Bulan pertama masih diambang kegagalan. Tina banyak belajar dari temannya. Setiap masukan san arahan ia lakukan. Dan perlahan kepribadian Tina yang introvert kini beralih ke ekstrovert.
Bulan kedua adalah bulan pembalaswn bagi Tina. Ia tidak ingin mengecewakan temannya, HRD, dan perusahaannya. Dan apa yang terjadi, Tina berhasil capai target 85 customer. Sebuah rekor yang fantastis bagi Tina, yang awalnya dikenal introvert.
Di lain cerita ada seorang ekstrovert yang melamar ke pekerjaan introvert. Katakanlah Budi, ia adalah karyawan yang dulunya suka traveling dan nongkrong tiap malem di kafe. Namun saat ini, ia menjalani karirnya sebagai seorang penulis.
Coba bisa dibayangkan tidak seorang yang notabene kemampuan berpikirnya rendah, kemudian disuruh menulis. Perlu kita ingat, bahwa menulis itu adalah salah satu pekerjaan mengharuskan untuk berpikir tingkat tinggi. Bahkan si Budi dikenal sebagai murid paling bodoh di kelasnya.
Kira-kira apa yang terjadi pada Budi? Satu atau dua bulan ia merasa tidak betah. Bayangkan ia harus menulis setiap harinya setidaknya satu berita/artikel untuk ditulis di media massa. Budi pun merasa pusing tiap harinya karena otaknya kalau disuruh berpikir itu panas.
Namun, teman kerjanya tetap memotivasi san terus memberikan masukan agar ai Budi tetap semangat. Lambat laun, akhirnya ia menemukan feeling di pekerjaannya. Ia sekarang tahu apa yang akan ia tulisnya saat ini.
Beberapa bulan kemudian, ia sanggup untuk menulis 15 artikel berbobot (dibayar mahal) di media massa. Dan hasil tulisannya menarik dan mampu menggaet views sekitar ratusan ribu.
Kenapa bisa demikian? Karena kata temannya, ia disuruh menulis apa kejadian yang paling sering ia alami di hidup. Karena ia suka traveling dan ngopi, maka tema yang di buatnya ya yang ia ahli membahasnya. Tulisannya dikenal punya ciri khas dan menarik dibaca.
Nah dari cerita di atas, penulis intin menekankan dua poin yang ada.
Poin pertama, apakah kepribadian seseorang itu berpengaruh pada prestasi kerja? Jawabannya ada. Bagaimana kalau seseorang itu bekerja bukan berdasarkan kepribadiannya.Â
Ya mau tidak mau harus merubah kepribadiannya, karena konsekuensi pekerjaan. Kalau tidak sanggup, ya lebih baik resign atau out saja.