Ia bilang padaku saat aku hampir memutuskan untuk resign dan menyerah,
"Kita ini satu tim, ya kalau ada apa-apa saling membanth. Kamu kan juga masih beberapa bulan di sini Menurutku, kamu stay disini saja, Aku yakin, dengan usaha yang tinggi, pasti hasilnya juga mengikuti."
Aku diam sejenak dan meresapi kalimat yang diucapkannya. Memang benar, kalau aku berpaku tangan dan keluwr di pekerjaan dengan keadaanku yang seperti ini, maka aku tidak ubahnya seperti orang menyerah.Â
Yah, mungkin masih ada harapan. Dan ternyata, Allah pun mengabulkan permintaanku. Bulan depannya aku dapat meraih target bahkan melebihinya, meski sedikit. Ternyata apa yang disampaikan atasanku itu benar.Â
Apakah sifat menyerahku hilang? Masih tidak. Ternyata ada masalah lainnya. Saat itu, aku memutuskan untuk bekerja sendirian dan tidak bersama teman-temanku lagi.Â
Pekerjaanku sebenarnya ya nyari orang buat daftar aplikasi begitu saja, by the way. Tapi, kalian tahu sendiri kalau bekerja sendirian itu memerlukan motivasi yang begitu kuat. Anda kalau ada masalah, ya dihadapi sendiri dan harus dewasa menyikapi.Â
Berbeda dengan ketika mencari bersama teman, kita kadang sesekali bisa curhat dan cerita kalau ada masalah. Kalau sendiri, ya kita harus kuat.Â
Ada momen yang sifat menyerahkan kembali dan muncul. Bulan itu benar-benar pertaruhanku. Aku mulai kehabisan kepercayaan dengan pekerjaanku dan berusaha untuk keluar. Bagaimana aku tidak ingin keluar, kegagalanku itu jumlahnya banyak sekali.Â
Kadang aku bosan dan nenggerutu, "Kok enak mereka ya bisa capai target padahal kerjaku dengan mereka tidak jauh berbeda."
Itu juga karena aku sudah pindah kos hingga sebanyak 3-4 kali, hanga agar bisa memenuhi target pekerjaan. Nyatanya, hasilnya nihil. Dan lagi-lagi bulan ini aku dibawah target.Â
 Lantas apa yang kulakukan? Sebelumnya wku berkata sombong dalam hati, "Memangnya siapa di dunia ini yang gagalnya banyak sepertiku?" Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri.Â