Mohon tunggu...
Muhammad Ryval
Muhammad Ryval Mohon Tunggu... Jurnalis - Pelajar

Tetap berusaha dan berani mengambil resiko untuk sukses

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Alvar Agatha

1 Maret 2020   11:24 Diperbarui: 1 Maret 2020   11:24 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siang itu, bel pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Tetapi, Agatha masih saja belum keluar dari kelas. Di kelas itu hanya tinggal dua orang, cuman ada Agatha dan Alvar. Sedangkan yang lain terburu buru ingin cepat keluar kelas untuk pulang. Karena katanya masih banyak tugas yang harus di kumpulkan esok hari. Terutama tugas biologi dari Bu Susi tentang pengamatan uji makanan yang cukup memberatkan untuk di kerjakan sendiri. Agatha masih duduk terpaku di kursinya sambil memegangi sebuah kotak kecil yang di hiasi pita berwarna merah muda. Walaupun sejak SMP sampai SMA Alvar dan Agatha selalu di tempatkan di kelas yang sama, tetapi mereka belum pernah bicara satu sama lain, terkecuali tentang urusan kelas atau sedang dalam pelajaran kelompok yang memang di haruskan untuk berdiskusi.

Agatha buru buru mendekati Alvar sebelum ia pergi meninggalkan kelas. Jantungnya berdegup kencang saat ia dan Alvar hanya tinggal berjarak satu meter. Ia pun mulai memberanikan membuka mulut, tetapi ia tidak tahu kalimat apa yang harus di ucapkan terlebih dahulu. Sampai akhirnya mulut tiba tiba berkata. 

"Var, lagi apa?", Tanyanya dengan degup jantung yang semakin tak terkendalikan, "Lagi mau pulang, ada apa tha?", Alvar malah balik bertanya. Wajar tampan Alvar semakin cerah membuat jantung Agatha semakin berdebar-debar seperti ingin pergi ke rumah sakit untuk menjalani transplantasi jantung karena jantungnya yang mulai terasa lepas. "ini...hm.. ini..var ambil, yaudah ya gue balik duluan,oke? Bye". Tanpa pikir panjang Agatha langsung membalikan badan dan berlari ke parkiran menuju mobil ayahnya yang sudah menunggu dari tadi.

***

Malam itu, malam valentine. Alvar masih kebingungan di atas kasurnya menatapi kotak merah muda yang berisi coklat pemberian Agatha. "Ngapain, Lo? Wah ada coklat nih", kak Adam yang tiba tiba datang dengan lahapnya memakan coklat coklat itu. "Eh apaan sih kak? Main ambil aja! Muntahin cepet!" 

Teriak Alvar, " Emm enak banget nih coklat, Lo dapet dari mana? Di kasih cewe kan pasti, kotak nya aja pink unyu. Oh iya besok kan valentine, pasti dari cewe simpanan Lo ya? Ngaku aja var, kalo engga nanti gue bilangin mama!" Balas kak Adam "Apaan sih kak? Sini ah jangan abisin semua, ga jelas banget tiba tiba datang ga ngetuk pintu ga salam, bilangin papa!" Balas Alvar lagi. "Udah jangan di abisin dong!" Dengan upaya merebut kotak berisi coklat itu dari tangan kakaknya yang tersisa satu batang lagi.

Mobil yang ditumpangi Agatha dan ayahnya baru tiba di rumah jam 7 malam. Mereka terjebak kemacetan setelah pulang dari mall untuk membeli buku keperluan belajar Agatha. Baru saja Agatha menginjakan kaki di atas teras rumahnya, handphone berdering, terdapat panggilan telepon dari Alice. 

Sahabatnya, "hallo tha? Gimana? Udah Lo kasih coklat nya ke Alvar? Dan Lo udah suruh dia untuk kasih ke Nathan kan?", Tanya Alice. "Hah? Oh iya, iya udah... Udah kok tenang aja, aman aman" ucap Agatha dengan dirinya yang kini sedang mematung di depan pintu rumahnya. "Gawat nih gue lupa bicara ke Alvar buat kasihin coklat nya ke Nathan dari alice" ucap Agatha dalam hati. " Yaudah gue mandi dulu ya, baru pulang soalnya, bye see you" Agatha langsung menutup teleponnya  dan berlari ke kamar untuk mandi, ganti baju dan segera menemui Alvar secepatnya.

Agatha langsung mengambil handphone nya ia simpan di atas meja belajar untuk menelpon Dion perihal menanyakan alamat rumah Alvar. Ternyata rumah nya tidak begitu jauh dari rumah Agatha, hanya berbeda 2 blok saja. Agatha pergi keluar rumah untuk segera menemui Alvar, blok rumah Alvar tidak begitu ramai seperti di blok Agatha. Agatha sedikit cemas dan ketakutan setiap kali melewati rumah rumah kosong yang ada di kanan dan di kirinya. Ia bukan takut hantu, toh dia sanggup menonton 2-3 film horor. Melainkan ia takut dengan orang yang berani bermacam macam dengannya. 

Saat Agatha akan mengetuk rumah Alvar, tiba tiba Alvar sudah membuka pintunya "mau kesiapa?", Tanyanya dengan lembut. "Alvar" singkatnya jawaban Agatha "Var gue gaakan lama lama disini, gue kesini cuman mau bilang Kalo kotak yang isinya coklat dari Alice itu untuk Nathan, suruh kirim lewat Lo!". "Apa? Yaudah bentar gue ambil kunci mobil dulu " Alvar langsung mengambil kunci itu dari atas meja dan tiba tiba menarik tangan Agatha, " Yuk ikut gue", sambil menyalakan alarm mobilnya. "Kemana?" Tanya Agatha. "Beli coklat", jawab Alvar dengan santainya.

Sesampainya di toko coklat, Agatha langsung mencari coklat yang sama persis dengan yang di beli Alice. Ternyata, coklat itu hanya ada satu paket lagi. Tak terlintas di benak nya harga coklat itu sangat mahal sekali hampir setengah juta harganya. Tetapi Agatha tidak memperdulikan karena ini memang salahnya, yang penting bagaimana caranya agar coklat itu sampai ditangan Nathan "Kak aku ambil yang ini ya" pinta Agatha, "Maaf coklat ini sudah ada yang memesan nya, sebentar lagi orang nya datang. 

Kalo Ade mau beli coklat silahkan beli yang lain yang sedang promo" kata si pemilik toko itu. "Tapi kak teman saya ingin coklat ini, memang nya siapa yang sudah memesannya? Tolong kalo bisa anda cancel dan saya akan membayar ini 2x lipat", tegas Alvar. Agatha baru kali ini melihat Alvar peduli dengannya. Padahal sejak SMP mereka belum pernah bicara sampai sejauh ini. "Maaf kak, pesanan saya yang tadi siang mana ya?", Tanya seorang wanita pada pemilik toko itu. Adele astaga Agatha! Ia baru sadar kalau dia bertemu dengan Adele saat dia sedang bersama Alvar. Apa yang harus lakukan sekarang?

"Adele? Kapan kamu pulang ke Singapura? Ini coklat pesanan kamu?", Tanya Alvar, "iya, baru tiba tadi siang terus aku langsung pesan coklat itu buat Tasya. By the way, kamu jalan sama cewe norak ini?" Semenjak absen sebulan?" Ejek Adele. Adele diona Wijaya Pradja lengkapnya. Ia sudah menggilai Alvar sejak SMP. Hubungan mereka seperti berpacaran, karena kemana pun Alvar pergi pasti Adele selalu ada di sisinya. 

Tetapi semenjak sebulan yang lalu Adele pergi ke Singapura untuk menjenguk mamanya yang sedang sakit, banyak siswi SMA bunga bangsa yang mencoba mendekati Alvar. "Bukan begitu Adele, aku cuman mau ganti coklat dia yang udah abis sama kak Adam" bantah Alvar, "Bohong! Tapi ya udah lah kalo buat kamu gapapa, inget ya! Ini itu demi kamu var, bukan buat cewek norak ini! Dan satu lagi, awas ya Lo sampe gue ngeliat Lo jalan atau deket deket sama Alvar lagi!" Jelas Adele. "Makasih . Tapi kamu gausah ngomong kasar gitu juga, jaga bicara kamu Adele" tegas Alvar.

