Penulis bagi menjadi beberapa segmen supaya mudah. Ada ilmu bahasa (Indonesia, inggris, arab), ilmu menghitung (matematika, IPA), ilmu keyakinan (PAI), ilmu bernegara dan bermasyarakat (pkn, ips), ilmu entrepreneur (seni budaya, pkwu), ilmu Kesehatan (PJOK).
Ketika kita berhubungan dengan manusia, maka kita menggunakan ilmu bahasa (lokal dan Indonesia). Jika kita ada masalah kita bercerita dan meminta pendapat ahli. Disitukah fungsi ilmu bahasa.Â
Ketika kita menjadi pengusaha atau menjadi kasir di gerai, maka kita perlu teliti menghitung dan mengenali produk serta straregi promosi. Disitu fungsi ilmu menghitung dan ilmu entepreneur.
Ketika kita memandang bahwa mengapa fenomena pejabat eksekutif tidak bisa intervensi yudikasi/hukum, kita ingat bahwa negara kita menganut trias politica. Sehingga, kira sebagai netizen sedikit bisa untuk berkomentar cerdas. Disitu fungsi ilmu pkn.Â
Ketika umat kristen yang hendak buka warung, maka kita yang muslim justru tidak boleh melarangnya. Sebab ingat ajaran jika kamu sedang berpuasa, bukan berarti orang lain tidak boleh mencari rezeki. Warung buka ketika jam puasa bukan untuk muslim, tetapi untuk sesamanya, ibu hamil, anak kecil, dkk. Disitu fungsi ilmu agama.
(Sedikit memutar) Pendapat kedua penulis, bahwa pada akhirnya ilmu berfungsi untuk menguatkan keyakinan, memantapkan keputusan, membuka gerbang ilmu lainnya, dan menambah kadar kebijakan.Â
Maka agak aneh jika teman-teman kita yang studi lanjut dan bertitle master, doktor, profesor, memiliki lisan jahat. Lantas, kemana ilmu sekian puluh tahun yang ia pelajarinya.
(Kembali ke esensi mata pelajaran) Berdasarkan dalil tersebut, maka pada dasarnya apa yang kita pelajari di bangku sekolah akan kita terapkan secara tidak sadar dan entah itu dalam porsi sedikir atau besar.Â
Tapi di dunia kerja tidak terpakai? Lantas bagaimana? Esensinya semua ilmu di sekolah itu tetap berguna. Ya mungkin yang dipakai ilmu bahasa, teknologi, etika, dan sebagainya. Selebihnya ilmu tentang teknik yang spesifik (tergantung company-nya).Â
Jadi kasar kata, kalau di sekolah proporsi ilmu:praktik itu 20:80. Di dunia kerja terbalik jadi 80:20.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H