Bagilah keadaan menjadi dua bagian yang sama-sama terpisah dan tak mungkin menyatu.
Yaitu, bagian pertama merupakan bagian yang tak dapat kita kendalikan sepenuhnnya, seperti bagaimana pesawat mampu terbang atau bagaimana hujan turun.
Bagian kedua, merupakan bagian yang mampu kita kendalikan sepenuhnya, seperti bagaimana kita mempersiapkan emosi kita sehingga harus bersabar dalam menghadapi kemacetan, melakukan perencanaan matang sebelum melakukan perjalanan, misalkan, seperti sedia payung sebelum hujan atau mengecek mesin kendaraaan yang akan kita pakai.
Dengan membagi keadaan tersebut menjadi dua bagian, maka tugas kita adalah membiarkan dan memasrahkan apa yang tak mampu kita kendalikan sepenuhnya dengan doa dan iman yang penuh pada Tuhan Yang Maha Pemelihara Alam Semesta.
Biarkan kekuatan iman bekerja untuk kita.
Dan tugas kita selanjutnya dengan membuat persiapan yang matang pada apa yang bisa kendalikan.Â
Dengan persiapan yang matang terhadap apa-apa yang mungkin bisa dikendalikan tersebut merupakan bentuk pengejawantahan kehati-hatian yang paling nyata.Â
Dengan persiapan matang terhadap apa yang mampu kita kendalikan, itu artinya kita mampu meminimalisir segala bentuk kekhawatiran dan ketakutan, seperti kecelakaan, cidera, emosi tidak terkontrol atau hal lainnya yang membahayakan fisik dan kesehatan mental kita.
Jika kita telah menguasai pola pikir tersebut, setidaknya kita telah merangkul segala kekhawatiran dan ketakutan dalam menjalani hidup, memahaminnya dan mengkonversinya sebagai bentuk kehati-hatian yang terkontrol. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H