Mohon tunggu...
Muhammad Sigit Santoso
Muhammad Sigit Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Petani Ilmu

Hanya noda pada debu yang suci

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tinjauan Pembelajaran Berdiferensiasi

6 Maret 2024   15:07 Diperbarui: 6 Maret 2024   15:12 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Gardner bahwa intelegensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang yang tertutup dan hanya konsentrasi pada soal itu tanpa ada gangguan dari lingkungan luar. Namun, inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam. 

Pada teori multiple intelligences ini disebutkan ada delapan bentuk kecerdasan. Delapan bentuk kecerdasan tersebut yaitu 1) Kecerdasan verbal-linguistik; 2) Kecerdasan logis-matematis; 3) Kecerdasan spasial-visual; 4) Kecerdasan kinestetik-jasmani; 5) Kecerdasan musical; 6) Kecerdasan intrapersonal; 7) Kecerdasan Interpersonal; dan 8) Kecerdasan naturalis.

Selanjutnya, teori Zone of Proximal Development (ZPD). Zone of Proximal Development (ZPD), zona antara tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan anak menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. 

Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan anak menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah dengan bantuan orang dewasa. Ketika masuk dalam ZPD, maka anak sebenarnya dapat melakukan aktifitas/tugas yang diberikan, akan tetapi lebih optimal jika orang dewasa atau pendamping yang lebih tahu, membantunya untuk mencapai tingkat perkembangan aktual tersebut.

Learning modalities atau modalitas belajar yaitu potensi dasar atau kecenderungan yang dimiliki siswa dalam menggunakan kemampuannya untuk menerima informasi dan belajar. Kemampuan dasar tersebut akrab dikenal dengan VAK. VAK dijabarkan sebagai modalitas belajar Verbal, Auditori, dan Kinestetik.

Dasar teori yang kuat dan jelas yang menjadi rujukan awal lahirnya ide brilian pembelajaran berdiferensiasi yang ada di dalam Kurikulum Merdeka, didukung dengan uraian aktivitas yang perlu dilakukan agar pembelajaran berdiferensiasi dapat terlaksana di dalam pendidikan Indonesia. Aktivitas yang perlu dilakukan untuk penyelenggaran pembelajaran berdiferensiasi dimulai dari menentukan kedalaman dan keragaman materi pembelajaran. 

Hal tersebut didasarkan pada kemampuan awal siswa atau kondisi awal siswa yang diperoleh dari hasil asesmen. Kemudian, perlu merumuskan dengan jelas tujuan pembelajaran, penetapan metode, media, alat bantu pembelajaran, dan  merumuskan perangkat evaluasi yang akan digunakan. Aktivitas-aktivitas tersebut tentunya tidak boleh lepas dari panduan awal pembelajaran berdiferensiasi yaitu pembelajaran harus mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa.

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki tujuan yang apik bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Bagaimana tidak, pembelajaran berdiferensiaasi memiliki tujuan diantarnya, 1) memberikan kesempatan agar semua siswa dapat mengakses dan berpartisipasi dalam pembelajaran; 2) memaksimalkan perkembangan dan capaian pembelajaran setiap siswa, serta menekankan pada keberhasilan individu siswa. Harapan agar tujuan tersebut dapat dicapai, ada beberapa hal yang harus ditekankan dalam aktivitas pembelajaran berdiferensiasi. Pertama, pembelajaran berdiferensiasi harus mampu menyatukan siswa dengan beragam karakteristik dalam iklim belajar yang saling mendukung. Kedua, karakteristik siswa yang berbeda tersebut harus dijadikan dasar memberi layanan yang sesuai untuk setiap siswa.

Seapik apapun sebuah gagasan brilian yang didasarkan pada teori-teori yang kuat, tetap memerlukan refleksi dari berbagai sudut pandang. Hal tersebut tentu bertujuan agar gagasan yang baik dapat dipertimbangkan ulang penerpannya, sesuai dengan fakta dan pandangan berbagai pihak dan khususnya para praktisi dalam dunia pendidikan yang ada di lapangan. Oleh karena itu, penulis di dalam tulisan ini akan berusaha untuk melakukan refleksi terhadap kondisi keragaman siswa dan pembelajaran berdiferensiasi yang diterapkan di Indonesia. Hal pertama yang perlu disoroti dari pembelajaran berdiferensiasi adalah adanya tantangan dalam penerapannya.

Mengacu kepada Suprayogi & Inah (2022: 29), penerapan pembelajaran berdiferensiasi memiliki beberapa tantangan, yaitu 1) Persiapan yang memakan waktu; 2) Terbatasnya waktu di kelas; 3) Guru harus memiliki management skills yang baik; 4) Kurangnya bahan pembelajaran;  dan 5) Kurangnya pelatihan bagi pengajar mengenai penggunaan pembelajaran berdiferensiasi. Berikut uraian kelima tantangan tersebut dari sudut pandang penulis sebagai mahasiswa berdasarkan pengalaman pribadi. Pertama, persiapan yang memakan waktu.  Pembelajaran berdifrensiasi memerlukan waktu persiapan yang tidak sedikit. Hal ini dikarenakan untuk melakukan pembelelajaran berdiferensiasi dari awal hingga akhir memiliki rentang yang panjang dan lama. Perubahan yang terjadi pada siswa tidak serta merta langsung dapat dilihat setelah pembelejaran selesai dilakukan, melainkan setelah hitungan bulan bahkan mungkin tahun.

Kedua, terbatasnya waktu di kelas.  Pembelajaran berdiferenasiasi tidak akan dapat dilaksankan secara utuh di dalam kelas. Pembelajaran berdiferensiasi memiliki serangkaian proses yang cukup banyak. Misalnya, guru harus memfailitasi siswa berdasarkan learning mobilities yang dimilikinya dengan menyediakan konten pembelajaran yang bervariasi atau kombinasi visual, auditori, dan kinestik. Demi memfasilitasi hal tersebut, integrasi teknologi sangat diperlukan saat pembelajaran berlangsung. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa, tidak semua guru, siswa, hingga sekolah, mampu memanfaatkan fasilitas yang ada. Bahkan tidak sedikit yang tidak dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung tersebut. Alhasil, kreativitas guru dan siswa sangat dituntut mencapai pemerataan pendidikan yang ada di Indoenasia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun