Mohon tunggu...
muhammad sadji
muhammad sadji Mohon Tunggu... Lainnya - pensiunan yang selalu ingin aktif berliterasi

menulis untuk tetap mengasah otak

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

135 Tahun Ibu Inggit Garnasih

26 Februari 2023   23:30 Diperbarui: 28 Februari 2023   17:00 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaver Buku Biografi Inggit Garnasih. (Sumber: Perpusnas)

Seringkali orang bertanya, katanya jodoh itu di tangan Tuhan, tetapi kenapa ada perceraian? Menurut ajaran Islam, takdir itu ada dua macam. Takdir mubram, adalah takdir yang tidak dapat diubah dengan usaha manusia. 

Dan takdir muallaq, yaitu takdir yang dapat diubah berdasarkan kemauan, keinginan dan upaya dari masing-masing individu berkat doa dan banyaknya amal kebajikan, sehingga kadar takdir bisa sedikit berkurang. 

Ketika Sukarno menginginkan seorang istri yang merupakan perpaduan peran ibu, kekasih dan kawan, ia menemukan Inggit Garnasih. 

Ibu kosnya yang dirasakan sebagai seorang yang paling tahu dan mengerti akan dirinya, penuh kelembutan dan kasih sayang yang ditopang oleh perasaan dan jiwa yang matang. 

Perempuan yang 13 tahun lebih tua dan telah menikah yang kedua kali, memungkinkan memiliki sifat-sifat itu, atau mungkin inilah kejodohan mereka. 

Datang indekos pada tahun 1921 dan menikah pada tanggal 24 Maret 1923. Ketika H.Sanusi menjatuhkan talaknya kepada Inggit Garnasih, dia berpesan untuk membantu Sukarno agar benar-benar menjadi orang penting dan sampai benar-benar mencapai cita-citanya menjadi pemimpin rakyat (hal.113). 

Sukarno berhasil lulus dari THS pada tahun 1926 sebagai Insinyur, tetapi kebahagiaan untuk mendapatkan momongan belum berhasil setelah tiga tahun menikah. 

Mereka kemudian sepakat mengadopsi anak keponakan Inggit Garnasih yang oleh Sukarno diberi nama Ratna Djuami. Gadis bocah ini sering diajak Sukarno pergi pada kegiatan berbagai rapat dan pertemuan di rumah-rumah sahabatnya. 

Tekadnya untuk memperjuangkan kemerdekaan membuat Sukarno selalu menolak tawaran untuk bekerja di tempat yang berafiliasi atau ada hubungannya dengan Pemerintah Hindia Belanda. 

Sementara Sukarno bergiat di arena politik dan perjuangan kemerdekaan, Inggit Garnasih dengan setia menemani dan menopang kehidupan rumah-tangga dengan berdagang menjual bedak, peramu jamu dan menjahit. 

Bahkan ketika melakukan pendidikan politik di tengah masyarakat Sunda, Inggit Garnasih selalu mendampingi ke mana-mana sebagai penerjemah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun