Akan tetapi, setelah seiringnya berjalannya waktu, ternyata penulis itu tidak ada apa-apanya dibanding dengna apa yang mereka ceritakan.
Dan itu adalah kesalahan yang kedua, yaitu tidak memiliki pembaca. Penulis baru-baru ini belajar mengenai kepenulisan jurnal ilmiah. Ada beberapa kaidah yang mungkin bisa ditiru dalam menulis buku,
Kaidah pertama yaitu kalau hendak menulis jurnal ilmiah, itu ada proses seleksi dari editor dan 2-3 reviewer (setingkat dosen). Jadi, tulisan Anda itu pasti akan banyak mendapatkan kritikan dan masukan dari para reviewer tersebut.
Nah, kalau Anda sebagai pemula yang ingin menulis buku, maka perlu ada pembaca setia yang ilmunya diatas Anda. Itu berguna supaya tulisan Anda nanti berbobot dan menarik untuk dibaca.
Sebab, jika tidak menarik dibaca sudah pasti buku Anda hanya sekadar pajangan tanpa ada manfaat yang signifikan bagi orang lain. Tentu tidak ingin hal tersebut terjadi, bukan?
Kaidah kedua, jurnal itu ada struktur penulisan yang sangat ilmiah, mulai dari latar belakang, kajian literature, metode penelitian, hasil dan pembahasan, simpulan dan saran, serta daftar pustaka.
Dan minimal untuk membuat sebuah jurnal yaitu harus membaca 20 tulisan yang sejenis. Itu artinya, Anda diwajibakan untuk benar-benar menguasai bidang yang Anda tulisan.
Tulisan Anda nanti akan dikaitkan dengan penelitian terdahulu, apakah hasilnya sama atau tidak. Itu semua bergantung  pada sampel penelitian dan landasan teori yang dipakai.
Kadang, dijumpai teori yang tidak relevan dengan hasil penelitian. Ini tidak menjadi mengapa, asalkan ada kajian literature yang benar-benar kuat.
Sebab, jurnal itu adalah tulisan yang bersifat fakta dan data, bukan opini. Opini sendiri adalah tulisan dengan sudut pandang pribadi penulis tanpa banyak mengambil fakta dan data.
Barangkali jika Anda membuat sebuah karya bernama buku, perlu diskusi banyak dengan ahli dan membaca literature terdahulu supaya tulisan Anda tidak sekadar opini belaka.