Malam itu, dimobilnya Alvar, Agatha terlihat sangat senang. "Di liat liat Agatha manis juga kalo lagi senyum" ucap Alvar dalam hati. Mobil Alvar sudah sampai di depan rumahnya Agatha, "Rumah Lo disini? Deketan dong ya sama gue?" Tanya Alvar, "iya, kalo gitu gue pulang dulu, hm makasih banyak var, besok gue ganti uangnya", "gausah, ambil aja lagian yang salah kan gue" jelas Alvar. "Enggak var, gue gamau punya hutang ke orang lain", kata Agatha. 

"Gini deh, sebagai gantinya mulai besok Lo berangkat sekolah bareng gue gimana?" Pinta Alvar, "Hah? Enggak var gue gamau. Besok kan Adele masuk sekolah, nanti gue dicaci sama dia" tolak Agatha yang sebenarnya tidak ingin dia tolak. "Haha, gak akan tha. Besok Adele harus terbang ke Bali nemuin papahnya buat ke Singapura lagi" jelas Alvar. "What? Secepat itu? Hm.. yaudah iya", senyum manis Agatha terukir lagi, membuat Alvar meleleh di hadapannya.

Semenjak kejadian coklat itu, Alvar semakin dekat dengan Agatha. Hampir setiap hari mereka selalu berangkat dan pulang bersama. Entah apa yang ada di dalam benak Alvar, menurutnya ia sangat nyaman berada di sisi Agatha di bandingkan dengan Adele. Walaupun Adele dan Alvar tidak pernah berpacaran, Adele tampak sangat posesif terhadap nya. Hal ini membuat Alvar risih jika berada dekat Adele.

Soal kedekatan Alvar dengan Agatha langsung menyebar ke setiap penjuru SMA bunga bangsa sampai guru guru yang mengajar di kelas Mereke ikut mengetahui hal tersebut. Alvar yang sadari tadi masih menatapi mangkuk basoknya tampak kebingungan. "Woi var! Jangan anggurin terus tuh basoknya tar gue sikat lagi" gurau Nathan yang sejak tadi terus merhatikan Alvar. 

"Gue bingung nath, gue nyaman banget sama Agatha dan gue ga pernah ada rasa lebih ke Adele. Gue pengen Adele yang ngejauh gitu lah dari gue, biar gue bisa sama Agatha. Tapi gue takut apa yang gue lakuin ini bakal nyakitin dua duanya" jelas Alvar "Nah, nah... Gue juga kurang suka kalo Adele mepetin Lo terus, secara Lo tau kan gue suka sama dia sejak SMP" tambah Dion "Halah yang begituan doang mah gampang, gue bakal bantu deh gimana caranya biar kalian keluar dari jeratan tali masalah ini bro!" Gurau Nathan lagi. Mereka bertiga kini tertawa bersama.

***

Kedekatan Alvar dan Agatha kian menjadi, hal ini sudah terdengar sampai ke gendang telinga Adele. Adele cepat cepat pulang dari Singapura untuk bertemu dengan Alvar soal menanyakan kedekatan lebih jelas dengan Agatha. Sore itu ia mendatangi rumah alvar "var aku kurang apalagi dimatamu?" Mata Adele mulai berkaca kaca. "Del kamu jangan gitu, dengerin aku baik baik aku selalu senang menerimamu tapi dengerin aku, aku mau menjaga perasaan dion, Dion itu sahabat aku dari kecil aku gamau kehilangan sahabat sahabat aku cuma gara gara satu cewe" kata alvar. " Enggak var itu bukan alasan sejati kamu alasan sebenarnya itu Agatha kan?" 

Adele mulai terisak kini ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Jangan gitu del aku juga engga tega ngeliat kamu nangis kaya gitu" Alvar mulai khawatir dengan keadaan Adele. "Kalo kamu gak tega kenapa kamu ngelakuin ini sama aku? Aku rela rela terbang dari Singapura kesini cuma buat minta penjelasan kamu, ninggalin mama yg masih belum sadar disana tapi apa hah? Ini balasan kamu buat aku var? Aku benci sama kamu! Aku mau pulang!" teriak Adele. Ia pergi meninggalkan Alvar dengan pipi yang masih terguyur dengan air mata. Alvar sengaja tidak mengejar karena itu akan memperburuk suasana. Biarkan Adele tenang dengan waktunya

***

Jam istirahat berbunyi, alvar berencana ingin makan bersama dikantin dengan tiga sahabatnya alice dan agatha. Sambil merayakan resminya ia dengan Agatha, begitu juga Nathan dengan Alice. Makanya, Alice sangat bersemangat untuk datang menemui mereka. "Lice gue ketoilet dulu ya lo tolong pesenin dulu makanan buat gue Alvar, Nathan sama Dion" perintah agatha. "Tanpa Lo suruh juga udah gue laksanain tenang aja" jawab Alice. Saat Agatha berada di toilet, ia melihat suara Adele yang sedang menangis didepan kedua temanya yaitu amber dan Asel. Ia tak sengaja mendegar percakapan mereka yang menyangkut nyangkut namanya, Asel melihat Agatha berdiri dibalik pintu toilet. 

"Tha sini Lo! Kebetulan banget disini ada Lo! Nada suara Asel membuat Agatha  ketakutan. "Lo budeg? Sini Lo!  Gue mau nanya soal jadianya Lo sama alvar", tambah amber yang membuat Agatha semakin ketakutan "kok Lo tega sih ngeliat Adele nangis kaya gini? Lo mikir dong! Lo bayangin dia jauh jauh terbang mendadak dari Singapura ninggalin mamanya yang masih belum sadar cuma buat nemuin alvar dan minta kejelasan dia, Lo kan tau Alvar sama Adele udah dket dari dulu seharunya Lo sadar! kok mau maunya aja sih Alvar milih cewe bego kaya Lo hah?" Kata kata yang di keluarkan Asel sangat kasar dan membuat Agatha gugup dan mulai menangis. 

" Lo nangis tha? Haha dasar cengeng banget sih Lo kaya bocah" amber menjambak rambut Agatha dan langsung menumpahkan seember air ke badannya. "Rasain Lo! Dinginnya air itu sedingin hati gue yang udah beku karena perlakuan Alvar ke gue" teriak Adele. Mereka kemudian menarik tubuh Agatha ke dalam toilet dan langsung menguncinya di luar.

"Duh... Agatha mana sih? Lama banget keburu makanannya dingin nih" cemas Alice, "susul Agatha yuk! Perasaan gue ga enak nih" Alvar semakin cemas dibuatnya. "Yaudah ayo" kata Nathan. Mereka berempat langsung bergegas menuju toilet wanita. Tetapi mereka tidak melihat Agatha disana, "kemana Agatha?" Tanya Dion, "Eh coba bukain satu satu!" Suruh Alice "Eh jangan tar kalo ada orang nya gimana?" Kata Dion dengan polosnya. "Makanya dari itu gue takut Agatha ke kunci disitu" jawab Alice. 

Mereka kemudian mendobrak pintu itu dan menemukan Agatha terkapar pingsan disana "Tha, bangun tha! Var Lo cepet bawa dia ke uks" Alice mulai menangis melihat wajah pucatnya Agatha. Alvar langsung menggendong Agatha menuju UKS "Sebaiknya Agatha istirahat dulu disini, tidak usah masuk pelajaran Bu Susi. Saat jam pulang sekolah nanti, petugas UKS akan mengantarnya pulang" kata Bu Agnes selaku penjaga UKS

Kejadian itu membuat Alvar marah dan langsung melaporkan apa yang sudah Adele dan teman temannya perbuat kepada pihak sekolah. Alvar harap pihak sekolah mampu memberi hukuman yang tegas dan adil pada Adele dan temen temennya. Agatha masih terbaring lemas dan belum sadarkan diri. Alvar semakin cemas dengan kondisi wanita yang amat ia cintai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun