Siang panas terik. Sudah tiga hari ini hujan tidak kunjung turun pada hal mestinya sudah musim hujan. Tetapi memang patut juga disyukuri, hujan turun yang bagaikan diatur berjadwal, dengan diseling cuaca panas dan curah hujan yang tidak terlalu lama dan tidak lebat sehingga Kawasan Jatikramat terhindar dari bahaya banjir.
Si Hook adalah seekor anjing jantan yang gagah dan ada pemiliknya.Tetapi karena diumbar begitu saja, maka dia seenaknya berkeliaran dan berkelana sampai ke bak-bak sampah para tetangga. Di komplek perumahan Jatikramat juga banyak yang memelihara kucing. Adalah si Meong, seekor kucing berpostur besar dan gagah yang tetap saja suka mengudak-udak bak sampah seperti si Hook walaupun dicukupi makanannya oleh pemiliknya. Suatu hari, Hook dan Meong berebut sampah sisa makanan di bak sampah warga yang habis mengadakan pesta.Â
Sisa makanan melimpah, ada sisa ayam goreng, ayam panggang, daging dan lain-lain. Si Meong sedang melahap makanan dengan asyik ketika si Hook datang untuk maksud yang sama. Ini adalah pertemuan langsung mereka yang pertama walau pun sudah sejak lama hidup bertetangga di satu komplek perumahan. Guk...guk, guk...hardik si Hook menegur si Meong. "Kenapa kamu cari makan di sini? Ini kan wilayahku!", kata si Hook membentak. Yang dijawab oleh si Meong dengan agak takut tetapi juga siap bertarung :
"He...ngeeong...,aku juga suka cari makan di sini! Makanan kan banyak, ayo kita makan sama-sama, nggak usah kita berantem!", ajak si Meong dengan gaya memelas seolah menyerah kalah tetapi penuh kewaspadaan yang tinggi untuk menghadapi serangan si Hook. "Okey, kita makan bareng, bagi daging ayamnya dong!", sambut si Hook memulai makan dengan lahapnya. Semenjak itu si Hook dan si Meong bersahabat dengan baik, saling memberi salam kalau kebetulan bertemu. Juga saling memberi kabar dan bercerita, kapan saja dan di mana saja ketika mereka bertemu.
                                   *****
    Siang itu, si Hook tampak tiduran sendirian di jalanan beraspal yang diteduhi pohon rindang. Kepalanya ditaruh atau disandarkan di jalanan dengan kaki depan berselonjor ke depan, sedangkan kaki belakang juga berselonjor ke belakang. Si Meong yang sedang melintas, tiba-tiba datang mendekat dan menyapa : "Hai Hook, kenapa kamu kelihatannya sedang bersedih. Apa yang kau pikirkan kawan?". Sambil menitikkan air mata, si Hook bercerita tentang apa yang jadi pikirannya sejak beberapa hari ini.Â
"Kamu enak Meong, walau pun kotoranmu baunya sangat tidak sedap, tetapi orang umumnya menyayangi kamu. Kalau saja ada temanmu yang mati tertabrak kendaraan bermotor, semua orang pasti menolong dan menguburkan dengan ritual agama yang khusuk, mereka takut kualat dan takut berdosa!", cerita si Hook. Lalu, apa yang membuatmu sedih seperti ini?", tanya si Meong penasaran. Si Hook melanjutkan keluhannya :Â
"Beberapa waktu yang lalu Majikanku terlibat perang mulut melalui w/a group, ada yang bilang katanya aku mengotori jalan raya dengan buang kotoran sembarangan dan mengobrak-abrik sampah hingga mengotori jalanan. Gara-gara aku, jadinya antar tetangga bermusuhan, tidak harmonis. Aku takut dan sedih Meong, karena dalil agama disebut-sebut!".Â
Dengan posisi duduk, si Meong berusaha menghibur dan memberikan penjelasan panjang-lebar : "Tetapi kamu juga keterlaluan, sampah berserakan di jalanan kan karena kamu dan teman-temanmu yang datang pada malam hari. Juga kotoran teman-temanmu yang buang air besar sembarangan, sehingga kamu juga ikut jadi tertuduh. Apalagi kamu suka menggonggongi siapa saja yang belum kamu kenal. Semua itu memang membuat jengkel orang-orang!Â
Tetapi sebagai makhluk ciptaan Tuhan, aku dan kamu seharusnya patut disayang dan mendapat perlindungan. Aku pernah mendengar ceramah agama yang membuatku iri hati sama kamu, Hook. Dikisahkan, ada seorang wanita dan seorang Yahudi yang diganjar Tuhan masuk surga karena pernah menolong seekor anjing yang sedang kelaparan dan kehausan.Â
Juga ada kisah seorang Sufi yang mendapat teguran dari seekor anjing yang sedang berjalan di belakangnya. Sufi itu tiba-tiba menaikkan surban yang disandang berkeleweran dan melambai-lambai diterpa angin. Melihat yang dilakukan sang Sufi, si anjing menyapa dan menegur : "Wahai Yang Mulia, kenapa Anda tiba-tiba menaikkan surban Anda ketika aku mau lewat?". Yang dijawab oleh sang Sufi : "Oh...iya, karena takut kalau kau endus dan jilat sewaktu kau bisa melintas di dekatku!". Segera si anjing menyahut :Â
"Wahai Yang Mulia, Anda buruk sangka karena aku tidak berniat sedikit pun mendekat ke arah Anda! Dan lagi, seandainya saya mendekat dan menjilat surban Yang Mulia, kan tinggal mencuci sesuai petunjuk agama!", jelas si anjing sambil ngeloyor pergi". Si Hook terlihat bahagia mendengar penjelasan si Meong, tetapi dalam hatinya tetap saja bersedih.
                                     *****
Dalam dua hari ini si Hook tidak kelihatan. Biasanya warga melihat dia keluyuran sepanjang jalanan di komplek perumahan. Apalagi si Meong, dia merasa kehilangan sahabatnya yang biasanya sering ketemu di bak sampah atau berteduh di jalanan di bawah lindungan pohon-pohon rindang. Dan betapa terkejutnya ketika dia mendengar pembicaraan orang-orang, bahwa si Hook mati dan bangkainya sekarang ada di got dekat kantor Rukun Warga (RW). Ketika majikan si Hook mencari lokasi pembuangan bangkainya, si Meong menguntit untuk membuktikan dan menyaksikan nasib sahabatnya itu.
 Si Meong mencari tempat yang sepi sambil menangis sesenggukan dan berdoa semoga si Hook mendapat tempat yang layak di akhirat kelak. Kabarnya, si Hook korban tabrak lari dan bangkainya dibuang begitu saja di saluran air atau got. Ketika dikubur di tanah lapang, si Meong ikut mengantar dan menyaksikan, walau tak seorang pun yang peduli bahwa kucing dan anjing ternyata bisa bersahabat sebagai sesama makhluk Tuhan Yang Mahakuasa.*****Bekasi, akhir Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H