dalam releas tersebut, 10 besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia yakni peringkat pertama diraih oleh Universitas Indonesia, kedua itu ada Universitas Gajah Mada. Peringkat ketiga ditempati oleh IPB University, peringkat keempat itu ada Institut Teknologi Sepuluh November, peringkat kelima ada Universitas Brawijaya, peringkat keenam itu ada Universitas Airlangga, peringkat ketujuh ada Telkom University, dan Universitas Andalas menempati posisi kedelapan perguruan tinggi terbaik di Indonesia.Â
Sementara untuk posisi kesembilan dan kesepuluh ditempati masing masing Universitas Bina Nusantara posisi Sembilan dan ITB posisi kesepuluh.
Untuk menargetkan Unand menjadi 500 terbaik dunia dan 5 besar terbaik di Indonesia, Unand telah memulai itu. Dimana dihari ulang tahun ke 65 selain mendapat kado istemewa menjadi PTNBH, unand juga menempatkan salah satu mahasiswanya yakni Refa Rahmaddiansyah, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand), menjadi pemenang pertama Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) Program Sarjana Tingkat Nasional Tahun 2021.
Rektor Unand Prof Yuliandri, dalam pidato dies natalies ke 65 memperkenalkan Refa Rahmaddiansyah, dihadapan para petinggi Unand lainnya dan seluruh peserta zoom yang mengikuti acara dies natalis, dimana Reffa mampu menjadi yang terbaik dari 646 perwakilan mahasiswa terbaik Indonesia yang berlaga secara dari mulai tanggal 7-9 September 2021.
"Raihan ini adalah yang pertama kali dicapai Unand sejak pelaksanaan Pilmapres pertama tahun 1986. Capaian ini sekaligus melengkapi hadiah ulang tahun Unand yang ke-65 pada Lustrum XIII Unand,"ungkap Prof Yuliandri.
Guru besar perundang-undangan ini juga dalam penyampaian pidatonya mengajak seluruh elemen civitas akademika, dan tentu peran alumni untuk bersama-sama, menjadikan kampus Unand menjadi kampus terbaik. Dengan adanya perubahan status menjadi PTNBH, tentu membuka ruang bagi unand untuk lebih otonom baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Serta menghilangkan stigma dengan menjadi PTN-BH biaya kuliah mahal, sebab dalam hal ini sebagai PTN BH minimal 20 persen harus menerima mahasiswa secara ekonomi tidak mampu
 "Pengembangan daya saing baik ditingkat regional, nasional maupun internasional dan targetnya percepatan prestasi. "tegasnya.
Penggerak Kolaborasi Menuju Indonesia Maju
Harapan bangsa Indonesia terhadap Universitas Andalas yang sudah berstatus Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) sangat tinggi, hal ini disampaikan dalam beberapa testimoni dies natalis Unand ke 65.
Harapan untuk Unand di mulai dari orang nomo satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo, Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, Ketua DPD RI , Â AA La Nyalla Mahmud Mattalitti, beberapa Menteri di Kabinet Jokowi, lembaga tinggi Negara, para tokoh nasional dan beberapa Bupati dan Wali Kota Sumatera Barat.
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dalam penyampaian sambutan Dies Natalis ke -65 Universitas Andalas, Lustrum XIII, menaruh harapan terhadap Unand untuk ikut mengambil peran yang signifikan terhadap kolaborasi menuju Indonesia Maju.
"Universitas Andalas adalah perguruan tinggi pertama yang didirikan di pulau Sumatera, yang merepresentasikan harapan kemajuan bangsa seperti yang selalu diperjuangkan oleh proklamator kemerdekaan Muhammad Hatta. Unand harus jadi penggerak kolaborasi menuju Indonesia maju,"ungkap Presiden yang direleas media baik local maupun nasional.
Untuk mencapai itu, Presiden meminta hadirnnya Unand mempertinggi kecerdasan bangsa seluas luasnya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan untuk mewujudkan kejayaan bangsa. Unand juga harus melompat tinggi dalam mengambil peran signifikan dalam merespon disrupsi besar-besaran yang sedang terjadi.
"Unand sudah memiliki pondasi yang sangat kuat, kita yakin Unand sesuai dengan tema dies natalis, akan mampu menjadi sumbu penggerak kolaborasi menuju Indonesia maju,"tegasnya.
Dalam menghadapi tantangan disrupsi, Unand harus memberikan ruang dan mengembangkan ekosistem pembelajaran yang adaptif dan inovatif. Mahasiswa diberikan ruang dan difasilitasi untuk belajar kepada siapapun,dimanapun dan mendatangkan talenta hebat dari luar kampus dari kalangan praktisi dan professional untuk mengajar
"Perkuat riset dan inovasi secara berkelanjutan serta ikut berkontribusi memberi solusi dalam memecahkan persoalan bangsa,"tegasnya.
Terakhir, Jokowi juga berpesan kepada civitas akademika Universitas Andalas, untuk tidak melupakan akar kerakyatan dan karakter kebangsaan untuk memperkuat kampus sebagai benteng persatuan dan rumah untuk membangkitkan kesadaran soal kebhenikaan. "Saya yakin unand akan jadi sumbu penggerak kolaborasi ini, dengan mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan kejayaan bangsa dan kemajuan rakyat,"pesan Jokowi.
Harapan yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo ini, tentu juga menjadi harapan bagi bangsa Indonesia terhadap keberadaan Universitas Andalas, dan ini tentu menjadi PR bagi para pimpinan Unand dan seluruh civitis akademika Unand dan ditambah dukungan para alumni. (***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H