Mohon tunggu...
M. Saiful Kalam
M. Saiful Kalam Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ekonomi

Calon pengamat dan analis handal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Manajemen Rasa Malas

24 Desember 2021   06:04 Diperbarui: 24 Desember 2021   15:49 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa malas merupakan hal yang wajar, merupakan arus negative dari rasa rajin. Ibarat baterai yang terdiri dari arus positif dan negative. Tentu sama sekali tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Kalau mood seseorang berada pada rajin, maka apapun yang dikerjakannya akan mencapai hasil yang maksimal. Sebab, ia mengerahkan seluruh kekuatannya sampai habis untuk meraih tujuannya.

Lantas bagaimana kalau rasa rajin sudah habis tetapi kita belum sampai pada tujuan yang kita inginnya. Kali ini akan dibahas mengenai manajemen rasa malas agar tujuan tetap bias tercapai.

Manajemen rasa malas adalah (bahasa penulis) adalah kemampuan seseorang untuk bernegosisasi kepada dirinya agar tidak berhenti melangkah.

Maksudnya adalah, kalau posisi rasa malas sedang melanda, maka jangan berhenti melangkah sebelum sampai tujuan. Ibarat menuju jalan yang berlubang, gunakan kecepatan rendah supaya tetap bisa melewatinya.

Sama halnya dengan diatas, ibarat rasa rajin (cepat) mengantarkan  kita sampai 80% pencapaian, maka sisa 20% harus tetap dilewati meski memakai rasa malas (pelan).

Lantas bagaimana kalau sudah sampai tujuan atau 100% tercapai? Bisa penulis katakan kalau pada tingkat tersebut, barulah kita bisa berhenti sejenak. Ingat, hanya sejenaknya ya.

Kenapa sejenak, kok tidak berhenti secara final atau total? Sebab, kalau kita berhenti melangkah karena sudah mencapai tujuan, itu sangat menyalahi sa;ah satu hokum hidup, yaitu proses.

Manusia itu seharusnya melakukan usaha hingga akhir hayatnya. Akhir hayat (kematian) itulah yang disebut sebagai tujuan hidup yang sebenarnya.

Hidup sendiri adalah serangkaian proses yang harus manusia jalani. Kata orang bijak, kalau manusia tidak mau berproses, bagaimana ia bisa dikatakan hidup? Sedangkan hidup sendiri itu memiliki arti berproses.

Proses yang kita jalani saat hidup di dunia ini beberapa akan kita tuai dan lihat balasannya langsung dari Allah melalui keajaiban dunia kepada kita.

Misal ada orang miskin, 20 tahun kemudian ia menjadi orang terkaya di kotanya. Itu sangat memungkinkan, sebab barangkali ia berusaha dari nol dan berjuang keras agar bisa merubah hidup.

Ada pedagang keliling tahunan selama 5 tahun. Ia merasa apa yang ia usahakan tidak berkembang dan stagnan saja. Kemudian ia benar-benar 'malas' (menyerah) dan tidak berkeinginan kuat dalam hatinya untuk tetap konsisten dagang keliling.

Akhirnya, karena rasa malas yang begitu kuat, beberapa minggu ini ia jarang berdagang keliling. Ia habiskan banyak waktunya di rumah dengan bermalas-malasan. Sehingga, penghasilan yang diperolehnya menurun.

Padahal, bisa jadi saat ia memutuskan untuk menyerah, disitulah Allah sedang menyiapkan rezeki lebih banyak dibanding hari biasanya. Karena ia tidak dagang keliling, ya tentu Allah sedikit kecewa, udah disiapin kok dianya malah menyerah (enggak dagang keliling lagi).

Kalau saran penulis, ya kalau seumpama dagangan masih saja tidak laku, berhenti dipinggir jalan sebentar untuk mengembalikan rasa rajin.

Seperti yang dijelaskan diawal, rasa mala situ sudah pasti melanda tiap orang. Orang sukses itu memiliki manajemen rasa malas yang baik, sedangkan orang gagal memiliki manajemen rasa malas yang buruk.

Manajemen malas yang baik itu menurut penulis ada 2 aspek yang harus dipenuhi, yaitu keyakinan bahwa gagal itu sementara dan keyakinan mutlak bahwa Allah itu Maha Melihat.

Pertama, keyakinan bahwa gagal itu hanya sementara. Kegagalan yang sebenarnya adalah disaat kita memutuskan untuk tidak mau melangkah/berproses lagi. Itu dapat penulis katakan bahwa ia adalah manusia yang gagal total.

Pernah dengar kisah Nokia yang sekarang sudah berhenti rilis produknya. Semua orang sepakat bahwa kegagalannya itu disebabkan salah satunya karena tidak mau menerima kerja sama Android (seingat penulis) kepada produknya, agar fitur handphonenya bisa

Nokia memang saat itu adalah penguasa pasar. Namun karena ia merasa dan berpikir bahwa ia tidak akan dapat digeser oleh merek apapun, akhirnya ia berhenti upgrade.

Lantas apa yang kemudian terjadi, 15 tahun setelahnya ia mulai tenggelam dan tidak menjadi penguasa pasar lagi. Digantikan oleh penguasa pasar baru seperti Iphone, Oppo, dan merek lain.

Kalau kata Chairul Tanjung, bukanlah orang yang terpintar maupun terkuat yang bisa menjadi orang sukses, akan tetapi orang yang adaptif.

Orang adaptif itu ya mampu menyesuaikan dengan cepat dengan lingkungan sekitar. Kalau Anda menjadi sebuah top manajemen perusahaan, maka pasti tentu ada perusahaan pesaing.

Kalau Anda malas-malasan melihat situasi dan upgrade manajemen dan produk, maka siap-siap perusahaan Anda bakal ketinggalan zaman.

Maka, kalau posisi malas benar-benar melanda, cukup 3-4 hari saja. Kalau malas 5 tahun bisa-bisa perusahaan Anda jadi sepi orderan. Bukan karena produk tidak bagus, tetapi tidak dibutuhkan. Jadi, rajin-rajin untuk menganalisis kebutuhan pasar.

Keyakinan bahwa Allah itu Maha Melihat. Sadar atau tidak sadar, disaat pikiran kita kacau akan kegagalan dan ingin menyerah, coba ingat bahwa kita dilihat oleh Allah tiap harinya, bahkan detik.

Isi hati yang kacau, ingin menyerah sebab ribuan usaha dilakukan tetapi belum berhasil juga, utang yang menumpuk dan kebutuhan hidup meningkat, itu bukan berarti Allah diam saja.

Niat dalam hati harus tetap punya keinginan untuk merubah nasib. Persoalan gagal, maka malasnya sebentar saja, 1-2 hari. Hari besoknya sudah harus rajin kembali dan bersemangat untuk merubah nasib.

Sebelumnya, penulis memang bukan orang sukses. Tetapi pengamatan dan analisis mendalam terhadap kejadian sekitar dan orang terdekat, penulis pikir bisa dijadikan pembelajaran bersama.

Referensi: pengalaman pribadi dan teman

By: M. Saiful Kalam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun