Mohon tunggu...
M. Saiful Kalam
M. Saiful Kalam Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ekonomi

Calon pengamat dan analis handal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Agar Ngopimu Bernilai Seperti Gaji

11 Februari 2022   23:25 Diperbarui: 11 Februari 2022   23:49 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ngopi kalau dikalangan mahasiswa merupakan hal yang sering dilakukan. Terutama mendekati kesibukan utama, seperti laporan pertanggung jawaban akhir organisasi, siding skripsi, dan sebagainya.

Kalau untuk usia pekerja, maka ngopi berfungsi sebagai self-reward (terutama bagi kaum lelaki). Sudah pasti bekerja seharian di kantor selama berjam-jam membuat capek dan jenuh, maka ngopi bareng teman dekat bisa jadi solusinya.

Bagi kamu yang tidak suka ngopi, mungkin tulisan ini akan sedikit bersifat persuasive dan open-minded, sebab ada nilai plus yang didapatkan jika sering ngopi.

Tetapi sebelum dilanjut, perlu diketahui bahwa ngopi yang akan dimaksud bukan hanya sekadar pesan kopi terus main games dan pulang begitu saja. Akan tetapi, ngopi yang bernilai seperti gaji.

Gaji itu diterima oleh karyawan tiap sebulan sekali dengan jumlah sesuai dengan kontrak kerja yang diterima. Jadi jika Anda bekerja 8 jam selama 6 hari dalam seminggu, maka Anda dapat gaji sekian.

Gaji yang diterima sudah tentu berupa uang, entah itu kontan maupun transfer lewat rekening pribadi. Yang jelas, bernilai rupiah.

Lalu, apa kaitannya antara kopi dan gaji? Begini, ngopi yang seharusnya terjadi itu adalah saling bertukar informasi penting, tidak hanya sekadar ikuti tren dan pansos (barangkali).

Makanya, sarang dari penulis kalau ngopi dengan teman dekat, disiapkan pertanyaan dan informasi penting sebelum berangkat ke kafe.

Nah, kalau dalam kantor yang menggaji adalah bos, maka dalam ngopi yang menggaji adalah lawan bicara Anda. Dan sebaliknya, Anda juga menggaji lawan bicara Anda.

Seberapa besar gaji yang akan Anda peroleh itu bergantung dengan kualitas Anda dan lawan bicara yang akan Anda ajak.

Biar tidak bingung, penulis kasih contoh berikut. Misal si A adalah orang yang ahli dibidang sastra dan Anda ahli dibidang website.

Ya Anda ketika 10 menit awal bisa basa-basi dulu dan main games sejenak. Dan ketika sudah selesai intronya, baru kegiatan inti dimulai, yaitu bertukar informasi penting.

Jangan ragu kalau Anda banyak tanya, sebab tentu teman Anda tidak akan menolak pertanyaan jika dirasa tidak menyangkut privasi.

Oke, lalu si A bertanya bagaimana cara dasar membuat website. Kemudian si B menjelasakan secara detail langkah-langkahnya. Kemudian si B bertanya bagaiman cara membuat karya yang nilai sastranya tinggi, si A kemudian menjelaskan juga dengan detail dan rinci.

Terus begitu sampai kedua belah pihak kehabisan topik pembicaraan. Lalu biasanya kalau sudah kehabisan topik, mereka kembali memegang hapenya masing-masing.

Jika ada pertanyaan menarik lagi, diskusi pun berjalan kembali. Bagi kalangan yang sudah biasa ngopi, durasi 3-4 jam itu tergolong singkat jika dihabiskan dengan serius.

Melihat dari cerita diatas, maka setelah pulang dari kafe, ada sesuatu yang Anda bawa pulang dan itu mahal harganya, semahal gaji yang akan Anda dapat tiap bulan.

Ya setidaknya itu dilakukan seminggu sekali, Anda bisa memahami apa yang penulis sampaian. Kalau dari penulis pribadi, informasi penting seperti lowongan pekerjaan, tawaran 'jabatan' di organisasi, negosiasi kerja sama dan uang, dan hal penting lainnya itu bisa didapatkan di kafe.

Tetapi masih pada prinsip awal, kalau ingin ngopimu bernilai seperti gaji, maka cari teman dekatmu yang memiliki keahlian dan Anda tertarik menggali informasinya.

Sempat dulu ada stigma kepada orang-orang yang suka ngopi itu dilabeli sebagai orang yang kurang pekerjaan dan pekerjaannya hanya menghabiskan uang saja.

Tetapi, orang itu akan berbalik stigmanya jika langsung menuju ke caf dan berdialog dengan mereka. Bisa dipastikan orang yang sering ngopi itu memiliki kecerdasan yang didapatkan dari social.

Juga perlu diingat, bahwa ide-ide besar yang efeknya mendunia itu berasal dari meja kopi. Dari yang awalnya sifatnya bercanda dan tuar informasi, akhirnya terjadi dan bernilai tinggi.

Anda tidak pernah tahu bagaimana nasib orang itu ke depannya. Siapa tahu yang Anda anggap menganggur dan meremehkannya karena sering ngopi, bisa jadi saat ini ia sedang sibuk memikirkan rencana masa depan.

Jangan-jangan justru Anda-lah yang tertinggal sebab teman sepantaran Anda yang ngopi memiliki wawasan ilmu dan pengalaman actual dari senior mereka.

Bisa-bisa Anda ketinggalan gerbong kereta kalau stagnan terus.

By: M. Saiful Kalam

Source: Pengalaman Pribadi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun