Mohon tunggu...
M. Saiful Kalam
M. Saiful Kalam Mohon Tunggu... Penulis - Sarjana Ekonomi

Calon pengamat dan analis handal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Manajemen Rasa Malas

24 Desember 2021   06:04 Diperbarui: 24 Desember 2021   15:49 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misal ada orang miskin, 20 tahun kemudian ia menjadi orang terkaya di kotanya. Itu sangat memungkinkan, sebab barangkali ia berusaha dari nol dan berjuang keras agar bisa merubah hidup.

Ada pedagang keliling tahunan selama 5 tahun. Ia merasa apa yang ia usahakan tidak berkembang dan stagnan saja. Kemudian ia benar-benar 'malas' (menyerah) dan tidak berkeinginan kuat dalam hatinya untuk tetap konsisten dagang keliling.

Akhirnya, karena rasa malas yang begitu kuat, beberapa minggu ini ia jarang berdagang keliling. Ia habiskan banyak waktunya di rumah dengan bermalas-malasan. Sehingga, penghasilan yang diperolehnya menurun.

Padahal, bisa jadi saat ia memutuskan untuk menyerah, disitulah Allah sedang menyiapkan rezeki lebih banyak dibanding hari biasanya. Karena ia tidak dagang keliling, ya tentu Allah sedikit kecewa, udah disiapin kok dianya malah menyerah (enggak dagang keliling lagi).

Kalau saran penulis, ya kalau seumpama dagangan masih saja tidak laku, berhenti dipinggir jalan sebentar untuk mengembalikan rasa rajin.

Seperti yang dijelaskan diawal, rasa mala situ sudah pasti melanda tiap orang. Orang sukses itu memiliki manajemen rasa malas yang baik, sedangkan orang gagal memiliki manajemen rasa malas yang buruk.

Manajemen malas yang baik itu menurut penulis ada 2 aspek yang harus dipenuhi, yaitu keyakinan bahwa gagal itu sementara dan keyakinan mutlak bahwa Allah itu Maha Melihat.

Pertama, keyakinan bahwa gagal itu hanya sementara. Kegagalan yang sebenarnya adalah disaat kita memutuskan untuk tidak mau melangkah/berproses lagi. Itu dapat penulis katakan bahwa ia adalah manusia yang gagal total.

Pernah dengar kisah Nokia yang sekarang sudah berhenti rilis produknya. Semua orang sepakat bahwa kegagalannya itu disebabkan salah satunya karena tidak mau menerima kerja sama Android (seingat penulis) kepada produknya, agar fitur handphonenya bisa

Nokia memang saat itu adalah penguasa pasar. Namun karena ia merasa dan berpikir bahwa ia tidak akan dapat digeser oleh merek apapun, akhirnya ia berhenti upgrade.

Lantas apa yang kemudian terjadi, 15 tahun setelahnya ia mulai tenggelam dan tidak menjadi penguasa pasar lagi. Digantikan oleh penguasa pasar baru seperti Iphone, Oppo, dan merek lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun